Part 35 - Dommed

5.4K 567 64
                                    

Angin menghembus begitu kencang kali ini, hingga membuat deruan suaranya begitu keras bersamaan dengan dahan dan ranting pohon yang bertabrakan begitu keras, bertemu dengan satu sama lain.

Daun yang kecil dan rapuh langsung turun dengan cepat, seperti ditarik paksa oleh medan gravitasi bumi, angin beberapa lama menderu kencang, semakin lama semakin membuat semua orang khawatir dengan cuaca kali ini.

Awan abu-abunya semakin menebal, bergulung cepat ke arah mata angin, semua yang ikut bernaung di bawah langit gelap semakin tegang dan masih berperang dengan makhluk di luar.

Hingga tiba-tiba satu kilatan petir tanpa suara terlihat bagaikan sebuah flash kamera, beberapa detik kemudian gunturnya terdengar, menggetarkan tanah di Grassandor, juga di bagian lainnya.

Berbagai warna, jenis, model rambut yang tadinya kering kali ini menjadi basah kuyup, tersiram air hujan yang begitu deras dan dingin, menyengat kulit di balik tebalnya kain mereka.

Suara rintikan hujan yang mengenai tanah membuat becek lahan, genangan air sudah terlihat di berbagai titik yang rendah, tanaman yang berdiri kokoh beberapa batang sudah roboh akibat hantaman angin deras.

"Di mana Aleena!?" jerit Gustavo yang sudah sampai di darat mendatangi Cadance yang terlihat berteduh di balik rindang pohon.

"Di atas," teriak Cadance besar, rambut pirangnya menjadi jatuh membasahi wajahnya, air dingin terus mengalir di wajahnya sembari ia terus memegang katana milik Gustavo.

"Aleena!" panggil Gustavo dari bawah, menjerit histeris dengan suara yang begitu berat.

"Aleena!!" panggilnya ulang menunggu sosok wanita berambut coklat kayu jauh di atas.

Hingga muncul sosok yang ia tunggu, mengintip dari atas dengan busur yang ia pegang dengan erat, wajahnya basah sama seperti semua orang, lusuh dan berantakan ekspresinya kali ini.

"Kau harus menemukan sang Alpha sendiri! jangan membuang waktu!" pekik Gustavo kasar, memaksa Aleena untuk tidak terus berada di tempatnya berjaga.

"Keluar dari sana dan hentikan ini!" tambah Gustavo cukup gentar.

Pria yang cukup gelisah itu akhirnya kembali pada tempat di mana ia dibutuhkan, menyusun berbagai macam strategi cemerlang, karena perang mereka tak henti-henti dalam lima jam terakhir.

Aleena menghembuskan nafas penat, mengatur pernafasannya yang mulai tak serasi bekerja. Ia kelelahan, sama dengan semua orang yang bertarung.

"Jadi?" tanya Skylar yang masih setia mendampingi Aleena.

"Bagaimana kau akan mencarinya di luasnya hutan sekitar benteng?" tambah Skylar lagi, yang malah membuat Aleena semakin dilanda kebingungan.

"Grayden mulai berkurang dan yang muncul kini hanya Gemirix, kau tahu mereka kesulitan bukan membunuh makhluk itu?" tambahnya lagi.

"Kau harus mulai bergegas, apa kau tidak pernah melihat Dommed sebelumnya?" lagi, Skylar menggubris tiada henti.

"Benteng ini akan-"

"Bisakan kau diam sebentar!!" jerit Aleena pada Skylar setelah ia menghentikannya.

Skylar terkejut, mendengar pekikan Aleena yang tegas menghentikan kalimatnya. Aleena merasa kacau dan kebingungan akan semua ini, ia tak tahu apa yang harus ia lakukan untuk menuntun sang Alpha pada para Upper.

Kilat mata Aleena mengedar pada hutan gelap, namun tak ada yang mengganjal di antara pepohonan lebatnya. Hanya desir dedaunan terterpa anginlah yang ia dengar, beserta genderang senjata di beberapa pelosok yang menggema hingga ke telinganya.

The FortlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang