XXII

240 30 2
                                    

Saktiya.R

Jam 3 sore di Single Fin.

Setelah selesai dengan tugasnya sebagai dosen dan mendapat pesan dari Sakti itu, Rasti langsung mengemudikan Lexus RX350-nya menuju Single Fin.

Sesampainya dia, ternyata Naraya hanya sendiri. Tanpa ingin mambuang waktu; Rasti langsung menghampiri Raya.

"Ra.."

"Tolong to the point tan." Potong Raya.

Rasti kemudian menunduk; menghela nafas kasar sebelum dia melanjutkan kata-katanya.

"Sebelumnya aku mau minta maaf karna sudah mengecewakan kamu dan gak bisa nepatin semua janji aku ke kamu. Jujur aku sama sekali gak menyesal karna sudah mencintai kamu, tapi aku menyesal karna sudah membuat hubunganmu dan Mami kamu renggang. Mami kamu gak egois Ra, justru dia menekan segala egonya buat kamu. Sampai detik ini dia terus menghindari aku karna dipikirnya aku adalah kebahagiaanmu, dia akan merelakan hubungan kami dan membiarkan kita bahagia. She's the strongest person i have ever met, kamu satu-satunya yang terpenting buat Sandra, Ra."

"Kalau memang kamu gak bisa maafin aku, aku gak apa-apa. Aku cuma mau hubungan kamu dengan Mami kamu kembali baik. Dan jika kepergianku dari hidupmu dapat membuatmu memaafkan ku, maka aku gak akan pernah lagi muncul di hadapanmu." Rasti mengakhiri kalimatnya dengan senyuman yang mengandung kesakitan didalamnya.

Tanpa dia sadari, Raya sudah mengeluarkan air matanya. Rasti pun tidak punya nyali untuk memperlihatkan kesakitan dan kesedihannya di depan Raya. Setelah menghapus air mata yang sudah sedari tadi mengalir, Rasti beranjak pergi, berdiri dari kursinya; akan tetapi sebelum dia sempat melangkahkan kakinya, Raya sudah terlebih dulu menahan pergelangan tangannya.

"No, please don't leave me." Raya mendekap Rasti erat, meluapkan segala hasrat dan emosinya melalui air mata. Cinta? Jelas Raya masih sangat mencintai Rasti, tapi dia juga sadar bahwa masalah yang rumit ini bermula dari keegoisannya.

"Semua masalah ini berawal dari aku, gak seharusnya aku ngebebanin masalah ini sama kamu aja. Kamu gak perlu pergi dari hidupku, kita bisa perbaiki semuanya."

Seolah beban besar di pundaknya telah diangkat, Rasti bersyukur usahanya kali ini tidak sia-sia.

"Sampai saat ini aku juga belum komunikasi sama Mami. Semenjak kejadian itu aku terus berpikir kalo Mami udah gak perduli sama aku, tapi nyatanya aku salah. Harusnya aku serius minta maaf sama Mami, tapi aku justru memperjarak hubungan kami." Raya sedikit mengejek dirinya sendiri. Dia tertawa seolah dia adalah anak tidak tahu diri.

Pasalnya, sang Ibu bukan membuangnya, bukan tidak menyayanginya; justru sebaliknya Sandra mengalah dan menekan egonya, membiarkan Raya bisa berbahagia bersama Rasti.

"Mungkin setelah ini kita bisa menemui Mami, aku bakal berusaha buat Mami bisa terima tante lagi. Aku yakin, cinta Mami ke tante jauh lebih besar dibanding cinta aku ke tante. Aku dukung kalian menikah."

Rasti tidak merespon banyak, dia hanya tersenyum mendengar pernyataan Raya. Karna faktanya Rasti belum yakin apakah Sandra bisa memaafkannya atau tidak. Yang jelas saat ini memperbaiki hubungan antara Sandra dan Naraya jauh lebih penting.

•••

Sandra masih berkutat dengan dokumen di ruangannya, walaupun waktu sudah menunjukan jam pulang kantor. Sampai seseorang mengetuk pintu dari luar; dan orang itu masuk ke ruangan Sandra walaupun belum dizinkan.

Relationshit (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang