3

166K 17K 1.5K
                                    

   Dua hari setelah pengunduran dirinya di toko bunga tersebut, seina masih belum niat untuk mencari pekerjaan. Seina masih terlihat menikmati masa istirahatnya. Seina berkeliling mall tanpa membeli apapun. Setelah lelah berkeliling, seina memutuskan untuk keluar mall dan mencari cafetaria terdekat. Setelah sampau disana ia memesan beberapa makanan untuk dia santap.
  
   Namun baru beberapa santap, seina melihat anak kecil menatap makanannya. Anak yang terlihat rapi tapi tidak didampingi orang tuanya. Merasa kasihan, seina pun menghampiri anak kecil itu. Terlihat anak kecil itu memang lapar.
  
“adek lapar?”

“I am hungry”

‘eh buset. Pake bahasa inggris lagi’

“oh you hungry? Where are your parents?”

“I JUST WANT TO EAT AUNTY, I AM HUNGRY”

‘eh malah ngegas nih bocil.’

   Semua mata tertuju pada seina dan anak kecil itu. Mereka memandang sinis pada seina. Dikira seina menelantarkan keponakannya.
  
“mba itu ponakannya mau makan kok gak dibeliin makanan sih. Gak kasian tuh liat mukanya kayak lapar gitu”

“iyya ih. Kasian banget ponakannya” lanjut ibu-ibu yang ada disana.

Seina yang juga kesal karena ulah anak kecil ini pun mengajaknya masuk di kafetaria itu dan memesankan makanan.

“nah adek, kamu mau makan apa?”

“apapun yang penting tidak pedas. Terus minunnya air putih saja tapi dua botol ukuran 600ml” sebut anak kecil itu pada pelayan yang melayani mereka.

Sementara seina memandang anak kecil itu. Seina berpikir bocah ini bukan sembarang bocah. Dilihat dari ukuran bocah masih berumur 5-6 tahun. Tapi saat berbicara seperti sudah belasan tahun.

“nama kamu siapa?”

“Smith” Seina menarik alisnya satu keatas. Smith?
“nama belakangnya?”

“is it important?”

‘fiks kena mental gue kalo lama-lama sama nih bocil’

“gak juga sih dek. Cuma kalo aunty mau kembaliin kamu your parents susah gitu.”

“smith belum punya rencana untuk balik kerumah papi. Papi nyebelin banget. Papi Cuma sayang kerjaannya dari pada smith”

“jadi smith lagi ngambek sama papinya?” goda seina, tapi malah ditatap datar oleh smith.

“bisa dibilang begitu”

“tapikan papinya smith bekerja buat smith juga. Kalau misalnya papinya smith gak kerja, smith mau jadi gelandang kayak aunty?”

“gak ada gelandangan yang makan di cafe aunty” cela smith. Seina terbatuk mendengar perkataan Smith.

   Sehabis makan seina menuju kasir dan membayar semua makanan disana. Sedangakan bocah itu masih mengintil dibelakang seina. Seina merasa diikuti pun berbalik dan benar saja, bocah itu ikut padanya.
  
“kenapa gak nunggu papinya di cafe tadi? Aunty juga udah bilang ke palayannya buat jagain kamu sampai papi kamu datang loh.” Ujar seina

“smith bilang gak mau ketemu papi. Aku mau ikut aunty”

“nanti aunty dikira nyulik kamu, smith”

“ih.... tenang aja sih aunty. Kalau papi ngelaporin aunty ntar aku yang bicara sama papi. Udah deh aunty, smith mau mandi, seharian gak mandi smith gerah pen mandi”

   Seina masih menatap bocah itu. Smith menarik seina agar berjalan. Sesampainya didepan kontrakan seina, smith menatap kontrakan itu dengan tatapan tidak percaya.
  
“aunty tinggal disini? Like a sheepfold?”

Seina menganga mendengar hinaan dari anak kecil ini. Kandang domba? Heh bahkan Mei tidak pernah menyebut kontrakannya sebagai kandang domba. Seina merasa yakin kalau bocah ini adalah anak orang kaya.

“ayo katanya gerah. Masuk mandi sana”

Smith berjalan masuk ke kontrakan seina. Smith melihat dari sudut ke sudut. Seina memberikan handuk kepada smith dan menyuruhnya mandi.

“mau aunty mandiin atau mandi sendiri?
“mandi sendiri”

    Sementara smith mandi seina mempersiapkan baju gantinya. Setelah mandi smith anteng duduk di sofa sambil menonton tv. Sementara seina membersihkan diri.

****

   Di tempat lain pria sedang mengamuk kepada semua bawahannya, bagaimana tidak anak kesayangannya menghilang.

“saya sudah bilang kan, Jagain anak saya dengan benar. Tapi kenapa bisa hilang”
Semua bawahannya tidak ada berani angkat bicara.

“jeff, kenapa bisa smith lolos dari kalian?”

“tuan smith menyuruh kita berhenti di dekat penjual es krim. Tapi malah kabur tuan”

“anak sekecil smith tidak bisa kalian tangkap? Hell?!”

“larinya cepat sekali tuan kami bahkan kewalahan”

“jangan banyak pembelaan saya kasih waktu sampai besok. Kalau besok belum ketemu siap-siap kalian saya pecat.”

   Pria yang sedang mengamuk tadi adalah Hardin, ayah smith. ia khawatir karena smith adalah sosok anak kecil yang berbeda dengan anak kecil lainnya. Ia takut anaknya disakiti oleh orang lain.

****

    Sementara smith sudah tidur dengan lelap sambil memeluk seina. Seina masih terjaga memikirkan anak siapa yang ada didekapannya ini. Iyya yakin kalau anak yang ada didekapannya ini adalah anak orang kaya. Gaya bicaranya saja sombong. Pasti anak orang kaya.

    Sudah pukul 11 malam, seina belum tidur ia masih berkutat dengan handphonenya ia sedang mencari lowongan kerja. Sampai iyya menemukan perusahaan yang sesuai dengan kriterianya. “Faruk Company” itulah nama perusahaannya.
   
   Setelah memasukka datanya menggunakan handphone, seina kemudian meletakkan hpnya kemudian tidur. Tunggu menunggu waktu wawancara.
  
    Pagi harinya, smith terbangun tanpa seina disisinya. Ia langsung mengedarkan pandangannya dan tidak menemukan siluet seina.
“aunty!!”


Typo bertebaran....
Vote and share guys

YOUNG BABYSITTER (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang