IX

324 40 0
                                    

Naraya POV

Sepertinya penyesalan ini mengganggu malamku. Karena pengakuanku tadi terhadap tante Rasti, aku yakin dia akan menjaga jarak denganku setelah ini. Perasaan bersalah dan khawatir kini yang aku rasakan, bagaimana kalo nanti dia bilang ke mami? Alasan apa yang harus aku katakan nanti, rasa bersalah menghantuiku sehingga aku harus berbohong ditelfon saat mami bertanya apa yang terjadi denganku.

"I'm sorry mom, i love you so much. Maafin Naraya udah lancang jatuh cinta sama pacar mami." Gumamku.

Tok.. Tok.. Tok..

Ketukan pintu kamarku membuatku ragu untuk membukanya. Aku tau itu tante Rasti, karna sebelumnya aku lihat mobilnya masuk ke halaman rumah.

"Ra, boleh tante masuk?" Tanyanya dari luar kamar.

Langkah gontaiku membawa badan ini untuk membuka pintu. Tanpa aku lihat wajahnya aku langsung berbalik menuju kembali ke sofa di balkon kamar.

"Ra, tante mau bicara." Ucapnya lagi.

Aku masih terdiam, degub jantungku berpacu lebih cepat. Akankah dia memakiku kali ini? Atau dia menyuruhku untuk melupakan perasaanku? Atau bahkan memintaku untuk menjauhinya seperti Kaia dulu?

"Ra.." Panggilnya.

"Just talk." Jawabku dingin.

Kini giliran dia yang tidak berkata apapun. Sehingga hanya kesunyian yang ada diantara kami. Seketika hatiku sakit karna pemikiran-pemikiran negatif yang merasuki otakku. Sampai akhirnya air mataku terjatuh tanpa bisa aku tahan. Aku menangis dalam diam.

"I'm sorry Ra. Tapi tante gak bisa ngebales perasaan kamu. Ini akan cuma ngebuat hubungan kamu, tante dan mami kamu rumit. I'm sorry." Lirihnya.

"Aku bahkan gak minta kamu buat bales perasaanku. Maaf terlalu lancang, aku cuma gak bisa nahan perasaan itu terlalu lama. Mungkin sebaiknya anggep aja itu gak pernah terjadi. Lusa mami udah pulang, jadi tante gak perlu temenin aku lagi mulai hari ini."

"Jangan berniat untuk ngehindarin aku, Ra!" Jawabnya tegas.

"Terus apa mau kamu? Bersikap seolah aku harus lupain perasaan ini? Nganggep kamu calon Ibuku juga? That's bullshit Rasti! Aku gak akan bisa biasa aja selagi kamu masih ada di deket aku dan ngeliat kamu mesra-mesraan sama mamiku sendiri." Tangisku pecah, untuk ke dua kalinya, aku dituntut untuk melupakan orang yang aku cintai. Sakit, sungguh kasian kamu Naraya.

"Aku cuma gak mau ini makin rumit. Dan aku gak mau hubungan kamu dan Sandra jadi renggang gara-gara aku. Ini salah Ra! Tolong kamu ngerti, pikirin juga Kaia, yang bener-bener cinta sama kamu, yang sadar akan cinta kamu sebelumnya. Jangan bikin semua ini semakin rumit."

"Udah lah tan, aku udah pernah dituntut untuk ngelupain orang yang aku cinta. Aku berhasil, dan caranya aku gak akan temuin orang itu selamanya. Jadi sekarang tante bisa keluar dari kamar aku dan jangan pernah lagi temuin aku. Setelah aku tau siapa papiku, aku akan tinggal sama papi dan gak akan ganggu hubungan tante dan mami lagi. Good night." Ucapku yang langsung beranjak pergi ke kasur dan menutup seluruh badanku dengan selimut. Aku bisa melihat dari ujung mataku sebelumnya, Rasti juga menangis mendengar jawabanku. Aku gak perduli, jika dia memang tidak bisa menerima pilihanku akan menghilang dari hidupnya.

"Please don't do that. Aku ngerasain hal yang sama. Tapi aku gak bisa Ra, aku gak mau nantinya semua jadi berantakan. I'm sorry, I'm sorry i love you too." Ucapnya pelan dan pergi dari kamarku.

Bukankah harusnya aku senang dengan ucapannya? Kenapa hatiku semakin sakit mendengarnya. Rasanya benar-benar berantakan, aku terus menangis sampai akhirnya lelah dan aku pun tertidur.

Relationshit (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang