17) Rusuh

276 40 2
                                    

Holaaaaa👋
Vote, vote, vote!
Happy Reading✨
Have a nice day🦋

*****


Di sini, kediaman Alamsyah. Tak henti-hentinya Fatimah mondar-mandir di depan pintu. Khawatir, itulah yang ia rasakan. Sudah setengah jam dia menunggu seseorang yang tak kunjung datang juga.

Segala pikiran negatif menghantui pikirannya. Bagaimana tidak? Orang itu sudah janji akan datang bersama keluarganya. Orang tuanya sudah mengizinkannya, memberi dia kesempatan untuk melamar dirinya. Tapi kenapa dia malah menyia-nyiakannya? Itulah yang ada di dalam pikiran Fatim saat ini.

Affandi, ayah dari Fatimah. Yang sedari tadi sama halnya menunggu seseorang yang kunjung datang berdecak kesal. Pasalnya, dia sudah membatalkan janjinya dengan temen lamanya. Demi menyambut tamu yang akan meminang anak bungsunya.

Pria paruh baya itu, tak henti-hentinya mengusik di atas sofa. Dia gelisah, kesal semua campur aduk. Semua keluarga sudah siap menyambut kedatangan keluarga Laksyamana. Tapi sampai detik ini, mereka belum kunjung datang.

Fatim, dia merasa tidak enak dengan keluarganya. Sudah memakan waktu banyak mereka mempersiapkan ini itu demi menyambut pria yang ia cintai. Sudah hampir satu jam mereka menunggu. Beberapa kali Fatim menghubungi pria itu. Tapi tak satu pun panggilan darinya pria itu angkat. Bahkan, nomernya tidak aktif. Wajar kan Fatim berpikiran negatif? Apa pria itu mencoba mempermainkannya? Ah cepat-cepat Fatim menyingkirkan pikirannya itu. "Dimana sih kamu!" Decaknya kesal.

"Fatim!" Panggil seseorang dari dalam rumah.

Fatim yang merasa namanya dipanggil. Cepat-cepat dia menghampiri orang yang memanggilnya. Ternyata orang yang memanggilnya adalah ayahnya, Affandi. "Iya bi?" Jawabnya.

"Sudah hampir satu jam ini, kenapa mereka belum datang?" Tanya Affandi tegas.

"Sabar ya bi, sebentar lagi kok!" Alibi Fatim lalu mencoba menelpon pria itu.

"Abi udah bela-belain batalin pertemuan Abi sama temen Abi demi acaramu ini. Kenapa mereka malah mempermainkan kita?!" Sarkas Affandi mengeraskan rahangnya.

Percayalah, Fatim sangat takut melihat ekspresi Abi-nya. Jika sudah begitu, Affandi bener-bener marah. Tapi dia menahannya.

"Udah bi, kita tunggu sebentar lagi ya? Barangkali mereka ada gangguan di jalan," ucap Arumi menenangkan suaminya itu.

Suara mobil memasuki perkarangan rumah. Dengan cepat Fatim mengintipnya dari jendela. Dan ternyata--

Seorang pria berbadan tegap dan keluarganya keluar dari mobil mewah itu. Dengan jalan tergesa-gesa mereka menuju pintu utama rumah megah milik keluarga Alamsyah.

Pria jangkung nan tampan dengan setelan jas-nya mengetuk pintu itu dengan hati-hati. "Assalamu'alaikum," salamnya.

Semua pandangan keluarga Fatim tertuju pada arah suara ketukan pintu itu. Cepat-cepat Fatim membukakan pintu utama. Terdapat seseorang yang sedang ia tunggu-tunggu selama ini.

Gathan dan sekeluarga. Ya, mereka orang yang ia tunggu-tunggu. Fatim bernafas lega. Meneteskan air mata yang ia bendung.

Gathan mengerutkan keningnya heran, "kenapa nangis hey? Tamu datang bukannya di sambut malah nangis kek gini!" Ucapnya, ingin rasanya Gathan memeluk wanita dihadapannya dan menghapus air mata yang membasahi pipi gadisnya itu, eh ralat calon maksudnya.

Fatim tersenyum. Pandangannya tak teralihkan pada wanita paruh baya yang sedang bergandengan tangan dengan anak kecil. "Tante? Yang waktu itu di pasar kan?" Tanya Fatim setelah mengingatnya.

GATHAN || NIKAH MUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang