5

150K 17.4K 647
                                    


“kamu, kamu yang nyulik anak saya!?”

“heh”

“jangan sok plonga-plongo kamu”

“hah”

“seret dia masuk keruangan saya” perintah hardin. Tapi tidak semudah yang dibayangkan. Bawahannya sudah tidak berani memegang gadis itu.

Hardin pun langsung mengunci tangan seina dengan cepat bahkan Seina belum sempat melakukan perlawanan.

“kalian, bawa anak saya keruangan saya juga” tunjuk hardin pada bawahannya.

Sesampainya di ruangan, hardin melepaskan kunciannya pada Seina. Seina menatap tajam sang pelaku penyeretan itu.

“bapak ngapain sih nyeret-nyeret saya. Untung-untung seret ke KUA ini malah diseret kesini”

“jadi kamu yang selama ini sembunyiin anak saya!?”

“lah mana saya tahu kalau Smith anaknya bapak. Saya kesian kemarin dia lapar jadi saya kasih makan. Eh malah ikut sama saya”

“mana ada penculik ngaku”

“saya bukan penculik. Saya kesini karena dipanggil wawancara pak”

“perusahaan ini gak nerima penculik kayak kamu”

“saya bilang saya bukan penculik. Emang muka saya tampang penculik apa” kesal Seina

“sekarang penculik banyak modus kayak kamu. Wajahnya aja yang polos tapi aslinya penculik”

“nih mulut bapak kok lemes banget yah. Jadi pengen cium aja” seina gemas dengan pria yang ada didepannya ini.

Hardin semakin kesal dengan lontaran gadis itu.  Namun amarahnya ditahan karena anaknya masuk keruangan itu dan langsung memeluk kaki Seina.

“papi gak boleh kasar sama aunty. Smith yang salah bukan aunty, aunty udah mau pulangin Smith kemarin tapi Smithnya gak mau.”

“denger tuh pak anaknya”

Hardin melihat anaknya dari kepala sampai ujung kakinya. Hardin kembali menatap tajam Seina.

“ngapain anak saya pakai baju kayak gini”

“emang kenapa pak? Bersih kok itu bajunya” pembelaan seina. Hardin berjongkok depan anaknya kemudian memeriksa anaknya dengan teliti. Dirasa aman, hardin kembali berdiri dan menatap seina.

“kamu disini mau wawancara kan”

“ekhhmm, iyya pak”

“nama?”

“Seina Metta”

“umur”

“20 tahun

“kuliah”

“iyya pak ini mau masuk jam 1 siang nanti pak”

“saya gak nanya jadwal kuliah kamu”

‘anak sama bapak sama aje’ rutuk seina.

“jurusan?”

“menejemen”

“kamu gak diterima”

“hah? Bapak kok jahat banget”

“saya mau karyawan yang gak punya pekerjaan lain selain bekerja di perusahaan saya.”

“selama ini saya bisa kok pak kerja sambil kuliah”

“dimana tempat kerja kamu sebelumnya”

“di toko bunga”

   Hardin tersenyum remeh sambil memandang gadis didepannya ini. Sungguh gadis didepannya ini sangat polos. Bagaimana bisa menyamakan Bekerja di toko bunga dangan kantor perusahaan seperti ini. Hardin juga kembali menatap anaknya yang kini sedang sibuk menonton tv setelah membela Seina.

“bedakan bekerja di toko bunga dengan kantor seperti ini”

“tapi pak-”

“kamu butuh pekerjaankan? Kamu juga masih mau kuliah kan?” seina memngangguk mebenarkan perkataan hardin.

“jadilah babysitter untuk anak saya. Bagaimana?”

Seina terdiam sejenak memikirkan penawaran pria didepannya. Sungguh ia butuh pekerjaan tapi untuk berhadapan dengan bocah itu lagi ia harus memikirkannya lagi.

“penawaran saya hanya sekali kalo kamu gak Nerima tawaran saya maka...”

“saya mau” potong Seina cepat.

“okey mulai besok kamu mengasuh anak saya.”

“gajinya berapa pak?”

“kamu maunya berapa?”

“sepuluh juta sebulan”

YOUNG BABYSITTER (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang