Langit mulai gelap, matahari sudah mulai lelah bersinar dari pagi. Namun suasana rumah masih sepi. Hanya ada seorang gadis ditemani oleh buku novel kesayangannya. Berulang kali dia melirik kearah jendela menunggu kepulangan kakaknya.
Kring... Kring...
Ponselnya berdering menampilkan panggilan dari kontak bernama "Ka Gaby". melihat hal itu Gracia yang sedaritadi terpaku pada buku novel putih setebal 244 halaman itu langsung mengangkat panggilan dari Gaby."Halo."
"Iya halo, kenapa kak kok nelpon?"
"Kakak lagi diluar ni sama temen, entar mau mampir kerumah lo mau nitip ga?"
"Wahh boleh deh, nitip itu aja.. susu strowberi sama martabak satu deh."
"Ya udah bentar lagi kakak pulang, jangan kemana mana."
"Iya iyaa, buruan ya jangan lama."
panggilan tersebut pun diakhiri oleh Gracia. sembari menunggu kakaknya, ia memutuskan untuk membersihkan badannya mengingat ia baru saja membersihkan gedung sekolah tadi, jadi tentu saja tubuhnya lengket seperti baru berolahraga. Tanpa banyak berpikir segera Gracia berlari kekamar mandinya dan membasuh tubuhnya.
Gracia keluar dari kamar mandi tersebut dengan piyama tidur berwarna ungu miliknya itu. Kembali dia membaca novel yang sebelumnya sempat terhenti karena mengangkat telepon dari kakaknya. Karena merasa bosan, Gracia menyalakan musik dengan volume yang cukup keras, kalau bukan dari keluarga harlan Gracia mungkin sudah diusir dari sana karena ulahnya yang selalu menganggu tetangga tetangganya itu.
Tok.. tok.. tokk..
Suara ketukan pintu kayu itu terdengar nyaring ditelinga Gracia, Dari dalam Gracia berteriak untuk menyuruh siapapun yang mengetuk pintunya untuk masuk kedalam kamarnya. Namun pelaku tidak kunjung masuk, tentu saja Gracia jengkel sebab suara ketukan itu terus berlanjut. Dengan terpaksa Gracia berdiri dari posisi nyamannya itu dan berjalan kearah pintu."Apaan siii kakk... kan udah Gre bilang, masuk aja." Ucap gracia tanpa menatap lawan bicara karena terfokus pada novel yang sedang dibacanya. Merasa tidak ada balasan dari sang lawan bicara, Gracia menghentikan kegiatan membacanya itu dan melihat lurus kedepan.
"LO?!" Teriaknya kaget karena melihat Shani yang sudah berdiri didepan pintunya tersebut sambil memegang sekantong plastik yang dia sendiri tak tau apa itu isinya.
"Apaan sih Shania Gracia, berisik tau, ga usah teriak teriak di telinga gue juga kali. Gue cuma mau ngantar ini, tadi Gaby nitip katanya disuruh ngasih ke lo."
"Lahhh Kak Gaby nya manaaa.."
"Lagi di atas ngambil berkas osis bentar, ya udah ni buruan gue mau nyamperin Gaby."
Shani meninggalkan Gracia yang kesal karena kakaknya tidak mengabari bahwa Shani yang akan datang. Memang tadi Gaby sudah memberi info bahwa temannya akan datang, namun siapa sangka bahwa yang akan datang malah seorang Shani Indira Natio.
~
"Udah lo kasih Shan?" tanya Gaby
"Udah."
"Makasih ya Shan, jadi ngerepotin."
"Santuy."
Gaby dan Shani melanjutkan tujuan awal mereka mengumpul yaitu untuk mengerjakan tugas kelompok serta membahas kelanjutan kegiatan mos untuk hari kedua, kebetulan sekali jabatan Gaby adalah Wakil Ketua Osis sedangkan Shani adalah Ketuanya. Seiring berjalannya waktu, tugas mereka mulai terselesaikan. Kini mereka tinggal membahas apa yang akan mereka lakukan untuk kegiatan Ospek berikutnya.
"Nah kelar juga tugasnya, sisa rencana buat besok." ucap Gaby.
"Lo ada ide ga?" tanya Shani sambil merenggangkan tulangnya karena sedari tadi mereka hanya duduk disofa
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Sunshine (GreShan)
Fanfiction"Aku tidak pernah menyesal mengenalmu, satu satunya hal yang ku sesali adalah tidak bisa menjadi yang terbaik untukmu." -Shani Indira Natio