Sebelumnya, Jenar nggak pernah sekalipun membahas soal apa yang terjadi malam itu dan melihat gimana bengkaknya mata Jenar begitu dia terbangun, Rei ngerasa, Jenar nggak akan nyaman ditanya-tanyai. Dia tahu soal peristiwa yang menimpa Rossa, juga kemunculan Ivonne di rumah sakit dari Tigra. Waktu itu, Rei sempat merasa kalau dunia ini lucu banget.
Jika dia bisa benci sama seseorang hingga sebenci-bencinya benci, maka orang itu adalah Ivonne. Perempuan yang jadi orang ketiga diantara kedua orang tuanya. Sosok yang bertanggung jawab atas hubungannya yang memburuk dengan kedua orang tuanya—meski jelas, kedua orang tua Rei juga bukan orang suci yang bersih dari kesalahan.
Lalu, dalam satu malam, tiba-tiba saja perempuan itu berubah jadi alasan terbesar kenapa Rei masih berada di dunia ini hingga sekarang.
Rei nggak pernah bertemu Ivonne lagi, meski teknisnya, sekarang mereka berada dalam keluarga yang sama. Ivonne masih tetap sebagai kakak sepupu Jenar, dan Rei sebagai menantu. Jenar nggak pernah bilang apa-apa, tapi Rei tahu, lelaki itu selalu memastikan Ivonne nggak hadir dalam setiap acara keluarga besar yang akan mereka hadiri.
"Tapi dulu, Jenar pernah cukup dekat sama Ivonne." Hyena berujar begitu pada Rei suatu kali, ketika mereka hangout bareng sementara Wuje dipegang sama Jenar dan Oma-nya. "Beda umur gue sama Jenar lumayan deh, lima tahun hampir enam tahun. Waktu dia masih sekolah, gue udah kuliah dan otomatis cabut dari rumah. It was easy to tell, that he was lonely. Makanya anaknya sempat nggak betah banget di rumah. Main melulu, temannya di mana-mana."
"Ceweknya juga di mana-mana ya, Kak?"
Hyena tertawa. "Itu juga termasuk. But nothing serious, he said, ketika beberapa kali gue liat dia update Path sama Instagram bareng cewek."
"Nggak heran sih."
"Don't get jealous. Setelah kuliah, dia cukup sering curhat soal cewek. Celia, Sierra, those names are familiar to me."
Rei menanggapi. "Terus, karena nggak ada lo, makanya dia jadi dekat sama si Ivonne ini?"
"Gue rasa iya. Tapi itu sesuatu yang bisa dimengerti. Gue sibuk sama kuliah dan urusan orang dewasa gue. Gue juga tipe yang nggak bisa diganggu kalau lagi fokus sama suatu project. Berbeda dengan Ivonne, yang masih suka ngeluangin waktu untuk nongkrong sama Jenar. Kalau dipikir, apa banget nggak sih nongkrong sama cowok yang masih sekolah? Masih teenager. Tapi ya begitu deh. Dua-duanya emang ada bakat rebel dari dulu, terus cocok. Mereka jadi renggang setelah Jenar kuliah."
"Oh..." Rei mengangguk, jadi merasa agak bersalah karena di masa sekarang, Jenar justru jadi kayak alergi sama kehadiran Ivonne dan besar kemungkinan, itu gara-gara dia.
Cerita Hyena nggak berbuntut panjang, karena nggak lama setelahnya, perempuan itu terpekik melihat tas terbaru yang terpajang di display gerai YSL yang mereka lewati, terus sibuk menarik Rei untuk ikut masuk dan memilih-milih tas.
Menilik dari responnya Jenar di studio Lanang tadi, Rei paham, entah itu Ivonne atau Ivory, pasti punya posisi tersendiri buat Jenar.
Wuje seperti mengerti kalau kedua orang tuanya lagi ngomongin sesuatu yang serius, karena anak itu berhenti memeluk dan membenamkan wajahnya di leher Rei. Sebagai gantinya, dia duduk tenang di kasur dengan kedua tangan memegang kakinya. Matanya menatap bergantian pada kedua orang tuanya. Ekspresi mukanya ikut-ikutan berubah serius.
"What happened?"
"Johnny pernah jadi sahabat paling deket yang aku punya. We spent a lot of time together. Kita juga sama-sama aktif di THS. Sering main bowling bareng, main bilyar bareng. Then one day, he dated Ivory."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Bunch of Daddy ✅
General FictionA Bunch of Daddy - Completed "Mama tau nggak, kenapa motor Mio itu nggak manis?" "Pa, jangan mulai deh..." "Jawab aja, Ma, tau apa nggak?" "Nggak..." "Karena kalau manis... namanya motor Milo. Hehehe."