"Iya Mi, enggak akan lagi."
"Jangan ngerepotin tante Rasti terus, awas kamu keluyuran malem lagi."
"Iya Mami, udah ya Raya ada kelas lagi. Bye Mi, love you." Raya mematikan panggilan itu sepihak. Ia tau bahwa Maminya akan terus mengoceh tanpa henti. Hari ini Raya sudah bisa kembali berkuliah setelah mendapatkan telfon 2 jam sekali dari Ibunya yang terus memperingatkannya sepanjang hari, bahkan di tengah mata kuliah pun Maminya masih mengirimkan pesan untuk tidak melewatkan makan siangnya.
"Gila ya nyokap lo, cuma demam kayak gitu aja kayak penyakitan yang besok bakal mati." Ceplos Shania.
"Heh, Lisan! Iya gue tau nyokap gue emang bawel tapi gak pake ngomong penyakitan yang besok mati dong." Protes Raya.
"Udah Ra, lo gak usah dengerin si Shania. Btw, gimana sama kak Kaia?" Tanya Olive.
"Kita ciuman kemarin." Jawab Raya singkat.
"Serius?" Tanya ke dua sahabatnya berbarengan.
"Gimana rasanya Ray?" Tambah Shania. Sedangkan Olive menghadiahi pukulan ringan di kepala Shania.
"Gue gak tau, gue ragu buat nyimpulin." Ucap Raya.
"Maksudnya lo udah beneran gak ngerasain apapun sama kak Kaia?" Timpal Olive.
"Gue gak ngerti, gue masih ngerasain deg-degan waktu dia mau cium gue. Gue masih ngerasain cinta itu tapi gue juga ngerasain kecewa. Kayak ada yang kurang gitu. Gue bahkan ngebales ciumannya tapi gue masih gak bisa dapetin feel sehebat dulu." Jelas Raya.
"You're so complicated." Ucap Shania.
"Tapi, kekurangan itu gue dapetin pas gue reflek cium pipi tante Rasti di depan Nyokap dan meluk dia kemarin." Tambah Raya.
"Wah gak bener nih. Jangan bilang lo juga rela jadi orang ke tiga kayak Shania." Ucap Olive menggelengkan kepalanya.
"Gue juga gak mau kayak gitu. Tapi gue ngerasain semua itu, awalnya gue gak bisa terima kehadiran tante Rasti sebagai pacar dari nyokap gue. Gue masih berharap bokap gue hadir dan balik ke nyokap. Tapi semenjak dia jadi dosen pengganti waktu itu, perhatian gue gak lepas dari dia. Bahkan gue bete ngeliat nyokap dan tante Rasti mesra-mesraan depan gue di pantai beberapa hari lalu." Terang Raya.
Olive dan Shania pun hanya bisa saling berpandangan melihat kerisauan sahabatnya itu. Membayangkan akan sangat besar masalahnya nanti kalau memang Raya nekat menyatakan perasaannya kepada Rasti.
"Ray, coba lo bener-bener yakinin perasaan lo lagi. Masalahnya gak akan gampang kalo elo yang jadi orang ke tiga dihubungan nyokap lo sendiri." Ujar Shania bijak.
"Shania bener Ra. Lo gak mungkin kan ngerebut pacar nyokap lo sendiri? Gue yakin lo gak akan setega itu sama nyokap lo. Lo juga masih punya Kaia yang notabene masih sepupu dari tante Rasti. Gimana perasaan dia kalo dia tau lo suka sama kakak sepupunya sendiri." Ucap Olive mayakinkan Raya.
"Gue gak berharap semua ketakutan kalian terjadi, semoga juga gue masih bisa nahan semua perasaan gue di hadapan mereka." Ucap Raya lemas.
"Eh, tuh pacar nyokap lo jalan ke sini, gue rasa kita gak usah bahas itu lagi." Singkat Olive.
Raya pun memusatkan perhatian kepada perempuan yang sedang menuju ke arahnya sambil memberikan senyuman manis.
"Gimana gue mau tahan, ngeliat senyumnya aja udah bikin gue deg-degan. Oh come on Naraya, kenapa lo jadi lemah begini" Batin Raya.
"Siang semua." Sapa Rasti
"Siang Miss." Jawab Olive dan Shania.
"Boleh pinjem Rayanya sebentar?" Ucap Rasti sopan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Relationshit (Completed)
General FictionAku yang salah, masalahnya ada padaku dan faktanya aku tidak bisa menahan semua itu. - Naraya Paramita Maaf, harusnya aku tidak memperumit masalah ini. Dan sekarang aku terjebak dalam perasaanku sendiri - Rasti Widyatama Kenapa harus kalian yang teg...