5. Tentang Si Kakak

3.8K 417 2
                                    

Jika disuruh untuk menggambarkan bagaimana kepribadian Taehyung, Jimin sebagai teman anak itu semenjak SMP akan menjawab Taehyung itu malaikat dan iblis yang menjadi satu. Taehyung juga bisa menjadi anak kecil sekaligus orang dewasa. Tapi Jimin sudah tidak pernah melihat lagi sikap manja dan polos Taehyung semenjak datangnya Jungkook.

Taehyung orang paling baik yang Jimin kenal, tapi pemuda berkulit tan itu memiliki hal buruk yang sering Jimin takut akan muncul kembali. Sudah sebulan ini banyak cemooh yang ditujukan pada Jungkook dari murid-murid di Sekolah. Tadi siang, tepat di jam istirahat Taehyung mendengar itu secara langsung di toilet putra. Menyeret adik kelas mereka yang bergosip dan mengatakan Jungkook yang lembek dan ibunya penjilat karena bisa menikahi ayah.

Memancing kemarahan Taehyung adalah hal paling bodoh menurut Jimin. Taehyung akan sangat melindungi orang-orang yang disayanginya. Taehyung sudah menandai siswa yang menghina Jungkook tadi siang. Kalau ada gangguan pada anak itu diluar, sudah pasti Taehyung yang melakukannya.

Memberi pelajaran lebih, satu hal yang hanya ia dan ke empat temannya yang lain tau tentang Taehyung dan sikap buruknya. Jimin tidak yakin ayah Taehyung mengetahui hal ini.

"Tae"

Yang dipanggil hanya berdehem sebagai jawaban, Jimin menghela nafas panjang. Ruas jarinya yang berdarah terbalut perban asal.

"Jangan keterlaluan, kalo gua ga liat Yungji dipukulin udah sekarat sekarang dia."

Mata elang Taehyung menatap Jimin tajam, anak itu marah Jimin tau. Bukan karena dia yang menyelamatkan Yungji, tapi karena Jimin yang ikut terluka.

"Tae, gausah peduliin luka gua. Lo-"

Taehyung pergi begitu saja, membanting pintu kamar Seokjin. Meninggalkan Jimin yang masih memikirkan berbagai hal, termasuk cara bagaimana melepaskan Taehyung dari kebiasaan buruknya.

Satu jam yang lalu, saat ia baru pulang dari rumah Hanbin selepas mengerjakan kerja kelompok, Jimin mengambil jalan pintas ke apartemen Seokjin dimana teman-temannya berkumpul. Hal itu justru membawanya bertemu tiga orang tengah memukuli pemuda yang Jimin kenal sebagai adik kelasnya, Yungji yang Taehyung pukul tadi siang.

Pintu kamar terbuka, Seokjin tersenyum singkat dan merebahkan tubuhnya di sebelah Jimin duduk. Untuk sekian menit, tidak ada yang memulai perbincangan. Seolah menikmati waktu berpikir atau sekedar keheningan. Hingga yang tertua memulai pembicaraan.

"Taehyung masih anak nakal kan jim?"

Untuk seperkian detik Jimin terkesiap, merasakan degub jantungnya lebih cepat dari biasanya hingga kekeh menjadi penutup ketiadaan jawaban untuk ucapan Seokjin barusan. Jimin hampir melupakan sesuatu yang lama hilang.

"Kak, Taehyung bego banget anjing. Kenapa dia nurutin pak Hwang buat nyalonin diri. Dia beneran batesin diri."

Jimin bersungut kesal, ditangannya ada kertas yang sudah teremas. Seokjin terkekeh disebelahnya. Namjoon yang datang dengan Jimin masih diam, memperhatikan. Taehyung membatasi dirinya setelah menjadi ketua osis. Meski hal itu memang diperlukan, tapi bagi Jimin itu bukan hal yang adil. Taehyung dipaksa dewasa dan mengemban tanggung jawab yang tidak anak itu inginkan.

"Jim, lo percaya taehyung kan? kalau ini waktu dimana dia berusaha buat melatih tanggung jawabnya kenapa ngga?"

Seokjin tersenyum, mengusap kepala Jimin sedikit kasar "Taehyung emang terpaksa, tapi kalo dia tetep jalanin dia juga pasti siap kan jim jadi taehyung versi yang lain?"

'Taehyung versi yang lain'

●●●

Sudah jam dua belas malam, tapi Jungkook masih asik makan mie cup di ruang makan. Kalau kata teman-temannya dulu, Jungkook itu maniak mie. Mungkin Mingyu juga sudah tau kebiasaannya. Tubuhnya meremang saat melihat bayangan dari ruang tengah. Dia memang tidak menghidupkan lampu ruang makan, membiarkan hanya sedikit cahaya masuk dari ruang tengah. Jungkook bukannya takut pada hantu, dia hanya takut kalau itu maling. Sebelum dia berdiri, lampu ruang makan sudah dinyalakan dan Taehyung ada disana memandang Jungkook horor.

Kekehan keluar dari bibir pemuda tampan itu, ia berjalan menghampiri Jungkook. Tadi dia sudah agak takut sebenarnya saat mendengar suara di ruang makan. Emosinya meluap begitu saja, perhatiannya terpusat pada kelinci manis di depannya.

"Kakak mau?" cicit Jungkook, hampir tidak terdengar.

"Wah lo bikin 3 cup? boleh satu deh."

Satu cup mie jungkook sodorkan, bersama dengan senyumnya yang mengembang melihat Taehyung berbinar menatap mie buatannya. Hanya tinggal seduh sih, tapi tetap saja buatannya.

"Kak Tae ngga jadi nginep di apartemen temen kakak?"

Taehyung menggeleng, tersenyum kecil dan melanjutkan makannya. Jungkook merasa tidak salah lihat, tadi ekspresi Taehyung berubah suram saat dia bertanya.

'kenapa?'

"Jung, kalo ada yang ganggu lo di sekolah, bilang gua ya."

Jungkook rasa, ada yang berbeda dari suara Taehyung. Suara yang sama seperti tadi siang, bukan Taehyung yang ramah seperti biasanya.

●●●

Dek Jungkook ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang