Alarm yang secara tiba-tiba membuat jantung setiap orang berdetak laju tak terkontrol dengan baik, setiap wanita di dalam bunker yang tertidur pulas kini terduduk dan gelisah mendengar alarm yang mendengungkan telinga.
Lalu secara otomatis pintu bunker terkunci mengeluarkan suara 'klek' dari daun pintunya yang menyorong.
Aleena menatap Azzura heran, ia tetap tak mau bergerak dan panik seperti orang lainnya yang mulai bergerutu histeria pada sesama. Aleena merasakan hal yang salah dan mengganjal, lalu ia berfikir bila semuanya hanya sebuah mimpi.
Ia membuang nafas keras dan menghirup udara banyak, nafasnya menjadi terpingkal-pingkal seraya ia menutup kedua kelopak mata dengan erat lalu ia menunduk dan berkonsentrasi. Ia mengerutkan kening sambil mengumandankan suatu kalimat.
"Ini hanya mimpi, ini hanya mimpi," ucapnya berulang kali.
Lalu Aleena membuka mata pelan, rasanya begitu aneh ketika pemandangan yang ditangkap mata hijaunya berbeda kali ini.
Ruangan remang, kesunyian, hawa beku menggerogoti, berbeda dengan mimpinya tadi. Harapannya terkabul, alarm tadi hanya mimpi semata, lebih cenderung kepada teguran dan latihan. Ia bisa mengendalikan mimpinya pada akhirnya. Seperti saran Will tempo dulu. Dengan teratur Aleena bangkit, menengok kawan di ranjang sebelah tertidur pulas sambil memeluk guling.
Ia membuang nafas lega, setidaknya semua yang terbesit di gambarannya hanyalah sekedar mimpi semata, mimpi yang benar-benar terasa nyata.
Ia ingin tidur kembali, namun ia merasakan sesuatu yang mengganjal. Ia merasakan aura seseorang sedang memperhatikannya begitu intens dan lama. Perasaan itu semakin lama semakin menjadi-jadi ketika ia begitu gelisah lalu ia bangun.
Benar saja instingnya, ketika ia duduk ia melihat Azzura yang duduk di atas ranjangnya. Gambaran yang benar-benar percis seperti apa yang ada di mimpinya, lalu harapan tadi musnah seketika.
Aleena kembali menjadi takut dan bingung, karena semua akan menjadi nyata. Dan satu hal yang paling ia takutkan adalah sebuah suara nantinya yang begitu menyelidik dan menakutkan.
Aleena memberanikan diri bertanya. "Kau tidak tidur?" Ucap Aleena takut.
"Aku terbangun," balas Azzura santai.
Aleena mengerut heran karena hal itu tak sesuai dengan mimpinya, namun ia belum bisa bernafas lega. "Mengapa?"
"Aku terbangun, karena kau terus-menerus menyebut namaku dalam tidurmu, aku fikir kau memang memanggilku, hingga kau tak kunjung bangun," jelas Azzura.
"Na-namamu?" Aleena mengerut bingung.
"Ya, kau mengucapkan 'Azzura .. Azzura .. Azzura' setiap saat." Ia menyalin bagaimana Aleena memanggilnya.
Semua yang terjadi terhadap Aleena bagi Azzura merupakan suatu kenangan lama yang terjadi kembali, Aleena yang sebelumnya tak pernah mengigau kini melakukannya seperti tempo dahulu ketika Azzura memeriksa setiap malam.
Azzura tak ingin menuduh dengan terkaan yang kurang enak jika didengar Aleena, bagaimanapun Aleena akan mengelak jika ia menyangkut pautkan ngigauannya tersebut.
"Ya, mungkin aku hanya bermimpi buruk." Aleena bernafas panjang sambil berfikir keras. "Tidurlah lagi Azzura," ucap Aleena dengan anggukan Azzura yang beriringan.
Aleena kembali berbaring, namun ia masihlah tidak bisa kembali memejamkan mata cenderung cemas, ia takut jika alarm akan menyala sesuai dengan mimpinya yang hampir sama dengan gambaran saat itu.
Ia yakin jika alarm akan berbunyi jadi ia menunggu, ia bersiap dengan alarmnya. Namun selang beberapa menit ia tak kunjung mendengar suara menggelegar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fortless
ActionThe Fort, sebuah benteng tua termegah yang pernah ditemukan ini terbuat dari besi tebal mengelilingi, menjadi satu-satunya tempat teraman di kota. Telah ada sejak puluhan abad silam dan kembali menjadi tempat tinggal semua orang untuk berlindung. K...