XIV

272 34 1
                                    

Kaia Agatha POV

"How dare you! Berani ngelakuin itu jangan harap kamu bebas dari aku."

"I'm so scared."

"Aku serius Naraya!"

"I'm yours boo, aku gak akan menghadirkan orang lain lagi diantara kita."

Aku membeku mendengar percakapan 2 orang perempuan yang sangat aku kenal. Dan lebih gilanya aku meliat mereka berciuman? Apa mereka berdua mempunyai hubungan khusus? Jadi sikap aneh Raya dan mbak Rasti beberapa hari ini, karena mereka punya hubungan? Kenapa? Kenapa harus mereka? Bahkan ini lebih sakit dati pada penolakan Raya atas perasaanku.

Aku pun nekat masuk kedalam kamar Raya, mengakhiri aktivitas menjijikan mereka.

"Raya! Mbak Rasti!" Teriakku di hadapan mereka.

"Kaia?!" Ucap mereka berbarengan dengan ekspresi sangat terkejut.

"Apa yang kalian lakukan?!" Tanyakum

"Kalian pacaran? Jadi ini alesan kamu bimbang Ra? Dan mbak Rasti? Mbak Rasti lupa Raya ini siapa? Kalian bener-beber gila!" Lanjutku menatap tidak percaya kepada mereka secara bergantian.

"Kak.. Tunggu kak! Aku bisa jelasin semuanya!! Kak Kaia..." Panggil Raya.

Aku berlari keluar dari rumah itu tanpa memperdulikan panggilan dari Raya. Hatiku bahkan hancur mengetahui kenyataan bahwa perempuan yang aku cintai ternyata sudah memiliki hubungan dengan orang lain, terlebih itu sepupuku sendiri dan dia sudah memiliki kekasih.

"AAARRGGGHHH!!!!" Sekuat tenaga aku berteriak melampiaskan emosiku atas kenyataan ini, aku meremas kepalaku untuk menghilangkan bayangan yang barusan aku lihat.

Sampai beberapa saat aku menyadari seseorang memeluku dari belakang begitu erat, terasa olehku badan yang sedikit bergetar dan suara tangisan dari dirinya.

"Maafin aku kak." Itu Raya yang berhasil menyusulku, aku masih diam tanpa memperdulikan apapun yang keluar dari mulutnya, bahkan aku sempat berontak untuk melepaskan pelukannya tapi dia cukup kuat untuk terus memelukku erat.

"Maafin aku, aku tau aku salah, aku pun terima kalo kamu bilang gila. Tapi aku minta jangan kayak gini." Ucapnya masih menangis terisak di belakangku.

"Aku ngerti kalo kamu belum bisa nerima aku lagi atas kejadian beberapa tahun lalu, aku pun gak masalah kalo nyatanya kamu mencintai orang lain. Tapi kenapa harus mbak Rasti, Ra? Aku tutup mata kalo mbak Rasti itu orang lain, tapi kenyataannya dia sepupuku dan kekasih dari Ibu kamu sendiri! Apa yang kalian berdua pikirin sampe bisa tega ngebohongin mbak Sandra kayak gini? Ok anggep lah ini karma buat aku udah nyakitin kamu, tapi mami kamu?? Apa salah dia sama kalian????" Bentakku yang bahkan kini sudah menangis di depan Raya.

Raya masih tak bergeming, dia masih menangis.

"Aku tau ini resikonya, tapi aku sama sekali gak bisa nahan perasaan aku sendiri kak. Aku bingung sama perasaan ini. Aku gak tau harus menamakannya apa perasaan aku ke kakak dan ke tante Rasti." Jawabnya melemah.

Aku bisa melihat mbak Rasti yang kini menghampiri kami.

"Raya gak sepenuhnya salah Kai." Jawab mbak Rasti santai

"Tapi kalian tetep salah, apa perlu aku sekarang telfon mbak Sandra supaya dia tau betapa jahatnya kalian berdua?." Ancamku dengan tatapan dingin ke arah mbak Rasti.

Naraya menggeleng dengan cepat, sedangkan mbak Rasti masih melihatku tajam sambil merangkul pundak Raya.

"Bahkan aku gak ngeliat wajah menyesal dari mbak." Ucapku sinis.

"Ini bukan urusan kamu untuk ikut campur!"

"Wow, kenapa aku gak kaget ya sama bentakkan mbak?" Ujarku yang masih membalas tatapan tajamnya. Pandanganku kini beralih ke Raya yang sedang menghapus air matanya.

"Tolong hentikan ini Ra, sebelum mami kamu tau dan memperumit semuanya." Aku memperingatkan Raya untuk yang terakhir kalinya dan pergi meninggalkan mereka.

Badanku lelah, emosiku masih menggebu tapi aku tidak bisa melakukan apapun. Bahkan aku tidak sampai hati untul benar-benar memberitahukan semua ini ke mbak Sandra.

Aku melajukan mobilku untuk kembali ke rumah. Mungkin sedikit tidur jauh lebih baik untuk saat ini.

•••

Aku terbangun ketika bulan sudah menggeser matahari di posisinya. Aku merogoh ponselku yang terletak di meja samping kasur, ada beberapa chat dari dosen juga Raya.

Naraya Paramita
Where are you?

Naraya Paramita
Aku harap bisa bicara baik-baik sama kamu segera.

Naraya Paramita
Jangan marah lagi, aku gak mau kita perang dingin lagi kayak dulu.

Naraya Paramita
Let me know kalo kamu baik-baik aja, aku khawatir 😢

Naraya Paramita
Jangan lupa makan malam, aku tau kamu pasti ngelewatin makan siang kamu juga kan?!

Kaiagatha
I'm okay, don't worry about it.

Aku sedikit tersenyum melihat kekhawatirannya. Tapi itu tidak membuatku senang ketika aku teringat kejadian tadi siang.

Aku melangkahkan kakiku menuju dapur, tenggorokanku sedikit kering karena kekurangan cairan. Aku mengerenyit ketika melihat mbak Rasti sedang duduk di ruang tv, sempat melirikku tapi aku mengabaikannya.

"Aku udah siapin makan malem, tinggal kamu angetin." Jawabnya masih fokus dengan tv di depannya.

Jarak dapur dan ruang tv memang berdekatan jadi aku masih bisa melihat gerak-geriknya yang terlihat tidak nyaman.

"Ya." Jawabku singkat.

"Sejauh apa hubungan kamu sama Raya?" Tanyanya yang kini bahkan sudah mematikan tv dan berada di hadapanku menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Jauh dari apa yang mbak bayangin."

"Aku harap kamu gak ikut campur dalam urusanku."

"Mbak? We are sisters, aku masih patut ngingetin mbak."

"Ngingetin aku atau kamu mau ambil Naraya dari aku?"

"Apapun itu menurut mbak, aku gak mau bikin hubungan Raya dan mbak Sandra hancur! Apa mbak gak mikirin itu? Apa mbak tutup mata sama semua itu? Jangan egois mbak! Mbak lupa gimana kerasnya mbak Sandra memperjuangkan hubungan kalian di depan orang tua mbak? Gimana perasaan mbak Sandra kalo tau orang yang dia cintai mengkhianatinya? Aku mohon mbak, udahin semua ini." Ucapku yang memperingatkan mbak Rasti.

"Kamu gak tau apa yang mbak rasain Kai! Kamu pikir mbak gak mikirin semuanya? Mbak pun dilema! Kamu pikir dengan hadirnya Sakti itu gak ngebuat mbak khawatir akan kembalinya mereka? Kamu pikir mbak mau ada di posisi ini? Mbak juga pernah nolak semua ini, mbak pernah coba buat gak ngikutin perasaan ini tapi mbak gak bisa Kai!" Ujarnya putus asa.

"Aku cinta sama Raya mbak, aku bakal terus perjuangin dia sampe kapanpun." Ucapku bersih keras dan pergi meninggalkan mbak Rasti sendiri.

"She's mine Kai, and always be mine!" Teriaknya.

Sepertinya sepupuku ini memang sudah kehilangan kewarasannya, bahkan dia mengklaim seseorang yanh seharusnya bukan menjadi kekasihnya. Aku melihat tatapan tajam dari sorot matanya, entah apa lagi yang ingin dia lakukan. Aku bahkan hampir tidak mengenalnya.

Relationshit (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang