18. Quarrel

11.5K 1.2K 106
                                    

Di tengah malam, Wonwoo terbangun dari tidurnya. Dia berusaha untuk kembali tidur dengan mengeratkan pelukannya pada Mingyu. Tapi cara itu tidak berguna.

Perlahan, Wonwoo melepaskan diri dari pelukan Mingyu dan duduk di pinggir ranjang. Dia melihat jam di ponselnya. Kemudian ia melangkah keluar dan pergi ke dapur.

Wonwoo mengambil botol air mineral dari dalam kulkas dan menenggak sepertiganya. Sementara matanya tertuju pada lemari kecil di mana Mingyu menyimpan sekumpulan wine mahalnya.

Menyimpan botol minum di meja pantry, Wonwoo melirik ke arah pintu kamar. Lalu Wonwoo membuka lemari itu dan mengambil sebotol wine dari dalamnya. Dia mengambil gelas tinggi dan menuangkan anggur merah itu ke dalamnya.

"Tidak.. aku tidak mencuri. Mingyu pernah bilang kalau aku boleh menggunakan semua yang ada di dapurnya.." Monolognya.

Wonwoo membawa gelas itu beserta botol wine-nya ke ruang tengah seraya bergumam kecil. Dia duduk di sofa dan menyalakan televisiㅡmenonton film tengah malam.

Menit demi menit berlalu, entah sudah berapa kali Wonwoo menuangkan wine ke dalam gelasnya. Hingga kemudian ia mendengar suara pintu terbuka. Wonwoo menoleh dan melihat Mingyu yang berdiri di ambang pintu.

"Wonwoo?"

"Oh? Apa aku membangunkanmu?"

"Apa yang kau lakukan?" Mingyu menghampiri Wonwoo dan melihat botol dan gelas wine di meja. "Kau minum?"

"A-anu... Itu.." Wonwoo tiba-tiba gugup seperti pencuri yang tertangkap basah.

Tapi reaksi yang Mingyu berikan sangat di luar ekspektasinya. Pria Kim itu duduk di sebelahnya dan menggenggam kedua tangannya erat.

"Ada apa? Ada masalah? Apa kau merasa kesulitan? Kenapa tidak bercerita padaku?"

Wonwoo bernapas lega. Dia tersenyum nyaris tertawa. "Aku pikir kau akan memarahiku karena mengambil wine-mu tanpa izin. Aku tidak apa-apa, Mingyu. Aku hanya ingin minum."

"Ah... Syukurlah. Aku kira kau kenapa-kenapa."

Wonwoo tersenyum seraya mengusap pipi Mingyu. "Terima kasih sudah mengkhawatirkan aku."

Mingyu balas tersenyum dan mengangguk. "Ah, benar. Tadi ponselmu terus bergetar.. jadi aku bangun untuk melihatnya karena kau tidak ada di sebelahku."

"Ponselku?"

"Hm, dari nomor tak dikenal. Tapi aku rasa dia Moon Junhui, jadi aku tidak mengangkatnya. Dia juga mengirim beberapa pesan, tapi aku sudah menghapusnya."

"Huh? Kau menghapusnya? Kenapa?"

"Aku tidak ingin kau membacanya." Mingyu mengusap rambut Wonwoo.

"Apa.. isi pesannya sangat mengerikan?"

"Rahasia." Mingyu mengecup bibir Wonwoo lalu bersandar pada punggung sofa.

Diam sejenak, Wonwoo pun bergeser mendekati Mingyu dan bersandar di bahunya. Lengannya melingkar di perut Mingyu erat.

"Sekarang aku tidak takut lagi karena kau ada di sini bersamaku." Kata Wonwoo.

"Apa kau mabuk?"

"Tidak." Wonwoo mendongakkan kepalanya. "Kenapa? Kau juga mau minum?"

Mingyu menggeleng singkat. "Aku ada rapat penting besok pagi. Aku tidak ingin mabuk dan kehilangan fokusku."

Wonwoo berdehem lalu kembali menatap layar televisi. Sesekali tangan Mingyu bergerak mengusap bahunya.

My Husband [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang