Chapter 5

18.7K 1.3K 7
                                    

Ka Kamil mengantarkan aku ke rumah sahabatnya. Seorang wanita bergaya sosialita yang rupawan. Namanya Melinda. Dia salah satu akuntan di salah satu bank besar di kota ini. Suaminya seorang pengusaha garmen yang cukup sukses.

Tak seperti penampilannya yang glamour, Melinda ternyata cukup humble. Dia pribadi yang sangat menyenangkan. Senyum selalu merekah di wajah.

Melinda mengajakku bertemu dengan Syifa, anaknya. Aku terkejut melihat keadaan Syifa. Tubuhnya sangat kecil untuk ukuran anak usia 7 tahun. Beratnya hanya 10kg.

Syifa diketahui punya kelainan jantung bawaan sejak usianya masih 3 bulan. Tak tanggung-tanggung, Syifa didiagnosa memiliki 2 jenis kelainan jantung pada septum bilik jantung atau dikenal dengan sebutan Ventricular Septal Defect (VSD) dan diikuti oleh kelainan pada septum serambi jantung atau lebih dikenal dengan nama Atrial Septal Defect (ASD).

Syifa sudah harus menghadapi operasi bypass di salah satu RS di Jakarta bahkan saat umurnya baru menginjak 2 tahun.

Salah satu kebocoran jantung Syifa berdekatan dengan katup jantung dan memiliki risiko besar untuk terkena kelistrikan jantung. Kebocoran jantung Syifa memang berhasil ditutup, tapi pasca operasi Syifa menghadapi risiko lainnya. Irama jantungnya melemah atau biasa dikenal dengan aritmia.

Dokter menemukan kalau irama jantung Syifa tidak normal dan mewajibkan supaya Ia dipasangkan alat pacu jantung permanen (Permanent Pace Maker/PPM). Pemasangan alat pacu jantung itu memang berjalan lancar. Tapi setelah operasi, jantung Syifa kembali mengeluarkan cairan. Sehingga dia harus menghadapi operasi jantung yang ke-3 kalinya untuk memindahkan posisi PPM dari perut bagian kiri bawah ke perut bagian tengah bawah.

Proses penanganan kelainan jantung Syifa cukup panjang. Mulai dari pemasangan TPM (Temporary Pace Maker) dengan cara katerisasi untuk memindahkan alat pacu jantung lama jika fungsinya rusak, operasi pengangkatan alat PPM lama dan membersihkan luka infeksi setelah PPM terbuka, hingga pemasangan PPM baru yang tentunya membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Syifa sudah Menghadapi 4 kali operasi dan 2 kali Katerisasi Jantung di usianya yang masih sangat belia. Hidupnya hampir dia habiskan di bangsal rumah sakit.

Aku tak bisa membayangkan bagaimana kesakitan yang dia hadapi di semua hari-hari yang ia jalani selama 7 tahun hidupnya.

"Syifa, ayo kasih salam sama tante Shahila. mulai sekarang, Tante Sha yang akan jaga Syifa ya," kata Melinda dengan senyum tulus. Dia menggenggam tangan Syifa dengan lembut. Menatapnya penuh kasih.

Syifa menatap penuh perhatian padaku. Meneliti ku dari wajah hingga ujung kaki. Berhenti lama saat pandang mata kami bertemu. Dan seketika senyumnya terbit. Senyum yang persis sama dengan ibunya, Melinda. Mengundangku untuk ikut tersenyum. Aku langsung menyukainya saat pertama kali bertemu. Aku rasa kami akan cepat akrab nanti.

Setelah sesi perkenalan yang berjalan singkat karena Syifa terlihat mengantuk, Melinda menjelaskan secara garis besar apa saja yang harus aku lakukan dan perhatikan yang berkaitan dengan Syifa.

Melinda menyerahkan sebuah buku catatan yang ditulis oleh perawat sebelum aku. Aku takjub. catatan itu sangat rapi dan detail. Hampir seperti jurnal.

Di halaman terakhir aku bisa membaca sebuah kalimat indah yang ditujukan untuk Syifa.

"Selalu jadi kebanggaan mama papa ya, Syifa. kamu hebat. kamu kuat. semua sayang sama Syifa."

Aku terharu membaca tulisan itu. kentara sekali betapa sayang dan tulusnya orang yang telah merawat Syifa selama ini. Aku tak yakin apa aku bisa bekerja sebaik dan seperhatian dia nantinya. Mengingat aku sebenarnya tak terlalu sering berinteraksi dengan anak kecil.

***

Sebulan aku bekerja, sudah dua kali kami harus merujuk Syifa ke UGD rumah sakit karena mengalami sesak napas. Aku begitu panik saat pertama menemukan Syifa yang tersedak saat makan, lalu bibir dan ekstremitas-nya membiru, nafasnya terengah-engah, ia nampak kesakitan untuk menarik napas. Keringatnya mengalir deras.

Aku benar-benar panik. Jika ini terjadi di rumah sakit kami selalu bisa mengandalkan dokter yang bertugas. Sekarang aku dihadapkan dengan masalah ini sendirian. Beruntung saat itu terjadi, Ibu Melinda ada di rumah. Ia segera memanggil supir untuk membantu mengangkat Syifa ke mobil. Ternyata tak hanya di kamar, di mobil pribadi mereka pun tersedia O2 jika sewaktu-waktu diperlukan seperti saat ini.

Kami perlu waktu lima belas menit untuk sampai ke rumah sakit. Dokter UGD cepat menangani, dan nyawa Syifa berhasil terselamatkan.

***

Hari, minggu dan bulan berganti. Tak terasa aku sudah bekerja merawat Syifa selama setahun. Bermacam hal dan situasi yang terjadi selama aku bertugas merawat Syifa. Benar-benar diperlukan kesabaran, ketelatenan dan kesiapsiagaan saat hal-hal yang tak terduga mungkin terjadi.

Jantungku sering terasa hampir copot jika sewaktu-waktu Syifa tiba-tiba saja mengeluh dadanya sakit lalu diikuti napasnya yang mulai kacau karena sesak.

Tapi entah mengapa. Semakin hari rasa sayangku pada Syifa semakin kuat. Rasanya tak pernah ingin untuk meninggalkannya walau semenit pun. Aku sudah menganggap Syifa seperti anakku sendiri.

Mungkinkah ini adalah hikmah dari Allah kenapa sampai usiaku menginjak 31 tahun aku masih belum diberikan keturunan.
Mungkin benar jika kasih sayang terhadap anak bisa kepada siapa saja, meski ia tak lahir dari rahim kita sendiri.

Selama merawat Syifa aku jarang sekali keluar dari kamar Syifa. Selain membawa Syifa untuk berjemur di pagi hari dan weekend jika kondisi Syifa stabil aku bisa mengajaknya jalan-jalan ke taman dekat rumah.
Jadi aku tak cukup banyak tahu bagaimana kondisi rumah ibu Melinda setiap harinya. Selama ini aku yakin kondisi selalu aman terkendali. Karena memang tak pernah terjadi hal-hal yang aneh dan menarik perhatianku.

Biasanya Ibu Melinda dan suaminya, Pak Rico pagi-pagi sudah siap-siap berangkat kerja. Jika tak ada kejadian yang darurat, seperti kondisi Syifa yang emergency mereka baru pulang menjelang makan malam.

Aku tak pernah menyangka jika keheningan yang selama ini tercipta justru suatu hari nanti akan menyebabkan sebuah kekacauan. Badai yang mampu merobohkan pondasi, bahkan tanpa ada angin dan hujan  sebelumnya.

***

Makasih banyak yaaa buat kalian yang baca, vote dan komen 😍

Jangan lupa follow akun aku juga ya😁😁☺😇

SHA (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang