ㅡ fifteen

2.5K 334 18
                                        

sorry for typo...
jangan lupa vomentu.

.
.


'hyung....biar jeno aja.'

tanganku mencoba bergerak menggapai tangan mark hyung yang terus saja menempelkan antiseptik di badanku.

sesekali bibirku terangkat keatas, entah itu untuk tersenyum atau meringis kesakitan.

aku hanya.. aish, aku tidak bisa mendeskripsikan moment baru ini... memang, mungkin ini terasa asing karena sedari tadi mark hyung hanya diam saat mengobati badan penuh luka dari papa tadi sore.

ku amati wajah mark hyung dari samping, pipi hyung ku ini semakin tirus saja.
bahkan tulang pipi nya kian terlihat oleh mata bebas. apakah di sekolah akhir - akhir ini membuatnya susah makan??

padahal setiap pagi bahkan aku selalu membuatkan nasi goreng kimchi kesukaannya, apakah setelah kejadian lalu .... mark hyung benar -benar tidak mau menyentuh makanan buatan ku??

ahh, kan ada mama yang kini selalu ada untuk mark hyung. jadi kenapa aku harus merasa sedih?

badanku terkejut saat mark hyung menempelkan lagi kapas antiseptik,

"kekencengan? sorry."

kepalaku menggeleng pelan, ini benar - benar asing.

'hyung...'

ku sentuh tangan mark hyung, lalu ku balikkan badan menghadap ke belakang menatap dua buah mata mark hyung.

raut mark hyung terlihat kaget saat menatapku begini. ah benar, dia kaget.
dan aku sepertinya ingin menangis saja, jujur saja aku rindu mark hyung yang peduli padaku, yang selalu menanyai ku sudah makan atau belum... dan sekarang sudah asing di telinga ku.

"kenapa? kekencengan lagi?" tanya mark hyung

kepalaku lagi -lagi menggeleng,

"terus?"

ku arahkan telunjuk tangan kanan mengarah baju putih yang di pakai mark hyung. sudah tidak terlihat seperti baju sepertinya, penuh dengan darah punggungku tadi yang mengalir sampai dada.


'baju hyung biar jeno saja yang mencuci.'

👑👑👑

mark terdiam di duduknya. dia masih berada di kamar sang adik jeno.
kamar yang sekarang adiknya tempati, kamar yang seharusnya gudang mainan nya dahulu. sekarang di sulap oleh sang papa menjadi kamar jeno, adiknya yang malang.


tidak ada yang istimewa di kamar ini. hanya bertambah meja belajar, lemari, dan kasur tidur tipis milik jeno.


sedangkan kardus-kardus mainan mark dahulu masih ada di sudut sudut kamar ini.
sudut-sudut kamar yang sebenarnya sempit ini... ah, jeno yang malang. seharusnya tidak begini.


kepala mark menoleh ke arah adiknya yang sudah tertidur lelap di sebelahnya dengan mulut sedikit terbuka. mark tersenyum kecil, adiknya ini sungguh menggemaskan bila seperti ini. tetapi, setelah melihat kejadian yang di terima jeno tadi, hatinya seperti terkoyak besar sekali.
mengingat mark pernah melihat guratan tangan adiknya seakan berkata

silent ; jenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang