28. Keputusan

1.7K 230 4
                                    

"Kalian akan punya adik." Ayah mengatakannya dengan wajah sedikit malu tapi terlihat antusias

"Hah?"

"Iya, mama hamil 2 bulan."

"Hah?!"

Dua kakak beradik itu digiring ayah memasuki kamar rawat mama. Di atas brankar mama tersenyum merentangkan tangan, Jungkook duduk di sisi kanan mama dan Taehyung sisi kiri.

Mama menjelaskan apa yang terjadi padanya, tadi pagi ia berniat mengambil berkas lain ke kantor sebelum berangkat ke bandung. Saat satpam membukakan pintu yang mama ingat ia merasakan pusing.

Sedangkan versi ayah, ia di telepon temannya yang merupakan dokter dari rumah sakit ini yang kebetulan menangani mama. Itu juga sejam setelah mama sampai, karena ayah ponselnya sempat mati. Kata pak satpam yang membawa mama ke rumah sakit, dia tidak melihat mama membawa tas. Saat di periksa suster pun di saku blazernya tidak ada ponsel. Ternyata mama meninggalkan tasnya di mobil yang ia parkir di depan gerbang kantor. Karena niatnya hanya mengambil berkas lalu bergegas melakukan perjalanan ke bandung.

"Jadi.. Kookie beneran mau punya adek?"

Mata bulat jungkook dan wajah bingungnya membuat mama gemas, jemari mama mengusap pipi Jungkook pelan. Mungkin saja hal ini terlalu mengejutkan untuk putranya, karena jujur ia juga merasa sangat terkejut.

"Iya, Kookie sama kak Tae bakalan jadi kakak."

Tangan mama yang lain mengusap tangan Taehyung yang menggenggamnya. Taehyung terlihat senang, binar mata dan senyumnya tidak luntur sejak tadi. Perbedaan yang mencolok antara Taehyung dan Jungkook.

Mama rasa, Jungkook mungkin akan sulit menerima ini.

"Ada yang mau mama omongin juga sama Tae, Kookie dan ayah."

Ayah mendekat, berdiri di sebelah Taehyung. Laki-laki itu sudah tahu, istrinya pasti akan membahas tentang pernikahan mereka.

"Mama sudah memikirkan banyak hal, meskipun mama tau ini lebih ke perasaan mama sendiri yang sempat kecewa. Mama sudah mengambil keputusan untuk berpisah dengan ayah."

Tangan Taehyung sedikit bergetar, mama tau. Begitupun Jungkook yang terduduk kaku. Mama memandang wajah ayah yang menunduk, lalu memandangnya dan tersenyum seolah mengatakan ia menerima keputusan mama.

"Kookie, ada yang mau kookie bilang kan ke ayah?"

Jungkook menoleh pada mama, bibirnya sudah naik dengan air mata yang menggenang. Jungkooknya sebentar lagi akan menangis. Pemuda berusia 15 tahun itu menggeleng, tapi melihat senyum mama yang menguatkannya membuat ia akhirnya mau untuk berbicara.

"Ayah.."

Ayah mengangguk, perasaan rindu membuncah pada bungsunya yang sudah ia sakiti. "Iya kii."

"Jungkook kecewa karena ayah menyakiti mama, Jungkook kecewa karena ayah ngga seperti yang Jungkook kira. Tapi Jungkook juga sadar, ayah sama kaya Jungkook dan yang lain. Ayah juga bisa salah, ayah juga ngga sempurna. Ayah.. Jungkook marah kemarin, tapi hari ini Jungkook udah maafin ayah. Jungkook sayang ayah."

Taehyung menenggelamkan wajahnya di atas tangan mama yang ia genggam, ia merasa bersalah sekaligus sedih mengingat kejadian kemarin.

"Jungkook, maafin ayah. Maafin ayah udah buat Jungkook, Taehyung, dan mama sedih. Ayah udah rusak rumah kita yang baru terbangun ini. Ayah udah gagal lindungin keluarga kecil ayah, maafin ayah."

Ayah memandang sulung dan bungsunya yang masih menunduk, menyembunyikan tangis mereka. Tangannya mengusap bahu Taehyung di sebelahnya.

"Taehyungie.."

Dek Jungkook ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang