"Ini tidak mungkin terjadi, bangunlah Aleena bangun!" Ringis Cadance berkabung masih menekan dada Aleena dengan kuat dan cepat berulang kali. Nafas Cadance ikut merasa sesak dan memburu karena kelelahan menyadarkan Aleena.
"Will!!" Cadance memanggil Will yang belum datang membawa alat pengejut jantungnya.
"Ayolah, aku tahu ini hanya efek serum di tubuhmu, bernafaslah," gerutu Cadance tenggelam di kegelisahan dan kecemasannya yang kini bepuluh-puluh kali lipat dari sebelumnya.
Darah dari hidung Aleena tak habisnya bercucuran dengan pelan, warnanya begitu segar dan begitu serasi dengan warna kulit wajah Aleena kini yang mulai memucat. Tubuhnya belum kunjung dingin ataupun kaku, berbeda dengan tangannya yang sudah dingin dan warnanya berubah menjadi putih pucat.
Will datang dengan terburu-buru dan menyeret alat pengejut jantung. "Pergi!" Gertak Will menghempaskan tubuh Cadance beberapa centi ke belakang akibat dorongan anarkis dari Will.
"Aleena bangun," gumam Will pelan menatap rindu dan perasaan yang lumpuh ke wajah Aleena.
Kemudian dengan segala macam cara prosedur persiapan alat itu hingga selesai dan ia menempelkan alat defibrillator pada dada Aleena dan tubuhnya tersentak ke udara dan jatuh lagi.
Will melakukan berkali-kali namun nada dengingan mesin di belakangnya tak kunjung berubah.
"Apa yang harus kulakukan? Aku tak ingin kehilangan kau .. lagi," gerutu Will tertunduk.[]
Mata coklat yang mengkilap benar-benar membuatnya terkurung dalam kegelisahan, rambut coklat muda yang bergelombang tumbuh tergerai di depan bahu. Jemarinya bermain di kala kegundahan yang menyebar di dalam setiap keringat yang muncul.
Matanya tak ada hentinya mencari dan mencari sesuatu yang ia cari di ruangan luas dengan banyaknya wanita yang berjalan dan melakukan banyak kegiatan sosial lainnya.
"Ris," panggil Azzura parau.
Ris yang sedang membaca suatu buku di bunkernya menengok arah pintu bunker 3 dan melihat sosok manis Azzura menatapnya cemas. Ia melipat ujung lembaran pada buku dan menutup rapat, mendatangi Azzura di ambang pintu, belum sempat Ris menanyakan maksud dan tujuan Azzura datang ia lebih dahulu bertanya.
"Kau melihat Aleena?"
Ris mengerut. "Dia tidak ada?"
"Ya-"
"Begitupula Cadance," putus Ris seperti gerutuan akan tangkapan satu fakta dan mendapat sorot dingin Azzura di depan, bagaikan pinang dibelah dua, mereka sama bertingkah aneh. Sama-sama berfikir jika Aleena dan Carina a.k.a Cadance sedang bersama-sama yang entah berantah di mana keberadaannya.
"Aku melihat Aleena sepagi buta keluar dari bunker, aku tidak tahu jika dia bersama Carina," ungkap Azzura memperjelas.
Ris terdiam sejenak. "Mereka pergi ke suatu tempat, aku akan mencarinya."
"Aku ikut," ucap Azzura yakin . Ris menoleh melihat sorot mata Azzura yang posisinya lebih tinggi daripada miliknya, ia tidak pernah melihat seseorang selain dirinya dan Aleena keluar dari afdeling 1.[]
"Cadance!" Panggil Will histeris di depan mesin yang kini mengeluarkan nada yang mulai berbeda. Cadance bergerak cepat menuju Will dan menatap mesin dengan berbagai gambaran, grafik, dan huruf-huruf Orvos.
"Grafiknya menaik drastis," renung Will mengerutkan keningnya. Dengan gerakan yang sama Will menoleh pada Cadance begitu pula Cadance menatap Will bingung.
"Tapi detakan jantungnya tidak ada," interupsi Cadance.
"Jantungnya berhenti tapi otaknya bekerja," ada gerutuan Will kembali memperjelas hal yang tak ia mengerti. Cadance menengok jasad Aleena di atas ranjang metal berwarna putih itu. Matanya kosong dan tak ada arti sama sekali menatap Aleena.[]
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fortless
ActionThe Fort, sebuah benteng tua termegah yang pernah ditemukan ini terbuat dari besi tebal mengelilingi, menjadi satu-satunya tempat teraman di kota. Telah ada sejak puluhan abad silam dan kembali menjadi tempat tinggal semua orang untuk berlindung. K...