"Mereka dalam perjalanan kemari, kita harus bersiap," tutur Gustavo pelan menatap sang istri penuh rasa gundah yang ia rasakan.
Belahan hati Gustavo dengan pelan meneteskan air mata tak sengaja dari mata biru lautnya, Gustavo melirik dan mempelajari dulu.
Perlahan ia mendekatkan dirinya pada istrinya kembali kemudian memeluk tubuh kurus tinggi sang istri begitu erat yang tengah ketakutan.
"Aku takut," lirih istrinya begitu pilu dirasa Gustavo mendengar sang terkasih menangis di pundaknya.
"Aku ada di sini, aku akan melindungimu Lea dan juga Ria, aku berjanji," ucap Gustavo begitu lembut memeluk sang istri, tangannya mendorong tubuh sang istri pelan dan menatap cinta mata biru sang istri begitu cantik.
Gustavo mengecup kembali bibir sang istri penuh cinta dan mencium kening sang istri berulang kali. Ia begitu mencintai sang keluarga, satu- satunya yang ia miliki di dunia hancur ini.
"Bangunkan Ria dan bawakan dia mantel," suruh Gustavo dan dibalas anggukan pelan sang istri.
Gustavo pergi ke suatu lemari kayu di ujung ruangan dan membuka kedua pintu. Tiga buah senjata tengah berdiri di dalam, sebuah Shotgun, AK-47, dan Famas, ia mengambil dengan cepat dan menggantungkan AK-47 di pundaknya.
Famas ia pegang dengan kuat dan Shotgun ia gantung bersamaan dengan AK-47. Sang istri dengan cepat menggendong putri 10 tahunnya dengan cepat. Hingga mata anaknya membuka dan begitu sayup-sayup terlihat.
"Siap?" tanya pria itu sang istri yang menggendong anak perempuannya dengan erat di belakang tubuhnya menunggu.
"Aku mencintaimu," jawab sang istri yang meluluhkan hati suami.
Gustavo menarik banyak benda yang bertumpuk melindungi pintunya dengan otot-otot lelaki yang ia miliki. Hingga tersisa batang besi yang menahan pintu sebagai kunci, besi itu bahkan telah penyok karena dorongan berkali-kali dari luar.
Gustavo dengan keras menarik dan membuangnya hingga tersisa kusen pintu hitam. Ia melirik pada sang istri di belakang bersama anak tunggal buah hasil mereka.
Gustavo menarik gagang pintu pelan, agar suaranya tak menggema dan di tangkap oleh indra pendengar makhluk-makhluk di bawah. Gustavo mengambil langkah was-was pertamanya keluar dan diikuti istrinya.
"Ayo," bisik Gustavo pada istrinya dan menyuruhnya untuk maju mendahuluinya.
Sang istri dengan pelan dan begitu waspada berjalan pelan dan mengendap-endap. Mereka menuju anak tangga yang gelap, hanya diterangi dengan lampu emergency berwarna merah gelap.
Dentuman jantung mereka berdebar keras sembari berjalan menyusuri tangga dengan pelan, Gustavo yang di belakang terus melirik ke bawah tangga yang gelap untuk menjaga-jaga bila Molk atau pun Ghroan datang dan mencium keberadaan mereka.
"Cepat cepat!" ujar Gustavo pada istrinya yang tengah bersusah payah menggendong Ria.
Lea menggendong Ria di depannya dengan susah payah, menahan suara apapun dari langkahnya menuju dua tingkat lagi menuju atas. Sedangkan Gustavo terus menghadap ke belakang memperhatikan bila ada pergerakan dari gelapnya tangga yang hanya terpias sedikit cahaya lampu merah.
Praaaankkk
Gustavo dan Lea menghentikan langkah mereka, namun tidak dengan jantung mereka yang semakin berdebar takut mendengar suatu suara dari bawah begitu menggemakan seluruh ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fortless
ActionThe Fort, sebuah benteng tua termegah yang pernah ditemukan ini terbuat dari besi tebal mengelilingi, menjadi satu-satunya tempat teraman di kota. Telah ada sejak puluhan abad silam dan kembali menjadi tempat tinggal semua orang untuk berlindung. K...