Sandra Pradipta POV
Bagaimana lagi caranya agar meredam sakit hati yang berlebihan ini, selama ini aku menyangka mereka sudah bisa menerima satu sama lain karena aku berpikir mereka akan menjadi sepasang ibu sambung dan anak. Tapi ternyata dugaanku salah, ternyata mereka memiliki hubungan lain di belakanku.
Aku bahkan masih tidak percaya bahkan karma ini datang dari anakku sendiri, bagaimana selanjutnya? Aku ragu jika ke depannya nanti mereka tidak mengkhianatiku lagi.
Saru aku mendengar suara mobil di luar, sepertinya mereka sudah kembali.
"Mi.." Raya langsung duduk di sampingku, aku membiarkannya menangis dan memelukku.
"Sandra, bicaralah." Rasti tampak tenang meski pun aku bisa melihat jejak air mata di pipinya.
"Sudah berapa lama kalian menjalani hubungan ini?"
"Mi.. Maafin aku. Semua awalnya karna aku yang lebih dulu menggoda tante Rasti. Maafin Raya Mi.."
"No, itu gak sepenuhnya salah Raya, aku yang juga menahannya dan memintanya melanjutkan hubungan ini meski kamu sudah melamarku. Aku yang memaksanya."
Seketika aku muak mendengar mereka yang saling membela, aku melepaskan pelukan Raya dan sedikit mengeraskan rahangku.
"Sekali lagi aku tanya, sudah berapa lama kalian menjalani hubungan ini?"
"Sejak Sakti datang dan tinggal di Bali. I'm sorry San, aku sempat menolak Raya waktu itu; tapi saat itu aku kecemburuan merasuki hatiku. Membayangkan kamu dan Sakti membuatku khawatir. Aku nyaman dengan waktuku bersama Raya, jadi aku memutuskan untuk menerimanya."
"Lalu siapa yang kamu pilih sekarang?"
"San, aku.."
"Ok aku paham, kamu tidak bisa memilihkan?" Aku bisa membaca pikirannya, biar bagaimanapun Rasti aku sudah lama mengenalnya, dia tidak akan mudah jatuh cinta meski sekuat apapun seseorang mengejarnya. Dan ketika dia mencintai orang lain, juga tidak akan mudah baginya untuk melepasnya.
"Raya, kemasi barangmu. Besok kamu berangat ke Manchester dan tinggal di rumah Grandpa, selesaikan kuliahmu di sana. Mami tidak akan melarang kamu berhubungan dengan Rasti, tapi Mami mau kamu fokus dengan kuliahmu dulu. Mami akan atur kepindahanmu."
"Tapi Mi.."
"Jika kamu menentang lagi, tandanya kamu sudah benar-benar tidak menganggap Mami." Ucapanku cukup tegas, aku rasa dengan pilihannya yang berani untuk menjalin hubungan dengan Rasti sudah cukup membuktikan bahwa dia ingin melawanku.
Tak lama Raya berdiri dan berjalan menuju kamarnya, sekarang hanya ada aku dan Rasti.
"Kamu gak seharusnya sekeras itu sama Raya, San. Dia berhak menentukan pilihannya."
"Dia anakku Ras, dan selama dia masih belum bisa mengendalikan dirinya, aku masih punya kewajiban untuk menasehati dan memilih jalan yang lebih baik untuk hidupnya. Aku tidak menentang kalian; jika kalian ingin terus melanjutkan hubungan. Aku hanya tidak ingin anakku kehilangan fokus untuk masa depannya."
"Maksud kamu?"
"Bukannya sudah jelas? Kamu tidak bisa memutuskan pilihanmu, jadi aku memilih untuk merelakanmu jika memang kamu adalah kebahagiaan Naraya." Kata-kata itu begitu saja keluar dari mulutku, lagi-lagi aku memilih untuk mengalah. Jika dulu aku bersalah karena keegoisanku mengkhianati kakakku, kali ini aku tidak ingin menghalangi kebahagiaan putriku sendiri.
"Gak San, kamu tau betapa aku cinta sama kamu, kita akan menikah bukan? Aku tau aku salah, tapi aku janji aku gak akan mengkhianati kamu lagi. Please kasih aku kesempatan sekali lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Relationshit (Completed)
Fiction généraleAku yang salah, masalahnya ada padaku dan faktanya aku tidak bisa menahan semua itu. - Naraya Paramita Maaf, harusnya aku tidak memperumit masalah ini. Dan sekarang aku terjebak dalam perasaanku sendiri - Rasti Widyatama Kenapa harus kalian yang teg...