Part 6 - Bunker 6

9K 851 30
                                    

Detakan jantung masih terasa di dalam tubuhnya, memompa banyak darah mengalir sesuai irama. Matanya masih kosong menatap jalan setapak mengekori pria kekar di depannya yang masih menuntun Aleena dan para rekan lainnya ke dalam suatu ruangan di mana Aleena akan diintrogasi atau lebih buruknya dihukum.

Nafasnya terengah-engah berat dan kasar karena berjalan sangat cepat mengikuti langkah kaki pria lainnya yang jelas langkah mereka lebih besar dan cepat. Baju coklat yang setengah ia gulung masih dicengkram oleh Tent di kanannya tanpa rasa kasihan sedikit pun.

Tenggorokannya tidak hentinya menelan banyak saliva kegugupan, keringatnya bercucuran di pelipis dan bahunya seraya berjalan masuk ke dalam menara Gloetik. Langkahnya sampai pada di depan satu lift yang pintunya terbuat dari besi tebal berwarna hitam, dinding dalamnya terbuat dari batang-batang besi yang tersusun rapi membuat suatu pola acak dengan banyak lubang-lubang kecil berbentuk segitiga.

Pintu lift tertutup rapat, aura mistis dan intimidasi terasa di puncak kepala Aleena membuatnya ingin menghapus banyak keringat dingin yang meluncur di pelipis. Tak ada satu pun yang ingin angkat bicara di dalam lift dengan angka 3 yang terpampang pada sudut kiri lift menunjukkan lantai di mana Aleena akan dihakimi.

Pintu lift terbuka, lampu yang sangat cerah membuat jalan setapak di depan mereka jelas dengan banyak pintu di bagian kanan dan kiri, tubuhnya kini terombang-ambing ke kanan dan ke kiri mengikuti jalan dan tiba pada satu ruangan.

Sang pria membuka pintu, tatapan Aleena kosong dan mengamati seluruh isi ruangan, hanya ada satu meja besi panjang dengan kursi yang tersusun rapi membuat pola lingkaran seperti ruangan khusus untuk rapat. Satu kursi terlihat lebih besar pada ujung meja yang pastinya itu milik seseorang yang pangkatnya melebihi orang lain.

Aleena duduk di bagian kiri ditemani kursi-kursi yang kosong. Semua pria keluar satu per satu secara teratur, dan pintu kembali tertutup dengan suara dentuman kecil yang menggema di dalam ruangan sana. Terdengar bisik-bisik debatan para Tent di luar menceritakan tentang kejadian Aleena sebelum tindakan berjaga-jaga terlambat diambil.

Beberapa lamanya Aleena menunggu dalam keheningan dan kesunyian di dalam ruangan. Sangking heningnya ia dapat mendengar suara perutnya yang meraung-raung meminta makan. Kepalanya yang pusing ajaibnya hilang setelah berada di ruangan para Upper, Tent, Orvos, dan Savagery berdiskusi. Mungkin efek dingin dinding besi yang memenjarakannya.

Suara pintu bergeser terdengar. "Jadi ini?" tanya seorang pria sinis menatap dingin sosok Aleena yang duduk meringkuk di kursi setelah ia masuk.

"Dia melanggar peraturan Upper karena tidak menyelamatkan diri ketika Molk terlihat," jelas seorang Tent yang tadinya berada di tempat kejadian perkara.

"Hanya itu?" tanyanya kembali tanpa memperdulikan bagaimana sinis dan sarkatiknya suara yang ia miliki.

"Dia juga membunuhnya dengan suatu tombak yang ia buat dengan bantuan pisau yang di dapat dari seorang Ridcloss," tambah pria kekar itu kembali.

"Aku tidak tahu tentang ini, tapi tindakanmu merupakan suatu hal yang beresiko dan kelewatan batas, siapa namamu?" tanya pria itu menatap Aleena lembut namun masih tajam mengintrogasi dirinya yang kikuk.

"A- Aleena Sharlon," balasnya pelan, lembut dan berwibawa.

"Mrs. Sharlon, seharusnya kau tahu apa yang kau lakukan ketika melihat satu Molk saja bukan?" tanyanya menunggu jawaban di akhir intonasinya dan mengambil posisi tempat duduk di seberang Aleena.

"Iya tapi-"

"Dan sesuai yang tercantum pada peraturan, bila satu Bunker's melanggar peraturan itu maka hukumannya adalah 3 malam tanpa keluar dari bunker, seingatku pada peraturan yang dibuat benar kan?" tanyanya memutus paksa kalimat Aleena yang belum selesai dan meminta jawabannya kembali.

The FortlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang