Waduh, Wirya nggak nyangka banget kalau dia bakal ketemu Rossa di restoran ini. Setahunya, Rossa tuh lagi meeting—walau yah, nggak menutup kemungkinan kalau selepas meeting, Rossa memutuskan mampir ke sini. Cuma, saking kagetnya, Wirya nggak berpikir panjang dan tanyanya terlontar begitu saja tanpa bisa dia kontrol.
"What are you doing here?"
Rossa melirik pada Ryza yang langsung pura-pura sibuk main handphone, terus katanya. "Harusnya aku yang nanya."
Tadinya, begitu lihat Rossa berdiri di sisi mejanya, Wirya tuh sudah nyaris panik macam laki-laki hidung loreng yang ke-gap selingkuh sama pasangannya. Cuma kalau Wirya pikir lagi... lah ngapain dia panik? Mereka lagi break. Dia sama Ryza juga ketemu Rossa di restoran, bukan di lobi hotel atau sejenisnya.
"Mau makan. Restoran ini kan terbuka untuk umum." Wirya membalas, terdengar santai banget dan nggak tau kenapa, bagi Rossa itu terasa menohok.
"And who is—"
"Aku Ryza, Tante."
Secara penampilan, Ryza memang kelihatan muda banget. Rossa menebak, paling banter anak itu masih kuliah—atau mungkin baru mau lulus kuliah? Nggak akan jauh-jauh dari itu. Namun mendengarnya bicara, Rossa jadi lebih kaget lagi. Suaranya Ryza terdengar cute dan terkesan childlike.
"Dia temen aku." Wirya menambahkan.
"Seriously?" Rossa melipat tangan di dada. "Sejak kapan kamu temenan sama anak kecil?"
"Kenapa sih, semuanya pada sebut saya anak kecil?!" Ryza nggak bisa menahan diri buat nggak protes. "Saya ini udah gede, Om, Tante! Mana ada anak kecil yang bisa naik pesawat sendiri dari Soekarno-Hatta sampai kesini coba?"
Rossa menatap sejenak pada Ryza. "Terus apa hubungan kamu sama om-om ini?"
"Seriously, Rosie?!" Wirya tampak shock sejenak. "Kamu ikut-ikutan panggil aku om-om?!"
"Diem, aku lagi ngomong sama dia."
"Nggak tau sih, Tante."
"Katanya kamu temannya."
"Iya kali ya?" Ryza menggaruk belakang lehernya, terlihat rikuh. "Tapi rada aneh gitu nggak sih? Saya belum pernah punya teman om-om..."
"TERUS KALAU BUKAN TEMEN, APAAN?" Wirya malah jadi nge-gas ke Ryza.
"Keponakan ketemu gede kali ya?"
Rossa berdecak. "Wirya, it's not cool."
"What? Aku nggak ngapa-ngapain!!"
"Aku tau kamu marah sama aku soal Jaka, tapi main-main sama anak kecil cuma untuk bikin aku kesal itu bukan sesuatu yang dewasa."
"Wait—" Ryza tersentak, memelototkan matanya hingga Wirya merasa bola mata gadis itu bisa saja melompat keluar sewaktu-waktu, terus bergantian menunjuk Wirya dan Rossa dengan dramatis. "JANGAN BILANG KALAU TANTE INI TUH MANTANNYA OM WIRYA?!"
"WHAT?! MANTAN?!" Rossa sontak terperanjat, tatapannya terarah pada Wirya, terkesan menuduh sekaligus sarat oleh sorot kecewa. "Kamu udah anggap aku mantan?!"
Duh... kok bisa kacau banget begini ya?
"We're in a break." Wirya beralasan.
"Dan kamu udah anggap aku mantan?!"
"Kita nggak lagi berada dalam sebuah hubungan, Rosie."
"Untuk sementara." Rossa menukas cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Bunch of Daddy ✅
General FictionA Bunch of Daddy - Completed "Mama tau nggak, kenapa motor Mio itu nggak manis?" "Pa, jangan mulai deh..." "Jawab aja, Ma, tau apa nggak?" "Nggak..." "Karena kalau manis... namanya motor Milo. Hehehe."