Aku berada di ruang khusus bayi untuk membersihkan seorang bayi yang baru saja dilahirkan, karena tadi malam ibu Wida menerima kedatangan seorang ibu muda, yang menyerahkan anaknya untuk kami rawat di panti asuhan ini.
Bu Wida menerima dengan lapang dada. Dia sudah seringkali mendapat amanah seperti itu. Dia selalu menerima dengan senang hati. Baginya setiap bayi yang di amanahkan kepadanya harus dia jaga dengan sebaik-baiknya seperti anak kandungnya sendiri. Mereka adalah harta yang tak ternilai, yang tak boleh disia-siakan apalagi sampai terlantar.
Ibu muda itu jujur mengaku jika dia seorang pekerja seks komersial dan berujar jika dia punya bayi dia akan kehilangan pekerjaannya. Dia juga takut membesarkan anak itu sendirian di tengah lingkungan yang tak kondusif. Dia tak ingin menghancurkan lebih buruk masa depan anaknya kelak.
Hatiku miris. Tak ingin aku menarasikan rasa sesal dan rasa kecewa atas sikapnya. Aku tau dia pun berat untuk melakukannya. Terlihat jelas mata sayu itu seakan tak rela berpisah dari bayi yang telah sembilan bulan bersemayam di rahimnya. Tentu ada ikatan batin yang terjalin dengan kuat.
Egois kah dia saat melerai diri dari anak kandungnya? Ku rasa tidak. Paling tidak dia masih mau merasakan kepayahan hamil selama sembilan bulan itu dan meregang nyawa saat berjuang melahirkannya ke dunia. Dia tak membuang bayinya sembarangan seperti banyak kasus pembuangan bayi yang semakin sering terjadi saat ini.
Mengingat kejadian tadi malam saat aku melihat kepergian ibu muda itu, aku teringat akan Nina. Mungkin sekarang perut Nina sudah semakin besar. Dan hanya menunggu hitungan minggu dia akan segera melahirkan. Lirih aku berujar agar nasib bayi ini tak dialami oleh Nina dan anaknya kelak.
Ku selipkan doa agar persalinannya nanti lancar dan mereka berdua sehat.Tengah sibuk memandikan bayi itu, aku terkejut mendengar suara lelaki di belakangku. Ia berdehem dan aku menoleh. dr.Aqly berdiri tepat di depan pintu. Aku mengenalinya meski penampilannya jauh berbeda dengan saat praktik di rumah sakit. Kaos oblong dan celana jeans sobek-sobek kusam yang dia pakai tak memudarkan aura wibawanya sebagai dokter muda.
Nampaknya dr.Aqly menyadari jika aku memperhatikan penampilannya.
"Kemarin aku pulang dari dinas sore tak sempat ambil baju ke rumah langsung ke sini. Ini bajuku dulu sewaktu masih tinggal di sini. Baju anak SMA. Masih pantas nggak?" tanyanya santai.
Aku mencoba untuk tersenyum tapi rasanya berat sekali. Melihat sosok bertubuh atletis itu membangkitkan kenanganku akan dr.Zain. hatiku mencelos.
Entah dr.Aqly menyadari atau tidak aku nampak enggan berbicara padanya. Aku diam cukup lama. Bahkan aku tak lagi menoleh padanya saat ia kembali bicara.
"Ehm.. Tadi aku diminta ibu untuk melihat kondisi bayi ini. Takutnya dia mengalami hipotermi karena di bawa ke sini dini hari dengan selimut seadanya."
Aku mengangguk setuju. Membuang ego, ada hal penting yang harus diutamakan, bayi mungil yang kini ada dalam gendongan ku, aku akhirnya membuka suara.
"Saya sudah membersihkan area tali pusatnya dan mengganti ikatannya dengan yang baru, Dok," terangku berusaha sebiasa mungkin. Ibu bayi ini mengikat tali pusat bayinya dengan tali nilon yang aku takutkan tak steril. aku juga terpaksa mengusapkan cairan betadin pada sisa tali pusat diperut bayi itu, yang sebenarnya tak dianjurkan pada kasus kelahiran bayi normal, aku tak mau menerima resiko infeksi yang akan terjadi jika ternyata gunting yang wanita itu gunakan berkarat atau kotor.
dr.Aqly memasang handscon, sarung tangan medis yang biasa digunakan untuk pemeriksaan medis. Dan mengambil alih tugas untuk mencek kondisi umum bayi tersebut. Sekarang kami adalah sesama tenaga medis yang sedang menangani pasien. Tak perlu ku sertakan rasa emosiku sekarang ini seperti saat aku melihatnya pertama kali tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHA (Completed)
ChickLit"Udah punya pacar?" tanya dr. Zain sambil masih fokus mengisi rekam medis pasien. Malah aku yang dibuatnya gagal fokus. Apa aku tak salah dengar. dr.Zain bercanda kali. "Be..belum.." jawabku terbata. "Calon suami?" Lah, pacar saja tak punya apalagi...