11. Rival

2.9K 316 6
                                        

Maniknya menatap sekitar dengan teliti, melihat satu persatu tumbuhan yang berjajar rapi di taman sekolah. Mingyu sudah misuh-misuh sejak tadi karena tertusuk duri mawar yang asal ia pegang, jadilah berdarah. Sedangkan Jungkook masih meneliti dengan hati-hati. Setidaknya dia harus memilih tanaman yang mudah untuk di teliti. Pelajaran Biologi memang sangat menguras otak, meski baginya lebih baik dari pada pelajaran Matematika.

Jungkook alergi matematika.

"Jungkook ganteng banget hari ini."

Pemuda bergigi kelinci itu mengernyit, memutar tubuhnya 360 derajat dan menemukan dua teman sekelasnya yang berdiri memunggunginya.

Elsa dan Noella.

"Iya ganteng banget mana undercut hiks makin lemah gue." Itu Noella yang berbicara sambil mengelus kelopak melati yang barusaja dia petik.

Bergidig ngeri, Jungkook melipir menjauh dari sana. Jujur saja dia ingin meminta maaf pada Noella atas kejadian beberapa hari lalu, saat tangan Noella ia hempas dengan kuat. Perempuan tidak boleh dikasari, dan Jungkook sudah melanggar prinsipnya.

Bisa dibilang dia tidak bisa dekat-dekat dengan perempuan kalau tidak ada urusan. Rasanya antara gugup dan malu, tapi Noella beda cerita. Jungkook terlanjur bete pada gadis blasteran satu itu.

Jungkook menyerah mencari tumbuhan lain, dan berakhir pada pohon jambu kecil di ujung taman. Melihat sekeliling hanya ada dia dan Mingyu di taman belakang ini. Terlalu jauh melipir rupanya.

Matanya beralih pada asap yang keluar dari belakang gedung tidak jauh dari tempatnya berdiri. Disana ada gerbang belakang, jarang terjamah tapi seperti rumor yang beredar, banyak yang bolos memanjat gerbang belakang.

"Gyu ppssst."

Mingyu berdehem, tanda ia mendengarkan. "Itu asep rokok bukan sih?" Mingyu mengikuti arah Jungkook menunjuk, benar ada asap rokok yang mengepul tipis dari balik tembok.

"Gua kan anak osis, samper jangan kook?"

"Lo ga lagi tugas, disemprot yang ada. Tapi kalo mau sih sana."

Keduanya diam, hingga beberapa saat setelahnya Mingyu memilih kembali mengerjakan tugasnya. Andai dia Taehyung yang memiliki keberanian dan pengaruh besar, tentu Mingyu akan maju. Bukannya takut, tapi sebagai siswa baru rasanya Mingyu masih harus banyak membaca situasi. Mencari musuh bukan salah satu hal yang ia inginkan. Jungkook cukup realistis juga, sedikit membantunya berpikir.

"Cepet keluar anjing! lama lo elah."

Suara itu, suara yang jungkook kenal. Menepis tangan Mingyu yang berusaha mencegahnya mendekat. Jungkook berlari kecil, mengintip dari balik tembok. Salah satu murid yang mengenakan seragam sama dengannya sedang memanjat gerbang, dan di luar gerbang ada murid sekolah lain. Jungkook tidak tau itu seragam sekolah mana. Tapi yang jelas dia tau siapa pemuda yang ada disana.

Park Jinan, orang yang menganggapnya rival saat SMP.

"Anjir beneran dia."

●●●

Hari ini Jungkook menepati janjinya untuk mencari sepatu bersama Hoseok. Dua hari lalu mereka tidak jadi pergi karena Hoseok yang mendadak ada jam kuliah pengganti.

Mereka sudah dalam perjalanan sekarang, menggunakan mobil Hoseok. Taehyung sempat ingin ikut, tapi tidak jadi karena Jisoo dan Jimin dengan kekuatan penuh menahan Taehyung. Mereka ada janji mengerjakan tugas bersama katanya.

"Kak?"

"Kenapa kook?"

Jungkook menggaruk kepalanya yang tidak gatal, perutnya lapar tapi dia tidak enak untuk bilang.

"Kook?"

"Itu kak, mampir makan dulu ya?"

Tertawa kecil, Hoseok mengangguk mengiyakan. Lagipula dia juga lapar belum makan siang. Jungkook ini benar-benar lucu dimatanya, persis seperti yang Taehyung selalu bilang. Tidak seperti perkiraan Jungkook, obrolan mengalir begitu saja. Hoseok benar-benar membuatnya tidak canggung.

Keduanya sudah duduk sekarang, dengan makanan sesuai pesanan mereka tadi. Tempat mereka makan lumayan ramai di siang menuju sore seperti sekarang.

"Loh kak Hoseok?"

Keduanya menoleh, dan Jungkook seketika mendengus sebal melihat kerling jahil orang yang baru saja memanggil Hoseok tadi.

"Jinan, disini lo."

Yang dipanggil Jinan mengangguk antusias, duduk tepat di depan Hoseok. "Wah ada Jungkook juga. Hai kook, udah berapa bulan ngga ketemu."

Hoseok memandang keduanya, "Kalian kenal?"

Jinan mengangguk, senyumnya kian melebar. "Kenal dong, kita satu SMP."

"JINAN SIALAN! Ih lo maen ninggalin gua."

Noella, gadis dengan jaket maroon dan rok abu itu menutup mulutnya saat melihat Jungkook tepat memandang ke arahnya. Dengan terburu, Noelle menarik Jinan mencari meja yang lain.

"Kak Hos, ntar malem maen pees ya! Gua dateng ke rumah lo." Hoseok hanya mengangkat jempolnya tanda setuju.

"Kak, kenal Jinan dari mana?" Tanya Jungkook penasaran.

"Dia kan adeknya Jimin."

Jungkook tidak tau kenapa hal seperti ini bisa terjadi, bumi benar-benar selebar daun kelor. Kenapa diantara kemungkinan, Jinan harus menjadi adik dari Jimin. Salah satu orang yang Jungkook kagumi selain Taehyung.

"Dan itu," Hoseok menunjuk Noella. "Dia mantannya Jinan. Setau gua satu sekolah sama lo juga deh."

"Sekelas kak." Jawab Jungkook malas.

Saat SMP dulu, Jungkook mengikuti club bola voli. Menjadi seorang setter, Posisi yang sama dengan posisi Jinan. Meski akhirnya Jungkook yang menjadi tim inti.

Awalnya Jungkook justru merasa bersalah. Tapi semakin lama Jinan bertindak menyebalkan. Seperti dengan sengaja menghilangkan kunci loker Jungkook, menginjak sepatunya saat latihan, bahkan pernah menyembunyikan tasnya.

Kekanakan. Jungkook jadi sebal dengan orang yang menganggap dirinya rival itu. Di awal kelas 3, Jungkook mengalami cedera kaki yang mengharuskannya berhenti dari voli. Dan posisinya digantikan Jinan tentu saja, seperti yang rivalnya itu impikan menjadi tim inti.

Meski sudah tercapai, Jinan tetap saja menjahilinya.

"Kook, ayo"

Jungkook mengikuti Hosoek dari belakang, tanpa tau dua pasang mata mengawasinya sejak tadi.

"Makin lucu aja Jungkook."

Noella memukul bahu Jinan sekuat tenaga, "HEH! NIAT BANTUIN GUE GA SIH."

"Berisik lo anjir."

●●●

Dek Jungkook ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang