8 | ribut gak?

42K 6.7K 3.6K
                                    

Dari semua bapak-bapak (meski masih pada muda, mereka sudah bisa disebut bapak-bapak dong ya, karena kan sudah punya buntut), kayaknya Tigra itu yang paling tepat dikatakan sebagai definisi dari suami dan ayah siaga.

Nggak kayak Jenar yang clueless banget perkara ngidamnya Rei sampai-sampai curhat ke Jella dan sempat bilang, "Sumpah, gue kayak nggak kenal istri gue sendiri, La. Cengeng banget ampun deh, terus nih ya, sensitif juga. Dia kan ngidam soju campur yakult tuh. Jelas kagak gue kasih, karena gue belum gila. Gantinya, dia minta dibeliin cimol yang pake bumbu mecin segaban itu. Dia mintanya bumbu keju. Terus waktu beli, gue lupa. Akhirnya dikasih bumbu jagung bakar. Tau responnya apa? Nangis."

"Salah lo, anjir. Udah dibilang dia maunya keju!"

Tigra sempat dengar Jella membalas begitu di telepon—teleponnya sengaja Jella loudspeaker, biar suaminya juga bisa mendengar. Soalnya, walau mereka berteman dari jaman kuliah, tetap kedengaran gimanaaaaaaa gitu kalau Jella telponan sama suami orang tanpa sepengetahuan lakinya sendiri.

"Beda tipis, elah! Rasanya juga kan sama-sama rasa mecin!"

"Pantesan, berantem melulu." Begitu komentar Tigra sehabis obrolan telepon Jella sama Jenar selesai, yang mana kemungkinan besar, dilanjut dengan Jenar bertekuk lutut di depan Rei sembari menghaturkan permohonan maaf yanng sebesar-besarnya.

"Kasian banget Rei, lakinya nggak peka." Jella menggerutu, kemudian berpaling pada Tigra dan tersenyum manis. "Untung suaminya aku pengertian banget. Aku jadi Regina sih nangis darah, Ti. Bisa-bisanya letting go of someone like you buat ditukar sama mantan buaya rawa."

Tigra terkekeh. "Perasaan dulu kamu juga pernah naksir setengah mampus sama Jenar."

"Naksir doang! Nggak setengah mampus!" Jella membantah, rada nyolot dan ngotot.

"Tapi kan kamu tetap ciuman sama dia di apartemennya Jenar, Sayang."

Jella terbatuk. "TAU DARI MANA?!"

"Johnny."

"Edan si Johnny!"

"Rei juga tau loh."

"Sebelum apa sesudah jadian sama Jenar tuh taunya?"

"Sebelum."

"Pantesan jalannya si Jenar berat banget." Jella geleng-geleng kepala, sementara Tigra tersenyum sambil mengusap-usap puncak kepalanya.

Masih dengan kacamata yang bertengger di batang hidungnya, Tigra membaca buku yang lagi dia pegang. Judulnya? Dr. Spock's Baby and Child Care by Benjamin Spock, MD. Kemarin-kemarin, buku yang dibaca berbeda lagi, walau masih tetap seputaran parenting. Judulnya? Cherish the First Six Weeks; A Plan That Creates Calm, Confident Parents and a Happy, Secure Baby by Helen Moon.

"Ti, serius banget bacanya. Dari tadi aku dicuekin terus."

"Nggak dicuekin, babe."

"Iya, maksudnya dielus tapi didiemin melulu."

"Baca buku buat nyambut Cherry."

Cherry adalah nama panggilan cute yang diberikan Jella sama Tigra buat bayi mereka di awal kehamilan. Jadi, waktu itu Tigra lagi membaca sebuah artikel di internet yang mengumpamakan ukuran bayi dengan buah sesuai dengan usia kehamilan. Terus tau-tau, Tigra bertanya.

"Babe, kamu sekarang di minggu keberapa sih? Sembilan ya?"

"I think so. Kenapa, Ti?"

"Kalau di minggu kesembilan, berarti baby-nya sekarang seukuran cherry."

"Cherry?"

A Bunch of Daddy ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang