Aku ada di mana?
Gumaman hati terdengar luas menyeluruh terasa sahut-menyahut.
Hello!
Gemaan memantul sepanjang sketsa buram.
Ke mana semua orang?
Kegelisahannya pun ikut menggema.
Pandangannya menatap tanah dan ajaibnya ia tak bisa melihat dua pasang kaki, namun tetap saja rasanya ia tengah berdiri. Perlahan ia mencoba melangkah berharap ada warna lain yang timbul, namun tetap sama.
"Siapa pun! Tolonglah keluar."
Masih tak mengerti, ia yakin tengah bermimpi.
Tiba-tiba suara jarum jam berbunyi sendu. Merasa itu sebuah petunjuk ia mulai mencari arah suara, langkahnya kurang pasti mengikuti suara jam yang terus berdetik.
Tanpa batas warna dan ketidakpastian, mula-mula rasanya nyeri dan berubah menjadi tertekan. Buram seantero pandangan mendadak memunculkan warna dominan hitam yang semakin lama semakin melebar dan memperlihatkan suatu lemari jam antik dengan ruangan dari kayu yang lembab seakan mengurungnya bagai di dalam kerdus, semuanya menjadi aneh ketika bermimpi.
Tangannya bergerak ke jam kayu antik di depan, menyingkirnya jerat debu tebal hingga lepas. Melepas dari objek pertama, ia mengeksplorasi ke ruangan ia berada. Ruangannya tak kalah luas dengan bunker, bedanya ruang itu berisi perabotan tambang, tali tambang tebal yang tergulung menggantung di dinding dengan berbagai macam alat gali berlaras tajam, banyak box kayu yang tersusun di sekitar dengan karung tersandar di pinggirnya, tak ada jendela di sisi setiap dinding hanya satu pintu kayu dengan gagang emas pudar.
Kepalanya menengadah menatap langit-langit, sebuah terpal hitam menutupi atap asli, dinding di bagian kiri terdapat untaian tali tambang yang terjulur bebas dari balik terpal menyetuh lantai, berderet di setiap dinding bagian kiri.
Firasat yang semakin gelisah membuat saraf-saraf di kepalanya saling tarik-menarik. Ia ingin bangun dari mimpi namun tidak bisa, entah mengapa. Rasanya aneh, seperti berada di dunia lain yang hampir membuat terbang dan ingin jatuh. Tangannya terus memegang benda sekitar agar ia tidak jatuh, karena jatuh sangat mengerikan.
Sistem sarafnya bekerja, rasa bangunnya tak dikontrol oleh satu sistem saraf saja, ibarat saklar lampu di bunkernya. Saraf Ventrolateral Preoptic Nucleus atau VLPO yang bertugas mengatur rasa kantuk dan ada saraf Reticuler Activating System yang bertugas mengatur rasa bangunnya.
Kedua sistem saraf tersebut saling tarik-menarik, untuk mengontrol rasa kantuk dan bangun. Kemudian, saat saraf VLPO berusaha menidurkan, kadangkala sistem saraf Reticuler Activating System belum sepenuhnya ter-non-aktifkan. Kadangkala ia sedikit aktif kembali, sehingga menyebabkan terbangun dengan rasa seperti ingin jatuh atau biasa disebut Hypnic Jerk.
Gelagatnya kini cemas dan bingung bagaimana mengakhiri semua, lalu matanya menatap pintu yang sedari tadi terpampang menarik perhatian. Rasanya panas menguras kinerja kepala, seakan diperas dan sakitnya melilit hingga ia pingsan. Membuat rasa semakin ingin bangun dari mimpi.
Tak terkunci dan pintu terbuka pelan mengeluarkan decitan dari engsel pintu berkarat. Pandangan tajam mengawasi ruangan lain, dan hanya gelap yang terpapar. Ia menoleh ke kiri dan ke kanan hingga.
"Raaaaagggghh!!!"
"ARGH!!" tiba-tiba satu Molk datang meraung melebarkan mulutnya. Tangan kurus dengan jalar nadi berwarna biru yang timbul di atas kulit itu mencekik leher dengan kuku tajam yang tumbuh lalu menancap sangat dalam pada leher hingga tak sanggup bernafas, ia tersendat-sendat mencari oksigen sudah merasa sekarat. Lehernya mengeluarkan darah segar dari kuku yang menancap dari Molk yang menekan kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fortless
ActionThe Fort, sebuah benteng tua termegah yang pernah ditemukan ini terbuat dari besi tebal mengelilingi, menjadi satu-satunya tempat teraman di kota. Telah ada sejak puluhan abad silam dan kembali menjadi tempat tinggal semua orang untuk berlindung. K...