XVII

271 37 1
                                        

Rasti Widyatama POV

Aku terkejut setengah mati mendengar cerita tentang Raya dari Sandra tadi. Ternyata Raya sudah sedikit bercerita tentang hubunganku dengannya, walaupun dia tidak mengatakan bahwa itu aku. Bahkan Sandra sudah menyetujui jika Kaia menjadi kekasih Raya. Meski aku senang karena akhirnya Sandra memintaku untuk menikah dengannya, tapi aku juga mencintai anaknya. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku benar-benar tidak rela jika Kaia merebut Naraya dari ku. Egois memang, tapi ini sudah terlanjur dan aku akan tetap mempertahankan apa yang sudah menjadi milikku.

Aku tidak bisa kembali tidur ketika aku terbangun malam ini, bahkan bayangan Sandra, Naraya dan Kaia pun ada di dalam mimpiku. Aku ingin beranjak dari tempat tidurku untuk mengisi gelas minumku yang kosong, tapi aku tersadar ada tangan yang melingkar di atas perutku.

Sandra, kamu memang sungguh sempurna. Bahkan aku tidak mampu memilih antara kamu dan Naraya, kalian mampu merebut habis hatiku. Aku tidak bisa memilih antara kalian. Maafkan aku San..

Aku meletakkan tangannya di sampingku, beranjak dan memakai kimono tidurku untuk menutupi badanku yang tanpa busana ini akibat perbuatan Sandra.

Bahkan Sandra dan Raya mampu membuatku melayang dengan aktivitas di atas ranjang. Aku sudah merasa gila sekarang, aku merasa terikat dengan Ibu dan juga anaknya.

Aku pun turun ke dapur akan tetapi kaki ini lemas rasanya, mataku perih dan hatiku sakit sekali melihat ini untuk kedua kalinya. Gelas yang aku pegang pun seketika jatuh dan menarik perhatian 2 orang di depanku.

Naraya dan Kaia, berciuman di depanku lagi bahkan ini jauh lebih panas dibandingkan dengan kejadian waktu itu. Aku harus mengontrol emosiku jika tidak Sandra pasti akan bangun dari tidurnya.

"Tante Rasti belum tidur?" Tanya Raya yang juga kaget melihat kehadiranku.

"Cuma mau ngambil air minum." Jawabku sekuat tenaga menahan air mata yang sebentar lagi akan meluap.

Aku melihat Kaia hanya tersenyum menang terhadapku.

"Honey, are you okay?" Sandra terlihat cemas yang bahkan sudah ada di sampingku.

"I'm okay, cuma kaget aja. Aku kira mereka udah tidur." Ucapku menunjuk Kaia dan Raya dengan daguku.

"Hey girls, kalian ngapain di sini tengah malem? Sana masuk kamar, inget jangan berisik!" Goda Sandra kepada 2 orang itu.

"Kalian juga berisik, tapi aku gak protes." Sarkas Raya melihatku tajam dan menarik Kaia ke kamarnya.

"Wait, kalian tidur sekamar? Kai, pake kamar tamu." Ujarku tidak terima.

"Why? Mami aja gak masalah aku sama Kak Kaia tidur sekamar." Balas Raya yang langsung berlalu meninggalkanku dan Sandra.

"I'm win mbak, let her go." Bisik Kaia di telingaku.

Aku sungguh kesal, kalau saja Sandra tidak ada, mungkin aku sudah mengumpat dan berteriak kepadanya.

"Udah lah hon, mereka udah besar. Biarin aja mau ngapain, kamu mau ambil minum kan? Aku tunggu di kamar ya." Ucap Sandra berlalu menuju kamarnya.

Aku pun terduduk di lantai tangga. Aku hanya bisa menangis sekarang, cuma itu yang bisa aku lakukan. Apa yang dipikirkan Raya? Dia marah karena aku bercinta dengan Ibunya, dia kembali cemburu akan itu. Tapi bukan berarti dia bisa membalasku seperti ini seolah aku bukan siapa-siapa untuknya? Apa dia sudah lupa dengan kata-katanya?

•••

Setelah kejadian semalam, perasaanku makin tidak karuan melihat pagi ini Raya dan Kaia sangat intim. Bahkan Raya tidak segan menunjukkan kemesraannya di hadapanku dan Sandra.

Relationshit (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang