warning: aftercare scene, anjingggggggg
***
"Dari semua orang, kenapa harus dia?"
Hyena pernah menanyakan itu pada Jenar suatu kali, nggak lama setelah Jenar dan Rei berterus-terang ke kedua orang tuanya Jenar soal cicilan bayi yang sudah mulai jalan—yang bukannya bikin kedua orang tua Jenar murka, melainkan justru membuat mereka lega.
"Maksudnya?"
"Don't get me wrong. Kayak apa ya, jujur kalau dengerin cerita lo tentang gimana dulu lo berusaha caper ke Regina, dengerin ceritanya Jella, kadang gue suka nggak percaya, ternyata adek gue bisa sengotot itu untuk satu cewek." Hyena memiringkan wajah. "Dari semua orang, kenapa harus dia?"
"Nggak tau."
"Oh, come on."
"Cinta itu kan nggak mesti pakai alasan, Kak."
"Cinta memang nggak pakai alasan, tapi awal mula datangnya cinta, biasanya karena ada banyak alasan."
Jenar terkekeh. "Gue harus jujur?"
"Iyalah. Lagian it's not like gue bakal ember ke semua orang, kan?"
"She's pretty."
"Ada banyak orang yang cantik di dunia ini."
Jenar langsung membenarkan. "Indeed. Ada banyak orang yang cantik di dunia ini dan akan selalu ada orang yang lebih cantik dari Regina. Dari sana, gue menemukan alasan berikutnya."
"Apa?"
"Dia aneh."
"Kacau."
Jenar tertawa. "Nggak dalam konteks jelek. Sesuatu yang aneh kan biasanya mencolok. Stand out. Gampang tercirikan, karena dia berbeda sendiri dari yang ada di sekelilingnya. Menurut lo, kalau ada anak kucing kecil di pinggir jalan yang kehujanan, lebih normal mana, mindahin anak kucing itu ke tempat teduh atau justru ninggalin payung yang lagi lo pake buat anak kucing itu sampai-sampai lo sendiri kehujanan?"
"... oke, gue harus akui itu aneh."
"Kan!" Jenar berujar puas. "Sisanya... gue nggak tau. Mungkin karena dia sesulit itu diajak bicara. You know me. Dari kecil, gue nggak pernah punya problem dalam bergaul sama siapapun, nggak pernah merasa sulit mendapatkan sesuatu yang gue mau, even sometimes, gue harus mengeluarkan effort gede. Lalu tau-tau ada dia, yang seperti menganggap gue insignificant. Kayak menghindari gue, nggak mau ngomong sama gue. Rasanya ego gue kayak ditendang."
"Bisa dimengerti."
"Then I got to talk to her, and it feels nice. Ketika gue ngobrol sama dia, gue menebak dia bakal jawab A, tapi ternyata dia justru bilang B. It's exciting. Sama Regina... ngobrolin apa pun selalu seru. Dan gue rasa, itu yang gue butuhkan. Teman ngobrol yang nggak membosankan diajak ngomong, nggak peduli seberapa lama pun itu. Sama dia, walau kita nggak ngelakuin apa-apa, cuma duduk dan ngobrolin sesuatu yang sepele pun kerasa udah cukup." Jenar berkata lagi. "Then I learned something sad about her. Lo tau, Papa sama Mama nyaris nggak pernah berantem di depan kita. Mereka sayang sama kita dengan sebaik-baiknya orang tua bisa sayang sama anaknya. Saat gue tau dia nggak seberuntung itu... I don't think she deserves that. I want her to be happy. Gue mau dia juga ngerasa disayang, kayak gimana gue ngerasa disayang sama keluarga gue sendiri."
"..."
"And last, well, I think we're sexually compatible."
Hyena memutar bola matanya. "Bener-bener ya lo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
A Bunch of Daddy ✅
Ficción GeneralA Bunch of Daddy - Completed "Mama tau nggak, kenapa motor Mio itu nggak manis?" "Pa, jangan mulai deh..." "Jawab aja, Ma, tau apa nggak?" "Nggak..." "Karena kalau manis... namanya motor Milo. Hehehe."