Part 14 - Kontak Pertama

7.5K 651 11
                                    

Sepoi angin kini semakin terasa di setiap jiwa yang berada di Grassandor, menerbangkan berbagai tipe dan warna rambut, desir rerumputan terdengar bersama pepohonan yang diterpa angin deras siang itu.

Awan yang mulanya bergerak lamban kini seperti mengadu kecepatan ke sesama setiap angin berhembus kencang, awan putih yang bersih kini menjadi lebih berwarna abu-abu di sekitar pinggirnya.

"Tuan Robinson, apa kau tahu nama lelaki itu?" Sambung Aleena di samping Robinson masih melakukan hal yang sama dengannya.

"Aku lupa nama lengkapnya, hanya saja nama marganya Phoenix, itu yang aku tahu," sahut Robinson menancapkan cangkul di depan tanaman yang disangga dengan satu batang kayu di tengah, pria tua yang masih kuat.

Aleena ikut menaruh cangkul dan membasuh keringat di kening, nafasnya memburu pelan kelelahan dengan lengan yang sakit di bagian atas, ia melebarkan pandangan pada paparan lapangan luas di depan. Sangat menakjubkan jika ia lebih tenang dan lebih mengagumi bagaimana benteng ini dibentuk, rambutnya terkibar layaknya sang bendera yang terus membuat Aleena merapikan rambut, ia tak pernah merasakan sepoi angin sekencang ini sebelumnya.

"Apa itu tragedy The First Contiguity?" Aleena masih memperhatikan sekitar lapangan di bawah teduhnya pohon jambu yang melindungi.

Robinson menoleh pelan pada Aleena dan menghembuskan nafas pelan.

"Sepuluh tahun yang lalu -tepatnya dua tahun setelah mereka menemukan tempat ini-, beberapa grup seperti Orvos dan Tent -yang dahulu hanya ada kelompok itu saja- sedang melepaskan lima orang pria keluar benteng dengan berbekal senjata seadanya, tak banyak senjata yang mereka miliki saat itu dikarenakan minimnya pasokan dan tak ada satupun senjata di benteng yang di beri nama The Fort itu."

"Adakalanya seseorang harus merelakan beberapa orang untuk kepentingan seluruhnya, lima orang pria tersebut keluar dengan misi yang ada di tangan mereka. Misi yaitu menjemput tiga pimpinan laki-laki yang terlebih dahulu melakukan misi itu namun mereka tak kunjung kembali satu hari penuh, tak ada yang tahu apa yang terjadi di luar sana saat mereka menyelamatkan tiga pria tersebut."

"Apa Phoenix juga keluar saat itu?" Aleena mengerut samar, tangannya melebar di atas wajahnya melindungi putih mulusnya kulit dari sinar matahari terik di siang itu.

"Tidak, dia menunggu seperti orang-orang lainnya. Itu hari yang sangat lama dengan hujan yang mengguyur deras kembali tak kunjung berhenti, setiap orang yang menunggu hanya bisa berdoa akan kemungkinan yang terbaik bagi mereka yang keluar."

"Kau tahukan berapa banyak zombie saat itu? Mereka tak pernah di musnahkan dan terus bertambah setiap saat, di situlah titik di mana semua orang merasa pasrah akan takdir yang akan merenggut jiwa mereka, benar-benar tidak ada harapan sama sekali. Mereka terus menunggu sampai senja namun tak ada tanda-tanda mereka kembali, pupus sudah harapan."

"Namun sebelum mereka menutup rapat Vega, kelima dari mereka selamat dengan membawa dua orang yang terluka parah. Para Orvos cukup kebingungan dengan apa yang menimpa kedua orang yang terluka parah karena serangan Molk, hingga sesuatu terjadi pada dua orang itu. Cadance, membenamkan rahasianya di bunker 6."

Jelas Robinson penuh dengan penghayatan dan misteri, kerutan-kerutan alami di pipinya terlihat jelas. Ia lebih suka memakai kata zombie, lebih ia hafal dibandingkan Molk.

"Misi apa yang tiga orang terdahulu lakukan?"

"Hanya pimpinan Upper yang tahu tentang misi itu." Katanya. "Satu hal yang aku tahu, mereka gagal mencapai tujuan. Namun berhasil memancing satu makhluk yang saat itu murka," jelas Robinson dibalas kerutan kening Aleena bingung.

The FortlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang