53 | kelelep

29.3K 5.2K 1.7K
                                    

Rossa melangkah menjauhi mejanya Wirya dengan perasaan campur-aduk.

Dia merasa kesal? Jelas. Marah? Nggak perlu ditanya. Tapi tentu saja, dia cukup dewasa untuk nggak memulai pertengkaran heboh dengan Wirya gara-gara kehadiran seorang gadis muda yang menyertai lelaki itu.

Tapi, siapa sebenarnya gadis itu?

Entah deh, Rossa nggak tahu.

Jika dipikir-pikir lagi, apa yang mengganggu Rossa sebetulnya bukan sosok gadis muda tersebut, melainkan fakta kalau Wirya bilang dia sudah berstatus sebagai mantan.

Secepat itukah?

Wirya nekat mengikutinya sampai kemari—dan Rossa tahu, ada sejumlah pekerjaan yang mesti Wirya tinggalkan sejenak hanya untuk melakukan itu.

Terus sekarang, semudah itu buat Wirya bilang ke seseorang—seorang gadis, terutama, yang walau masih muda, memiliki tipe garis wajah yang nggak gampang dilupakan. Siapapun pasti akan sependapat, bilang kalau gadis itu cantik—bahwa Rossa adalah mantannya?

Rossa betul-betul kesal.

Dia mengembuskan napas sewaktu sudah kembali ke mejanya, bergabung kembali dengan rekan-rekan yang bekerja bersamanya dalam proyek kali ini. Sekarang jam makan siang. Waktunya istirahat. Mereka rehat sejenak dari membicarakan soal pekerjaan, ganti sibuk mengobrolkan sesuatu yang sifatnya trivia dan kurang penting seperti keseharian.

Rossa diam saja, tertunduk menatapi layar ponselnya.

"Miss Roseanne, is everything alright?"

Kayaknya, ekspresi wajah Rossa kentara banget sepetnya, makanya salah satu dari mereka yang duduk paling dekat dengan Rossa tergerak untuk bertanya.

"Ah, it's okay, I am just texting someone."

"Your boyfriend?"

Rossa hanya tersenyum sekenanya, tak menjawab lebih lanjut.

Jarinya masih terus bergerak di layar ponsel, mencari kontak seseorang yang bisa dia jadikan tempat menumpahkan seluruh keluh-kesah.

Jella?

Kalau Rossa nggak salah ingat, sepertinya Jella lagi sibuk—entah itu dengan liburannya, atau mumet gara-gara mertuanya yang belakangan ini rajin berulah. Rossa nggak ingin nambah-nambahin beban pikiran Jella, maka dia beralih ke kontak berikutnya.

Rei?

Duh, kayaknya Rei nggak akan mengerti yang beginian. Menurut Rossa, hubungan Rei sama Jenar mulus-mulus saja. Itu karena Jenar tipikal laki-laki yang penuh pengertian dan nggak pernah membiarkan kecemburuannya menutupi akal sehatnya. Kisah mereka juga lancar banget kayak jalan tol. Sejauh yang Rossa tahu, mereka nggak pernah terpisahkan sejak awal mereka dekat semasa kuliah. Jadi sepertinya, curhat sama Rei bukan ide yang bagus.

Yumna?

Walah, itu orang suka emosional banget kalau ngasih saran. Lalu, berkaca dari dramatisnya putus-nyambung Yumna dan Yuta selama bertahun-tahun, serta bagaimana cerita balikannya mereka bikin jalanan sempat macet selama dua jam penuh, kayaknya agak kurang bijak saja meminta pendapat Yumna.

Jaka?

Rossa menghela napas, memutuskan untuk mengetikkan pesan singkat buat Jaka.

rossa:
hei, jk.
sibuk gak?

jaka:
kinda.
kenapa?

rossa:
gapapa kalo sibuk.
gak penting kok.

A Bunch of Daddy ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang