Aleena terus sesegukan di dalam leher Azzura yang sudah sedia dengan pundaknya untuk renungan bagi Aleena, menghabiskan waktunya menangis. Tak henti-hentinya Aleena menangis dengan pelan sembari air matanya terus mengalir pada kain berwarna coklat milik Azzura.
Tangan Azzura menggenggam lengan Aleena di atas paha kirinya, sekitar delapan wanita lainnya yang bersama mereka berdua di dalam bunker satu hanya dapat menatap haru kedua pasangan muda.
Semenjak alarm mereka tak berbunyi ada rasa takut yang menyerang, apakah memang septum di antara mereka tidak lagi kuat? Semuanya mendadak merengket bila terngiang pertanyaan tersebut.
Setiap mata di dalam ruangan itu hanya menatap hampa setiap hamparan benda yang mereka lihat, sembari jantung mereka terus berdebar tegang dan ketakutan, melanda mereka tak kunjung hilang.
Tentu mereka begitu ketakutan saat ketika serangan terdengar sampai ke dalam bunker mereka, pintu yang menjaga mereka tak kunjung menutup dan membuat fikiran mereka terus mengutarakan bila kematian akan mendatangi kapan pun ketika pintu yang melindungi mereka tak kunjung tertutup.
"Mengapa aku merasa orang yang paling tak memiliki harapan?" ujar Aleena sesegukan.
"Bahkan orang yang tak memiliki harapan tak pernah putus asa," ujar Azzura membalas sepelan dan selembut mungkin.
"Akui saja," gumam Aleena. "Aku-" batinnya tak sanggup mengatakan hal selanjutnya, di mana ia ingin mengatakan 'aku peneyebab semua itu dan kematian banyak orang'.
"Tak apa Aleena," elak Azzura menenangkan Aleena yang kembali terisak berat "Kegelapan akan terus merajalela bila kita tak memiliki cahaya, cahaya kita masih redup di dalam hati, keberanian adalah bahan bakar, kelapang dadaan adalah pelindungnya," gumam Azzura pelan.
Di dalam lubuk hati terdalam Aleena ia ingin sekali seperti ini bersama Azzura, mengingat sahabat karibnya adalah target pengejaran makhluk di luar sana, satu hal yang dapat membuat Aleena menyerahkan diri.
Di balik ini Aleena juga meratapi suatu hal yang masih membingungkannya, apa yang sebenarnya di kejar oleh sang Alpha? Apa yang sang Alpha itu butuhkan lebih tepatnya dari dirinya? apa yang akan dilakukan sang Alpha ketika mendapatkan 'hal' itu? Aleena memejamkan mata sembari meringis dalam kesakitan, tangannya menekan keras bagian jantung dan meringkuk pelan.
"Di mana yang sakit?" tanya Azzura sangat cemas, Aleena tak dapat menjawab, ia hanya menunjukkan jantungnya yang sakit pada Azzura seorang.
"Sepertinya kau butuh Artemorum, atau akan menambah parah," gumam Azzura.
"Tapi sepertinya tidak sekarang, mereka mengunci pintu keluar afdeling otomatis, sampai waktu yang di tentukan. Kau sebaiknya tidur dahulu untuk meringankan gejala jantungnya, beristirahatlah," suruh Azzura halus, membiarkan Aleena sendiri lagi di ranjangnya dan berpaling menuju tempat tidurnya.
Seluruh wanita di dalam kembali terdiam, menatap iba Aleena yang mereka lihat sebelumnya tergotong oleh seorang pria memakai baju hitam dalam keadaan tak sadarkan diri.
Lengan mulusnya terselip di belakang telinga, memiringkan tubuh dan menghadap dinding besi adalah satu cara untuk merenung dalam kabut sunyi dan gentingnya suasana.
Gloetik
Jemarinya terus mengurut dan memijat kedua sisi keningnya, berharap kepalanya membaik.
Deruan nafas kasar terus-menerus keluar, tak kunjung berhenti setiap detik berlalu, menghabiskan banyak waktu sendiri di dalam ruangan.
Serangan Grayden adalah kali pertama membuat seorang Dan dilanda pusing tujuh keliling, mendapatkan tamparan keras yang nyata jika benteng mereka sudah tak aman.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fortless
ActionThe Fort, sebuah benteng tua termegah yang pernah ditemukan ini terbuat dari besi tebal mengelilingi, menjadi satu-satunya tempat teraman di kota. Telah ada sejak puluhan abad silam dan kembali menjadi tempat tinggal semua orang untuk berlindung. K...