Rasti melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, bayangan rasa bersalah kembali menghantuinya. Nasi sudah menjadi bubur, itu lah pikirnya. Dia bahkan terjebak dengan perasaannya sendiri, akalnya sudah tidak bisa diajak bekerja sama. Kali ini ia memilih resiko terberat atas pilihannya untuk bersama Raya.
Mobilnya kini terpakir di depan rumah bertingkat sederhana milik Sakti, kegugupan melanda dirinya meskipun dia sudah menyiapkan alasan untuk menemui Raya.
Setelah menekan bel beberapa kali, sosok Sakti datang membukakan pintu.
"Ras? Aku kira kamu datengnya besok?" Kaget Sakti.
"Aku khawatir sama Raya, baru kali ini aku liat Sandra sangat marah ke anaknya."
"Dia ngerasa kecewa atas sikap Sandra tadi. Gimana Sandra? Dia baik-baik aja? Btw yuk masuk aku buatin teh hangat dulu."
"Dia udah sedikit jauh lebih tenang, makanya aku bisa dateng kesini. Gak perlu repot-repot Sak, aku mau langsung ke kamar Raya. Boleh?"
"Sure, kamarnya di lantai 2 sebelah kanan. Kalo kamu mau makan atau minum, ambil sendiri aja ya. Anggep aja rumah sendiri. Aku pun mau ke kamar."
Rasti pun hanya mengangguk dan segera menuju kamar Raya. Rasti mengetuk pelan pintu kamar Raya ketika sampai di depannya. Tak lama pintu terbuka menampilkan Raya dengan rambut yang terikat dan menggunakan kemeja putih kebesaran yang sedikit transparan.
Rasti sempat terpaku dengan penampilan Raya ini, lekuk tubuhnya tercetak jelas karna cahaya lampu tidur yang menerawang.
"Mau sampai kapan kamu berdiri disitu? Katanya kangen sama aku, kok diliatin aja?" Ucap Raya menggoda.
Rasti pun hanya tersenyum lalu masuk ke dalam kamar, membuka coat yang ia kenakan.
•••
Naraya Paramita POV
Aku gugup luar biasa sebenarnya. Tapi tidak mungkin aku menunjukannya di depan tante Rasti malam ini. Pergerakannya seolah melambat ketika sedang membuka coat yang ia kenakan. Sungguh tidak pernah aku bayangkan perempuan dewasa ini ada di hadapanku mengaku rindu padaku.
Perlahan dia duduk di sampingku masih terpaku dengan apa yang aku kenakan, sengaja memang aku memancingnya untuk tertarik lebih terhadapku.
"You are so amazing tonight." Pujinya.
"And you are always beautiful every day, especially today." Ucapku.
Aku mencoba mendekatkan diriku ketika tangannya mulai membelai wajahku, luar biasa efek degub jantung ini bahkan rasanya perlu beberapa detik untuk mengisi paru-paruku dengan udara.
Kami sama-sama menautkan bibir ini, saling melumat, saling menggigit saling mencari kenikmatan. Tanpa sama-sama memberi jeda, ciuman ini membuat badanku panas meskipun ac di kamarku sudah di suhu terendahnya.
Kini kami sudah sama-sama berbaring di atas kasurku, perlahan tapi pasti aku terus memberanikan diri untuk menjamah setiap inci kulit lehernya, tante Rasti tampak sangat menikmati ini walaupun dia juga harus berjuang untuk tidak mengeluarkan desahan yang nantinya di dengar oleh papi di kamar bawah.
Tante Rasti mencoba membuka kancing kemejaku perlahan sampai akhirnya hanya menyisakan bra dan celana dalamku saja. Aku pun tidak mau mengalah untuk membuka seluruh pakaiannya. Kini badan kami terekspos, kulit coklat eksotis tante Rasti membuat hasratku naik berkali-kali lipat.
Kali ini tante Rasti yang mencoba lebih dominan walaupun posisinya ada dibawahku.
"Ah shit.." Erangku tertahan karna tante Rasti membungkam mulutku dengan ciumannya sedangkan tangannya menelusuri lekuk tubuhku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Relationshit (Completed)
General FictionAku yang salah, masalahnya ada padaku dan faktanya aku tidak bisa menahan semua itu. - Naraya Paramita Maaf, harusnya aku tidak memperumit masalah ini. Dan sekarang aku terjebak dalam perasaanku sendiri - Rasti Widyatama Kenapa harus kalian yang teg...