Pagi tiba, Sandra sudah menyiapkan sarapan untuknya dan Naraya sebelum mereka berangkat ke bandara. Dan terdengar suara bel dari pintu depan, Sakti datang dengan raut wajah yang marah karena sudah mengetahui keberangkatan Raya hari ini.
"Kenapa kamu kirim Naraya ke Manchester tanpa persetujuanku?" Sakti menunjukan rasa tidak sukanya kepada Sandra; tetapi alih-alih berbalik marah, Sandra justru tertawa melihat tingkah Sakti.
"Kenapa kamu malah ketawa? Aku serius San, kenapa kamu gak tanya aku dulu mengenai keputusan kamu itu?"
"Sakti.. Kamu memang ayah kandungnya, tapi nama kamu tidak tercantum dalam akta bahkan surat asuh Naraya. Jadi kamu bukan bagian dalam pertimbangan aku. Lagi pula kamu gak tau masalah yang sebenarnya apa."
"Pi.." Naraya langsung memeluk Sakti, sedang kan sikap Sandra menjadi dingin setelah melihat Raya. Dia langsung berbalik kembali ke ruang makan meninggalkan ayah dan anak itu.
"Raya, kamu gak perlu pergi ke rumah Grandpamu. Kalau kamu mau, kamu bisa tinggal sama Papi. Biar nanti Papi yang bicara sama Mami kamu."
"Raya mau tinggal sama Papi aja. Raya gak mau lagi tinggal sama Mami." Bujuk Raya.
"Ok, biar Papi yang ngomong sama mami kamu. Sekarang kita sarapan dulu."
Di ruang makan suasana terasa dingin, sikap Sandra masih sama. Dia masih diam dan fokus pada tabletnya. Begitu juga Naraya yang tampak enggan menyantap sarapannya. Akhirnya Sakti berusaha memecahkan keheningan itu.
"San, aku mau izin untuk ajak Naraya tinggal sama aku. Dia gak akan sanggup dengan didikan tegas Papamu kalau harus dia tinggal bersama Grandpanya." Sandra mengangkat kepalanya dan menoleh ke Sakti, dia ingin menentang niat Sakti, tapi yang dikatakannya benar.
Selama ini Naraya tidak terlalu dekat dengan kakeknya. Bukan berarti sang kakek tidak menyayanginya, hanya saja kakek Raya merupakan pensiunan angkatan Militer yang terkenal disiplin. Sosok lelaki yang tegas dan kaku. Dengan didikan yang yang keras belum tentu Raya betah tinggal di sana.
"Ok." Jawaban sederhana dari Sandra mampu membuat Raya seketika menoleh ke arahnya. Dia mengira bahwa Maminya itu tidak akan mungkin mengizinkannya.
Tapi itu tetap tidak merubah penilaian Raya terhadap ibu kandungnya sendiri. Justru dia semakin berpikir bahwa Sandra sudah tidak lagi menyayanginya.
"Kalo gitu, aku titip Raya di kamu. Mungkin dia jauh lebih seneng tinggal sama kamu. Aku berangkat ke kantor dulu ya. Bye" Sandra berjalan pergi tanpa pamit kepada Naraya.
Sakti merasa aneh dengan sikap Sandra kali ini. Dia menggetahui bahwa Sandra sangat menyayangi Naraya dan tidak mungkin semudah itu meminta izin untuk membawa Naraya pergi darinya. Tapi kali ini dengan mudahnya Sandra memperbolehkan Sakti membawa Naraya.
Sepertinya masalah yang Sandra dan Raya hadapi kali ini jauh lebih besar dibandingkan masalah-masalah sebelumnya.
•••
Sandra tidak benar-benar pergi ke kantornya, pikirannya masih kacau. Keadaan menyeretnya kedalam gelombang kekhawatiran dan kesedihan seperti 20 tahun lalu. Sandra memarkirkan range rover velar-nya di pinggir pantai Bali yang cenderung sepi. Sedikit merenung sambil merefresh pikirannya yang berantakan.
Sampai, dia dikejutkan oleh seseorang yang menepuk ringan pundaknya.
"Kamu ngapain di sini? Bukannya ini jam kerjamu?" Dia adalah Fey menggunakan gaun putih sederhana dengan detail crochet, topi jerami dan kaca mata hitam.

KAMU SEDANG MEMBACA
Relationshit (Completed)
قصص عامةAku yang salah, masalahnya ada padaku dan faktanya aku tidak bisa menahan semua itu. - Naraya Paramita Maaf, harusnya aku tidak memperumit masalah ini. Dan sekarang aku terjebak dalam perasaanku sendiri - Rasti Widyatama Kenapa harus kalian yang teg...