ㅡ twelve

2.4K 328 9
                                    

sorry for typo:"
happy reading! 😉💚



"uchan gapapa, mama." sungchan menolak usapan kapas basah dari sang mama seraya merengek. sungchan mendengus kesal, ini hanya luka lecet di bagian dahi dan tulang pipi nya saja. bukan luka serius.

bola mata juhyun mendelik sempurna ke arah bungsu. "kamu ngga liat ini semua apa? mama ngga suka ya anak mama luka, apalagi karena anak sialan itu." ujar juhyun tandas, kini ia mulai membalut luka sang putra dengan kapas baru lalu di beri betadine dan di tempelkan pada luka dengan handsaplas.

sungchan meringis ketika kapas barunya menempel sempurna di bagian luka.
setelah mendengar tuturan sang mama, sungchan jadi teringat kejadian pagi tadi.

iya, di saat ia terjatuh.
setelahnya ia meringis kesakitan dan kemudian menangis kencang, mengakibatkan orang satu rumah datang mengahampirinya lalu hyung membopongnya ke kamar atas.

sungchan melihat suatu kejadian.
bukan kejadian nya pasca terjatuh karena terpeleset di lantai, tapi. ia melihat sang papa menarik kencang rambut seseorang dan berteriak keras sampai seisi rumah terdengar suara keras papa.

sungchan juga ingat, papa nya terus saja merapalkan kata anak sialan berulang kali, sebelum tubuhnya masuk ke dalam kamar bersama mama dan mark. sehingga suara itu perlahan hilang lalu hilang dari indra pendengaran.

yang papa maksud anak sialan itu, siapa?

batin sungchan bingung.

"mama."

"huum? kenapa sayang?"

"papa tadi apain anak bibi lee?"

👑👑👑

"jen!"

aku mendongakkan kepala cepat.
satu tepukan mendarat keras di punggungku yang terkena cambukan papa tadi pagi.

aku meringis tanpa suara. perih sekali.

"lo gak ke kantin?"

spontan kepalaku menggeleng. hari ini papa tidak memberiku uang jajan, tadi pagi pun aku tidak melahap sepeser pun makanan yang terhidang di rumah.
semua salahku, andai saja aku tidak ceroboh asal mengepel lantai pasti tidak seperti ini.

"btw, gua di kasih bekel sama ibu. tapi gua gak suka. lo mau gak? dari pada gua buang."

aku menatap nanar bekal berwarna hijau tua itu. kenapa disaat aku ingin keluargaku memberiku sedikit perhatian nya berupa jatah makannya... kenapa anak ini seperti menyia nyiakan bekal buatan rumah?

kutarik buku harian tulis ku alias buku bicaraku, kemudian kutulis sesuatu disana..

'kenapa tidak kamu makan saja? ibumu pasti sangat lelah membuatkan bekal untukmu. setidak nya kamu makan saja.'

kulihat pemuda itu mendengus. "mau apa kaga? kalau kaga mau yaudah mau gua buang aja."

mataku mendelik, lalu menarik pelan hoodie yang di gunakan pemuda itu. dan secepat kilat kembali menulis beberapa kata di buku ku tadi,

'untuk ku saja, jangan di buang.'

"oke. tapi ada syaratnya."

dahiku mengkerut, seolah bertanya 'apa?'

silent ; jenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang