1

361K 20K 441
                                    

    Seorang gadis yang sedang berlari menuju suatu tempat karena merasa dirinya sudah terlambat. Dia berusaha lari sambil melirik jam tangannya.

“Mampuss...Telat lagi” umpatnya

    Setelah sampai didepan suatu toko bunga. Ia berhenti sejenak kemudian berusaha mengatur nafasnya. Masuknya ia didalam ia melihat Mei teman sekerjanya sedang bersih-bersih. Gadis itu bergerak mendekati Mei.

“Mei, bos udah datang?”

Gadis itu mengangguk. Mei melihat penampilan gadis ini dari bawah sampai keatas dengan tatapan menilai.

“Sein bisa gak lo pake baju sedikit rapi? Gimana bos ga sering enek liat lo pake baju aja kek gitu. Mana cuma pake sendal jepit lagi”

Seina yag sedang di introgasi oleh sang partner hanya mendengus.

“Gak ada waktu buat rapi-rapi gue Mei. You knowlah gimana gua. Dah ah mau ke ruang ganti dulu.”

   Seina bergeas keruang ganti. Setelah berganti baju Seina bergegas melakukan pekerjaanya.

   Tak lama jam makan siang mereka berkumpul di kafetaria dekat toko bunga tersebut. Mereka makan sambil berbincang-bincang.

“4 bulan terakhir ini toko kita omsetnya menurun tau.”

“huum, kata kathleen sih gitu. Bahkan pemasukan bersignya Cuma 5% doang.”

“klo gini terus mah yang ada kita dipecat satu-satu”

Sein yang sedang menyeruput mienya langsung terbatuk. Refleks Mei langsung menyodorkan air putih. Seina langsung meminumnya. Seina menatap temannya yang tadi berbincang. Setelah menatap satu-satu temannya, Seina kemudian melanjutkan makannya. Teman-temannya yang sudah mengenal keanehan Seina kemudan melanjutkan perbincangannnya.

“gua gak sanggup klo gua yang harus dipecat. Belum lagi biaya kuliah di jurusan arsitektur tuh mehong-mehong. Orang tua gua juga lagi gak punya penghasilan tetap lagi. Belum lagi adek gua yang bentar lagi obatnya abis” Curhat mei.

   Mei memang bukan kalangan atas. Dirinya harus banting tukang untuk membiayai kuliah beserta obat sang adik yang sedang sakit itu. Seina yang notabenya merupakan sahabat dekat mei pun terdiam. Ia paham seberapa sulit ekonomi sang sahabat.

Terkadang seina ikut membantu membelikan obat untuk adik Mei. Seina yang pernah tinggal dipanti asuhan dan dekat dengan anak-anak disana tergerak hatinya untuk membantu pengobatan adik Mei. Ia tahu betapa sakitnya kehilangan seseorang yang berharga. Karena dulu di panti asuhan salah satu adiknya yang telat berobat berujung kematian. Seina merasa sedih dan terpukul. Karena hal itu pun ia bertekad agar hal serupa tidak terjadi pada adik Mei.

“Mei lo tenang aja. Ada gue kok” ujar Seina sambil memeluk sang sahabat. Mei langsung memeluk Seina sambil menangis.
Hanya sahabatnya inilah yang menjadi semangatnya untuk bekerja dan berusaha menyembuhkan sang adik.

“udah jangan nangis, noh ingus lo keliatan tuh” Mei memukul lengan Seina yang sedang meledeknya.

Balik dari kafetaria itu mereka kemudian bekerja di tempat masing-masing. Sampai sore harinya, semua karyawan dikumpulkan oleh sang bos. Mereka hanya pasrah jika memang harus ada pemecatan karyawan. Mereka sudah siap.

“ekhmm..... disini saya berdiri untuk menyampaikan berita yang mungkin merupakan berita yang sangat buruk.”

Hening.

“jadi langsung saja saya akan memberitahukan jika hari ini saya akan memecat beberapa karyawan karena toko tidak bisa menggaji kalian lagi.”

Masih hening.

“jadi yang saya sebut namanya segera mengambil surap pengunduran diri kalian di ruangan saya sebentar.” Semuanya mulai berbisik-bisik. Mei yang terlihat pucat dan berkeringat dingin pun hanya bisa mengatur nafasnya. Seina yang ada didekatnya pun hanya bisa menggenggam tangan sang sahabat sebagai bentuk penyemangatnya.

“jadi yang saya pecat hanya dua orang yaitu Meilan Liu dan Rezfan.”
Sontak orang disebut namanya pun terkejut. Seina juga ikut terkejut dan langsung menatap sang sahabat. Seina mulai overthingking setelah melihat sang sahabat.

“yang saya sebut namanya mari ikut keruangan saya. Dan lainnya silahkan bubar” bosnya pun berbalik keruangannya. Semua karyawan pun mulai bubar, kecuali rezfan, mei dan seina.

Mei sudah menangis hanya bisa memeluk seina. Dirinya tidak bisa memikirkan bagaimana kedepannya. Setelah lama menangis, mereka pun keruangan bosnya termasuk seina karena ia menemani mei.

“maafkan saya Rezfan. Mama kamu yang suruh saya pecat kamu, katanya kamu lebih baik belajar ngurusin bisnis papa kamu.” Ujar sang bos. Rezfan mengangguk dan pasrah. Kemudian bosnya pun menatap mei dengan tatapan bersalah.

“maafkan saya ya Mei.”

“Bu bagaimana saya bisa membayar kuliah dan obat adik saya jika saya dipecat bu. Sekarang juga susah nyari kerja bu. Sementara obat adik saya hampir habis bu. Saya harus gimana bu.” Mei menangis setelah mengatakan hal itu. Sein yang ada didekatnya pun terhenyak. Meski kondisi keduanya sama-sama tapi seina tak begitu banyak tanggungan.

Setelah hening beberapa saat, Tiba-tiba Seina angkat bicara tanpa pikir panjang.

“Bu boleh saya menawarkan diri untuk mengundurkan diri?”






Typo bertebaran......
please support friends


YOUNG BABYSITTER (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang