Kwinsa rada kaget, kok tiba-tiba Wuje jadi baik amat, mau berbagi cokelat sama dia.
"Kok kamu baik sama aku sih?"
Wuje mengerjap. "Emangnya kenapa?"
"Cokelatnya kamu racunin ya?"
Nggak perlu heran kenapa kata-katanya Kwinsa bisa dramatis gitu, soalnya dia suka curi-curi nonton sinetron pas Yumna sama Yuta lagi nggak mengawasi.
"Kwinsa kok ngomongnya begitu sih?" Wuje cemberut. "Nggak aku racunin kok! Aku kasih ini biar kamu ngerasa baikan aja, kan tadi kamu abis kecipak-kecipak hampir kelelep."
"..."
"Tapi yaudah, kalau kamu kayak gitu, nggak jadi deh aku bagi Coki-cokinya!" Wuje mendengus, kentara sekali dia ngambek.
"Iya, nggak apa-apa! Nggak usah! Aku bisa minta Papa aku kalau pengen cokelat!" Kwinsa jadi ikut-ikutan ngambek.
"Besok aku bilang Papa aku buat beli pabrik cokelatnya terus pabriknya nggak aku bolehin jual cokelat ke Papa kamu!" Wuje tetap nggak mau kalah.
"Biarin, nanti Papa aku beli cokelatnya langsung di Swiss!"
"Emangnya di Swiss ada pabrik cokelat?!"
"Ada!"
Padahal, Kwinsa asal sebut saja sih.
Perdamaian diantara kedua bocil itu hanya berlangsung sejenak. Kini dua-duanya duduk di gazebo, sengaja berjarak, soalnya lagi dalam mode musuhan. Wuje memakan cokelatnya seraya menatap ke kejauhan, merasa kesal soalnya Kwinsa malah menganggap buruk niat baiknya. Sebetulnya, Kwinsa pengen juga tuh makan Coki-coki, cuma egonya lebih besar, jadi dia diam saja.
Mereka masih saling membisu ketika Jaka yang niatnya mau cari sisir buat nyisirin rambut Nadi melewati jalan setapak dekat gazebo.
"Aih, berduaan aja nih?!"
"Iya, Om." Wuje membalas.
"Kayak orang pacaran aja. Hehe." Jaka meledek.
"Pacaran itu apa, Om?" Kwinsa balik bertanya.
"Hng..." Jaka menggaruk pelipisnya. "Apa ya? Itu deh, kalau cewek sama cowok saling suka, terus sayang-sayangan."
"Aku nggak sayang sama Kwinsa!" Wuje menyambar.
Kwinsa memutar bola matanya. "Aku juga nggak sayang sama kamu!"
Jaka mengerjap, heran sendiri sama respon para bocil, tapi sejenak kemudian, dia malah terpicu untuk berbuat jahil.
"Eits, hati-hati loh, kecilnya musuh-musuhan, ntar tau-tau gedenya nikah-nikahan!"
"Nggak, Om. Aku udah janji mau nikah sama Mama aku kalau udah gede!" Wuje menukas.
"Dih, mana bisa kamu nikahin Mama kamu?!" Kwinsa membalas.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Bunch of Daddy ✅
Ficção GeralA Bunch of Daddy - Completed "Mama tau nggak, kenapa motor Mio itu nggak manis?" "Pa, jangan mulai deh..." "Jawab aja, Ma, tau apa nggak?" "Nggak..." "Karena kalau manis... namanya motor Milo. Hehehe."