Saat keadaan mulai berubah semenjak akhir-akhir ini banyak selentingan kabar yang meresahkan. Kabar burung tersebut sampai pada semua orang. Merubah keadaan hati yang cukup anteng menjadi resah. Keresahan selalu menjadi konflik pada suatu lingkaran kehidupan, munculnya spekulasi disertai aksi mulai bermunculan.
Seringnya The Fort mengalami penyerangan membuat banyak pihak bertanya-tanya tentang efisiensi ketahanan benteng. Perfeksi yang melekat pada benteng The Fort perlahan sirna, kalah dengan ragam keraguan.
Keluh-kesah itu sampai di telinga para Upper, para organisator terkemuka di kelompok karantina itu. Mereka mendengarkan semua penjelasan yang rasional mau pun janggal. Implusif mulai timbul, para Upper tidak hanya sekedar mendengarkan tanpa membaca pesan-pesan tersembunyi, lalu aksi mulai muncul.
Seluruh Tent yang terbentuk terbagi dalam dua regu, A dan B. Regu A berada di wilayah Nest gerbang utama yang menghadap kota mati, lalu regu B berada di wilayah Base, belahan paling belakang The Fort tepatnya di Grassandor.
Segerombolan Tent pada wilayah Base, cukup tegang dan kondusif, mereka berbaris -tidak begitu rapi- dan menunggu. Tibalah lima orang pria memakai seragam berwarna merah maroon, berjalan pelan dengan tenang menuju kumpulan para Tent.
Pria dengan rambut coklat berjalan di tengah-tengah, menatap dingin gerombolan pasukan penjaga The Fort yang telah disiapkan sedari tadi. Di lain sisi dua orang pria tengah berdiri di depan barisan.
Sepoi angin menderu kencang kembali, mengibarkan banyak baju-baju dan rambut yang tengah di selimuti ketegangan di barisan itu. Dua pria yang memimpin barisan itu berbalik dengan pelan dan menatap kedatangan langsung para Upper.
"Gustavo, bagaimana keadaan mereka?" tanya pria bertubuh lebih tinggi beberapa centi dari Gustavo, tatapannya meneliti lebih seksama pasukan yang berbaris di depannya.
"Well, aku bisa bilang jika mereka terkoordinasi dengan baik di bawah naunganku Dan," balas Gustavo dingin tanpa melihat wajah pria itu.
"Berapa jumlah pasukan mu?" tanya Dan kembali memincingkan matanya begitu serius.
"120-an untuk wilayah Base dan 150-an di wilayah Nest, sisanya aku kirim ke beberapa ruangan penting untuk menjaganya," balas Gustavo.
"Siapa yang memimpin di Nest sana?" tanya Dan kembali.
"Connor," singkat Gustavo.
"Dia pasti lebih telaten," gumam Dan, bola matanya memperhatikan sekitar.
"Tahu apa kau tentang strategi para Tent?" gerutu Gustavo dingin.
Dan mendecak geli. "Aku lebih baik dalam hal mendidik dari segi perasaan," dengus Dan tersenyum licik begitu menyindir Gustavo secara halus dan kembali berjalan mendekati barisan Tent.
Dan berjalan dengan tenang ke samping Tent yang berbaris rapi, membawa senjata-senjata yang mereka perlukan. Mereka menggantung busur di pundak bersama tabung panah yang tersusun begitu banyak. Senjata adalah tantangan terberat. Persediaan sangat minim sekali khususnya senjata api. Sehingga menggunakan panah, tombak, dan sebagainya begitu diprioritaskan.
Dan mengangguk pelan, giginya menyatu dalam keyakinan akan pasukan yang telah siap 95% baginya. Langkahnya pelan kembali mendatangi keempat ajudan yang membantunya.
"Bagaimana dengan Savagery?" tanya Gustavo datar, rahangnya tegas dan kokoh begitu terlihat bengis dari sorotan mata tajamnya.
"Mereka tak bisa keluar, aku tidak ingin melepaskan mereka untuk ini. Mereka harus keluar benteng untuk mencari beberapa kebutuhan lainnya," ujar Dan menggidikkan bahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fortless
ActionThe Fort, sebuah benteng tua termegah yang pernah ditemukan ini terbuat dari besi tebal mengelilingi, menjadi satu-satunya tempat teraman di kota. Telah ada sejak puluhan abad silam dan kembali menjadi tempat tinggal semua orang untuk berlindung. K...