Malam ini terasa dingin seperti biasanya, Jungkook memelankan laju motornya saat memasuki kawasan yang sedikit padat kendaraan. Padahal sudah jam sembilan malam, tapi masih juga ramai.
Mama membelikannya motor dua hari lalu, hal yang tidak Jungkook duga karena dulu saat SMP mama pernah bilang akan membelikan kendaraan saat Jungkook sudah bisa untuk memiliki SIM. Jungkook tidak tau ini hal baik atau buruk, rasanya melihat mama berubah sedikit membuatnya tidak tahan.
Seminggu tinggal di hotel, Jungkook rasanya sudah ingin sekali pulang ke rumah. Tapi dia tidak mau pulang ke rumah lama, ada sesuatu yang membuatnya malu untuk sekedar melihat foto papa disana. Karena saat kunjungan terakhir ke rumah lama, dia membanggakan ayah dan keluarga barunya.
Kata mama, besok mereka akan pindah ke apartemen yang mama beli. Melihat mama selalu mengingatkannya pada ayah, orang yang membuat mereka sehancur ini.
Meskipun siang tadi, ayah sudah secara paksa bertemu dengannya dan mama. Ayah bilang ia tidak jadi menikah dengan mantan istrinya, laki-laki yang tidak lagi Jungkook kagumi itu terlihat sangat menyesali perbuatannya.
Kenyataannya, Jungkook merindukan ayah.
Selama tiga hari ini masuk sekolah, Jungkook selalu menjaga jarak dari Taehyung. Dia masih tidak bisa untuk berbicara dengan kakaknya. Padahal mama selalu memberikan nasihat untuknya agar mendengarkan penjelasan Taehyung terlebih dahulu. Jungkook hanya merasa belum siap sama sekali.
Motornya ia parkir di depan minimarket dekat hotel, melirik pada arlojinya. Jam sembilan lebih sepuluh, mama bilang pulang terlambat hari ini karena mengisi seminar di daerah yang lumayan jauh.
Jungkook turun dari motor, dia memakai jaket denim dengan kaos putih dan celana jeans. Ada dua gadis yang tengah berdiri di depan minimarket tidak berkedip memperhatikan hingga Jungkook sudah masuk.
Jungkook bersyukur minimarket tidak terlalu ramai, lagu lewis capaldi - someone you loved mengalun indah. Dengan volume suara yang pas menghanyutkan Jungkook dalam suasana nyaman.
Mengambil satu kotak susu pisang, Jungkook beralih pada rak makanan ringan. Memilih apa yang kira-kira bisa dia beli.
"Jung?"
Pergerakannya terhenti, dia menoleh dan mendapati pemuda yang beberapa senti lebih pendek darinya memandang sama kagetnya dengannya.
"Kak Jim..."
Takut kehilangan kesempatan, Jimin buru-buru mengambil minuman yang ia inginkan dan terus mengekori Jungkook mulai dari kasir hingga saat keluar. Jungkook yang memang tau tidak akan bisa menang dari Jimin memilih mengalah, duduk di tempat yang disediakan minimarket di depan.
"Gimana kabar lo?" suara Jimin terdengar serak, tadi siang saat sekolah ia gila-gilaan berteriak saat mendukung kelasnya melawan kelas sebelah bermain bola.
"Lebih baik gue rasa."
Jungkook menyesap susu pisangnya, ada perasaan rindu yang membuncah saat bersama Jimin seperti ini.
"Tae kangen banget sama lo."
Entah hanya perasaannya saja atau Jimin memang terdengar ragu mengatakannya. Jungkook memakan keripik tempe yang tadi dia beli. Menggantung pertanyaan Jimin begitu saja, Jungkook hanya tidak tahu harus bagaimana.
"Jung."
"Hm?"
"Lo kenapa ada disini?"
"Gue nginep di hotel depan." Tunjuknya dengan dagu. Karena ayah sudah tahu ia dan mama menginap disana jadi Jungkook rasa tidak ada gunanya menyembunyikan. "Lo sendiri ngapain disini?" lanjutnya.
"Abis disuruh bokap lakuin sesuatu."
Jungkook terdiam, matanya melihat kembali pada bagian luar hotel hingga akhirnya ia tersadar sesuatu.
"Verlians Park Hotel. Hotel keluarga lo?"
Jimin hanya mengangguk menanggapi, hotel ini memang milik keluarganya yang kakeknya dirikan 30 tahun silam. Jungkook rasa dibandingkan dirinya sekarang, dia tidak ada apa-apanya dengan Taehyung dan teman-temannya yang memang anak orang kaya.
Menepis pemikirannya yang sudah kemana-mana, Jungkook berdiri membuang sampah bekas makannya.
"Gua balik kak." Ujarnya. Setelahnya pergi tanpa menunggu jawaban Jimin.
Di tempatnya, Jimin tidak mau mencegah. Dia tidak mau Jungkook merasa tidak nyaman kalau dia memaksa terus untuk berbicara. Padahal Jimin sudah menyusun banyak pertanyaan dan pernyataan yang ingin ia sampaikan pada adik sahabatnya itu.
Motor Jungkook sudah keluar dari area parkir minimarket, pemuda itu terlihat lebih dewasa dan gagah saat mengendarai motor.
Rasanya Jungkook yang manis dan manja sudah mulai hilang, Jimin merindukannya.
●●●
"Ma sudah pulang?"
Jungkook mengucek matanya, melihat jam di dinding. Sudah jam sepuluh lebih, dia ketiduran di sofa tadi. Mama merapikan makanan yang ia beli saat pulang tadi, mengingat hari ini sangat sibuk mama jadi khawatir Jungkook belum makan.
"Jungkookie cuci muka ya, baru makan sama mama. Lepas jaketnya juga."
Mengangguk mengerti, Jungkook berjalan menuju kamar mandi. Mama memandang sendu punggung yang sedikit mulai kokoh itu. Rasa bersalah terus datang padanya, ia merasa gagal merawat Jungkook. Terlebih saat minggu lalu pergi hanya untuk menghindari suaminya dan membiarkan Jungkook sendirian berhari-hari.
Perasaan yang sama untuk anak tirinya, mama benar-benar takut dengan kondisi Taehyung sekarang. Mama tau anak sulungnya itu juga pasti sangat terluka. Untuk itu, ia sudah membuat rencana menemui si kakak tanpa Jungkook tau. Mama hanya ingin menjaga perasaan bungsunya juga.
Jungkook menceritakan dengan tersedu apa yang dia dengar dari perkataan Taehyung, meski begitu entah mengapa mama merasa bukan itu yang Taehyung maksud. Tapi mama juga tidak menyalahkan Jungkook yang masih belum berdamai.
Menemukan bau rokok pada baju Jungkook yang hendak dicuci tadi pagi, mama tau anaknya mengalami perubahan ke arah yang sedikit tidak baik. Kejadian kemarin berefek sebegininya pada si bungsu.
Perempuan berusia 40-an itu bertekad pada dirinya sendiri, ia harus mengembalikan keceriaan kedua putranya. Meskipun mungkin sebentar lagi ia akan berpisah dengan suaminya.
"Mama?"
Jungkook duduk di depan mama, mata bulatnya menatap khawatir mamanya yang melamun. Mama terkekeh, menaruh nasi dan lauk pauk pada piring Jungkook.
"Apa sayang? kok liatinnya gitu."
Jungkook cemberut, menerima piring yang mana berikan. "Ish! mama nglamun sih." Balasnya sebal.
"Mama cuma lagi mikirin kookie, kok makin ganteng ya." Mama membuat pose berpikir dengan jari telunjuk dan ibu jarinya di dagu.
"Mamaaaaa..." Jungkook merengek, dia malu kalau mama sudah menggodanya seperti itu.
"Apa gantengnya mama?"
"IIIIHH MAMAAAAA."
Tertawa pelan, mama bersyukur. Jungkook kesayangannya masih sama, hanya saja ada sifat lain yang juga mulai keluar. Hal yang wajar menurut mama, tapi juga perlu usaha lebih untuknya merangkul anaknya kembali pada kehangatan. Dengan atau pun tanpa keluarga yang utuh.
●●●
Semoga kalian ga bosen.
Tinggalin jejak ya🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
Dek Jungkook ✔
FanfictionBagaimana jadinya jika si anak tunggal Jeon Jungkook dan Kim Taehyung dipertemukan sebagai saudara? Meski tidak sempurna, Taehyung tetap kakak yang Jungkook inginkan. Keduanya berusaha saling menyatu dalam ikatan persaudaraan, tidak terlalu sulit t...