Hembusan angin siang begitu segar terasa seperti hari-hari biasa, hawa sengat tersamarkan tiupan angin kencang. Dedaunan kuning kecoklatan berhamburan di tanah begitu banyak hingga menutupi semua pasir yang di dasarnya, membuat daratan begitu empuk ketika duduk di atas tumpukan daun gugur.
Desiran angin membuat lamunan Aleena menjadi permanen, kakinya terlipat bersamaan sembari tangannya memeluk erat kedua kaki. Bahunya bersandar pada badan pohon yang begitu besar di belakang. Rambut brunnettenya kini ia biarkan terurai mengikuti arah angin menerpa rambut. Yura berada di sisi kiri pohon tepatnya di samping Aleena berada, ia menyandarkan bahunya sama hal dengan Aleena.
"Aku sudah katakan jika kita semua bisa membuat ini lebih mudah," tutur Yura, menatap lurus tanaman yang tumbuh alami.
"Yura, semakin lama aku di sini aku hanya bisa memikirkan bagaimana dengan kehidupanku," gumam Aleena telah tenang dari tangisannya.
"Kau akan selalu memikirkannya."
"Bukan begitu maksudku," elak Aleena lirih.
"Kalau begitu berhentilah, berhentilah memikirkan dirimu sendiri seolah-olah hanya kau di dalam sini yang memiliki permasalah yang cukup berat untuk kau tanggung sendiri."
"Kita memiliki beban sendiri Aleena, kita semua keluarga, kita semua sama, kau harus memikirkan yang lain. Itu yang terpenting dalam kehidupan," jelas Yura begitu pelan, mata gelap coklatnya meredup.
Yura menarik nafas panjang. "Aku harus pergi, aku tadi dibutuhkan oleh para Upper," pamit Yura pelan.
Aleena menarik nafas rakus dan mengeluarkannya kasar berulang kali hingga tangannya merasakan sesuatu yang sedari tadi telah ia bawa di saku celana. Dengan gusar ia merogoh saku dan mendapatkan 7 lembar kertas usang yang isi tulisannya merupakan hasil tulisan tangan.
Ia membuka gulungan kertas dan mulai membaca dengan teliti dan keseriusan yang kentara, bola mata hijaunya bergerak seraya mengikuti baris demi baris yang memanjang dan mengutip banyak cerita sesuai dengan tragedy The First Contiguity sesuai dengan apa yang diceritakan Robinson padanya.
Hingga ia menemukan alinea-alinea yang ia cari tentang bunker 6 dan mengapa Cadance menguncinya, keningnya mengkerut serius sembari membaca beberapa alinea baru yang belum ia ketahui.
Aku sendiri tak mengerti mengapa virus tidak mampu membuat mereka lumpuh, saraf-saraf tak dapat lumpuh seperti yang dikodratkan ketika terjangkit. Aku telah mempelajari mengenai makhluk ini dan penyakit yang ia tularkan, namun apakah semudah itu?
Di laboratorium malam itu aku baru sadar, jika Ovcerentraserum tak dapat bertemu dengan Dserum, kombinasi bahan-bahan dari kedua serum tak seimbang dan membuat kerusakan ketika atom-atomnya bertemu, dan membuat kepulan asap itu tak akan hilang selamanya.
Efek kepulan asap berbahaya dari Dserum sangat mematikan jika terhirup, aku fikir setelah beberapa bulan ke depan setelah kejadian bunker itu, asap di dalam akan menghilang, namun ternyata tidak. Aku akan menyebutnya 'Dovcent' serum kombinasi baru di mana kepulan asap yang dibuat olehnya tak dapat hilang sampai kapanpun dan sangat mematikan.
Mereka berdua kini terpendam lama dan mati di dalam bunker sana meninggalkan tengkorak mereka, namun tidak dengan kepulan asapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fortless
ActionThe Fort, sebuah benteng tua termegah yang pernah ditemukan ini terbuat dari besi tebal mengelilingi, menjadi satu-satunya tempat teraman di kota. Telah ada sejak puluhan abad silam dan kembali menjadi tempat tinggal semua orang untuk berlindung. K...