Naraya sudah menunggu selama 1 jam di teras rumah sang Ibu, meskipun dia masih memiliki kunci cadangan; Naraya tetap memutuskan menunggu Sandra di depan.
Rasa bosan dan putus asa hampir menghinggapi hatinya. Sempat ragu untuk menunggu Sandra selama itu, tapi Raya sudah meneguhkan niatnya untuk meminta maaf kepada Maminya.
Sebuah mobil putih sudah memasuki pekarangan rumah, Sandra turun dengan wajah lelahnya. Dia terkejut melihat Naraya yang menunggunya duduk di kursi teras depan rumahnya.
"Kenapa kamu gak masuk? Kamu masih punya kunci rumah ini kan?" Tanya Sandra sambil membuka pintu rumahnya. Sikapnya sedikit hangat kepada Raya.
"Aku sengaja nunggu Mami di depan."
Ibu dan anak itu akhirnya masuk ke dalam rumah. Mereka duduk di ruang santai, masih dalam keheningan sebelum Sandra bertanya kepada Raya.
"Ada apa? Apa kamu gak betah tinggal di rumah Papimu?"
Raya masih menunduk, kata-kata yang sudah dia persiapkan kini justru tertahan di tenggorokannya. Dia berusaha untuk tidak menangis di depan Maminya sendiri.
"What's going on?" Tanya Sandra cemas.
"Aku.. Aku mau minta maaf sama Mami." Setelah beberapa detik akhirnya kata-kata itu keluar dari mulut Raya. Meskipun terbata, Raya berusaha fokus mengucapkan permintaan maaf sebelum tangisannya pecah.
Sandra pun merasakan sakit yang lebih besar ketika melihat anaknya dengan kondisi mental yang tidak baik.
Meskipun Sandra tidak pernah melihat Raya lagi setelah kepergiannya ke rumah Sakti, Sandra tetap mengutus anak buahnya untuk terus memantau Raya.
Sandra beralih tempat duduk di samping Raya dan memeluk anaknya dengan erat. Seketika tangis Raya pun pecah dan membalas pelukan sang Ibu tidak kalah erat.
"Mami udah maafin kamu, maafin Mami juga ya."
Raya mengangguk cepat dalam pelukan Sandra dan Sandra pun mencium pucuk kepala Raya. Ini pertama kalinya mereka tidak berkomunikasi dalam waktu yang lama, sehingga terlepas dari masalah mereka; mereka sangat saling merindukan.
"Udah dong nangisnya. Liat nih baju Mami basah kan jadinya?!"
Dengan sengaja Raya justru menyeka seluruh wajahnya pada kemeja berwarna merah Maminya; melihat tingkah anaknya Sandra pun hanya tertawa.
"Mi, apa mami masih belum bisa maafin tante Rasti?" Tanya Raya ketika nafasnya sudah jauh lebih normal.
"Mami sudah memaafkannya sweetheart."
"Kalo Mami udah maafin kenapa Mami masih menghindari tante Rasti? Apa itu karna aku?"
"Bukan, ini sama sekali gak ada hubungannya sama kamu. Meskipun Mami memaafkannya, Mami perlu waktu untuk membiasakan diri tanpa dia."
"Kenapa harus membiasakan diri, Mi? Aku tau Mami mengalah untuk kebahagiaanku, tapi aku juga gak mau Mami gak bahagia. Perasaanku ke tante Rasti gak akan sebesar perasaan Mami ke tante Rasti. Mi, aku gak apa-apa kok Mami nikah sama tante Rasti. Aku janji gak akan nakal dan menentang Mami lagi."
Sandra terdiam sejenak, dia sangat sadar perasaannya terhadap Rasti; tapi dia juga sadar posisi Rasti perlahan bergeser di hatinya.
"Kenapa Mami diam? Atau ini berkaitan dengan kedekatan Mami sama tante Freya?"
"Mami gak yakin sweetheart, Mami gak semampu itu untuk melupakan sebuah pengkhianatan. Bahkan Mami memilih untuk tidak menikah dengan Papimu karna hubungan kami tidak pantas mendapatkan ending bahagia. Bagaimana pun juga tantemu Alissa meninggal karna pengkhianatan itu. Sedangkan Mami juga gak mau menghalangi kebahagiaan kamu sayang."
![](https://img.wattpad.com/cover/266929931-288-k9009.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Relationshit (Completed)
قصص عامةAku yang salah, masalahnya ada padaku dan faktanya aku tidak bisa menahan semua itu. - Naraya Paramita Maaf, harusnya aku tidak memperumit masalah ini. Dan sekarang aku terjebak dalam perasaanku sendiri - Rasti Widyatama Kenapa harus kalian yang teg...