Bab 15

2.9K 213 5
                                    


Di suatu malam.
Nana tidak tahu harus sampai jam berapa ia menunggu Jeno pulang, karena ini sudah pukul dua pagi, tapi pria itu belum juga pulang ke rumah.

Nana sudah berusaha menelepon Jeno melalui Line ataupun telepon biasa, tapi nyatanya hp Jeno tidak aktif. Saat bertanya pada Mark pun tidak ada jawaban yang pasti, karena Mark bilang Jeno sudah keluar kantor sejak pukul 6 sore.

Lalu kemana Jeno sebenarnya sekarang?

Sedangkan Nana tidak tahu lagi harus mencarinya kemana, selain bertanya Mark.
Sebenarnya Mark menyuruh Nana agar jangan terlalu khawatir, karena dulu Jeno memang sering seperti itu. Menghilang dari kantornya selama lebih dari tiga hari, dan setelah itu pria itu kembali lagi.

Tapi mana bisa Nana menunggu selama itu?
Jeno akhir-akhir ini sering pulang telat, dan kadang tidak pulang sama sekali. Jika ditanya pun selalu mengatakan kalau dia sering lembur karena tugas kantornya menumpuk.

Dan, di saat Nana ingin protes, pasti Jeno akan merayunya dan pada akhirnya Nana mengalah, gadis itu tak bisa lagi marah padanya.
Tapi untuk kali ini Jeno benar-benar sudah keterlaluan. Dia sampai mematikan hp-nya, Nana tidak bisa tinggal diam lagi.

Akhirnya Nana terpaksa harus minta bantuan Mark untuk mengantarnya berkeliling ke tempat yang biasa Jeno kunjungi dulu.

"Biasanya kak Jeno kemana sih kak?" Tanya Nana sambil memasang setbelt.

"Dulu dia kalo ga nongkrong di kafe 24 jam ya paling ke bar."
Nana agak terkejut.

"Ha? Bar?"

Mark mengangguk.
"Jangan aneh lah, Jeno kan udah dewasa kayak aku, Na. Kita sering clubing kalo lagi ada waktu, hehe."

Nana memicingkan matanya ke arah Mark yang membuat pria itu langsung menutup mulutnya.

"Ish! Dasar pria malam!"

Sontak Mark membolakan matanya.
"Yahaha, ga gitu juga dong. Pria malam gimana sih? Orang cuma clubing. Lebih parah noh si Jeno, dulu sering mabok sampe goblok di bar."

Nana mengernyit bingung.
Sontak Mark juga menutup mulutnya yang ternyata keceplosan.

"Kak Jeno punya kebiasaan mabok?"

"Emm? Oh...ya dulu sih iya, cuma sekarang udah nggak kok, semenjak dia bilang bakal fokus jadi kakak kamu dia berenti mabok. Eh btw jangan bilang lagi ke Jeno ya soal kak Mark cerita masalah ini?"

"Kenapa?"

"Gapapa sih, cuma ga enak aja, sangkanya ngegibahin dia."

"Lah ini lu lagi ngegibahin kak Jeno, kak! Wkwk."

"Iya juga sih, yaudah ah sstt! Jangan ngegibahin soal itu lagi, kita fokus cari Jeno aja oke?"

Nana pun diam tak peduli dengan ocehan Mark.

Nana mulai berpikir, kalau dia ingat lagi, memang tak banyak hal tentang Jeno yang ia tahu. Ia hanya tahu Jeno itu seorang anak adopsian yang bekerja sebagai salah satu staf penting di perusahaan milik orang lain.
Selain dua hal itu, Nana tidak tahu apapun lagi tentang.

Selama ini Nana tak terlalu memikirkan asal usul Jeno, dia lebih memikirkan bagaimana perasaannya pada pria itu ketimbang siapa sosok Jeno sebenarnya.

Nana terlalu percaya kalau Jeno memang seperti yang ia lihat. Pria yang kelihatannya saja cuek, namun sangat baik dan menyayanginya. Mengenai bagaimana kehidupan Jeno yang dulu Nana tak peduli.

Kemudian Nana memandang Mark datar. Ia mendekatkan dirinya pada Mark hingga wajah mereka berjarak 20cm, membuat Mark otomatis sedikit menjauhkan wajahnya dari Nana.

Abang Angkat (Nomin gs) LOKAL✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang