ㅡ sixteen

2.4K 324 14
                                    


voment juseyooo😁💚
sorry for typo🙏
happy reading

.
.
.
.



"jeno-ya."

kepala jeno mendongak, pandangan nya mengfokus ke arah panggilan.
suara yang jeno hafal, namun pandangan nya memburam. entah mengapa, tangan nya memposisi menahan gerakkan badan nya yang mulai limbung dari posisi berdiri sekarang.
jeno mempastikan itu adalah suara mark, tapi dia tidak bisa melihat hyung nya itu dengan jelas. sepertinya jeno butuh kacamata, batin jeno.

jeno hanya mengangguk sebagai tanda menjawab panggilan, kepalanya pusing, dan badannya pun masih nyilu.
bandan nya ia paksa bangun pagi ini, walaupun hari ini hari minggu. ia harus tetap bangun pagi untuk membantu bibi lee.
jika papa melihatnya masih tidur, pasti akan lebih panjang ceritanya dari pada hukuman nya kemarin. itu saja sangat membuat seorang lee jeno menderita, jangan lagi. jeno lelah harus menahan rasa sakit lagi.

"ya, lee jeno!"

tubuh jeno limbung, dan terjatuh di depan pintu kamarnya. sebelumnya ia mencium bau amis yang keluar dari hidung, dan mengecap ketika darahnya meleleh menghampiri bongkahan bibir.
mark yang melihat nya langsung lari menghampiri sang adik, langsung memposisi kan kepala jeno di paha kakinya, menepuk pelan pipi sang adik agar menjaga kesadarannya, menghapus darah sang adik dengan ujung baju santainya.

"ya! kau kenapa?! hei, jangan tidur!" suara panik mark. melihat wajah pucat sang adik terlihat nyata, bak mayat hidup sekarang.
bahkan lebih parah dari keadaan semalam,

'hyung, aku tidak bisa melihat wajah hyung. buram sekali.'

mark menggeleng keras, "hei! tetap jaga kesadaran mu. hyung akan memanggil ambulance!"

👑👑👑

"kamu tenang saja, adikmu baik-baik saja. hanya kelelahan, dan apakah kau tau luka yang berada di punggung nya itu?"

mark hanya diam tidak ada niatan untuk menjawab ujaran sang dokter yang menangani jeno tadi.
ia merasa gagal sekali untuk di jadikan seorang kakak untuk jeno.
membiarkannya sendirian, dan selalu sendiri di lingkup keluarga.
dan hari ini puncaknya ketika jeno sakit, ia tidak tega melihatnya seperti ini. melihatnya terbaring di bankar rumah sakit, apalagi tadi sebelum keadaan jeno yang tertidur sekarang ini, jeno menolak untuk di suntik karena takut jarum. katanya dia takut tangannya akan menggembung lagi seperti kemarin dan tidak bisa berkomunikasi kepada orang-orang jika tangannya berisi cairan infus.
pandangan nya saja yang memburam, tapi kepekaan nya terhadap sekitarnya ia masih merasakannya bahwa ada orang lain. ajaib.

"adikmu punya trauma."

kepala mark menoleh, "apa dok?"

"trauma kronis." dokter melanjutkan ucapannya, "dimana dia mengalami hal, dan kejadian yang sama pada waktu yang berbeda. seperti bekas pukulan di punggungnya."

"lalu, bagaimana dok?" suara mark kini bergetar, pandangan nya kini tertuju pada jeno yang masih tertidur lelap dan damai.

"adikmu juga memiliki maag akut, asam lambung yang tinggi. dan iya, aku memiliki satu penemuan lagi di badan adikmu, tapi ini masih prediksi ku.."

"apa itu?"

"aku menemukan sel darah yang berbeda di dalam badan adikmu, dan itu lumayan banyak.."

silent ; jenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang