XV

261 34 0
                                    

Naraya Paramita POV

Setelah tadi siang Kaia memergoki aku dan tante Rasti berciuman, perasaanku makin tidak tenang. Ketakutan menyelimutiku kalau-kalau Kaia akan serius dengab ucapannya, memberitahukan ke mami mengenai hubunganku dengan tante Rasti.

Beberapa kali aku coba mengirimnya pesan, aku memang mengkhawatirkannya. Aku sangat tau bagaimana perasaannya terhadapku. Tapi dia hanya membalas bahwa dia baik-baik saja dan aku tidak perlu khawatir. Aku mencoba memberikan dia waktu untuk menenangkan diri sebelum kembali menjelaskan kepadanya, walaupun aku tau itu sia-sia.

Tadi sore tante Rasti pamit untuk pulang sebentar menemui Kaia, aku yakin bahwa penjelasannya pun tidak mampu meyakinkan Kaia. Terlihat dari responnya tadi siang bahwa dia sangat tidak suka jika Kaia mencampuri urusannya. Aku pun tidak menyangka respon tante Rasti akan setenang dan sedingin itu terhadap Kaia.

Haruskah aku senang karena tante Rasti benar-benar menginginkanku? Atau haruskah aku benar-benar melepasnya? Aku dilema.

"Mami, Kaia aku minta maaf." Gumamku.

Ting

Rasti.wdytm
Honey, kamu sudah makan malam? Maaf aku gak bisa nemenin kamu malam ini.

Naraya Paramita
Blm. Sebentar lagi.
Kenapa? Nemenin mami malem ini?

Rasti.wdytm
Okay, jaga kesehatan ya.
Enggak sayang, aku cuma butuh istirahat. Terlalu lelah hari ini.

Naraya Paramita
Okay, selamat istirahat boo.
Love you

Rasti.wdytm
Good night.
Love you too.

Aku mungkin merasa dia memprioritaskanku sekarang, karena aku jauh lebih tau apa yang dilakukan dibanding mami. Tapi aku sadar, cepat atau lambat posisiku tidak akan aman. Entah mami akan tau, atau tante Rasti akan melepaskanku sebelum mami mengetahuinya.

"Naraya.." Panggil seseorang.

Aku langsung menoleh ke arah orang itu. Ternyata mami, dia menghampiriku yang sedang duduk menikmati langit senja. Aku masih terdiam, bukannya aku masih marah atas perkataan mami kemarin, tapi aku takut mami sudah mengetahui kenyataan yang terjadi antara aku dan tante Rasti.

"Kamu masih marah sama mami?"

Aku hanya menggelengkan kepalaku dan tetap menikmati pemandangan di depanku tanpa mau melihat mami di sebelahku.

"Mami minta maaf karna egois meminta kamu untuk mengikuti kata-kata mami. I'm so sorry sweetheart, mami nyesel dan mami gak mau kehilangan kamu. Kamu satu-satunya harta yang paling berharga buat mami." Ucap mami memohon.

Hatiku sakit mendengar ucapan mami barusan. Ini baru tentang argumenku dan mami, belum lagi soal aku dan tante Rasti.

"Aku juga minta maaf mi, harusnya aku gak marah-marah sama mami kemarin." Ujarku yang langsung memeluk mami.

Aku memeluknya dengan erat, aku rapuh sekarang. Aku menangis dipelukan mami.

"Maafin Naraya mi, maafin Naraya. Naraya egois banget. Naraya bakal coba untuk mengakhiri hubungan Naraya sama tante Rasti." Batinku.

"Hey, hey.. Kok nangis sih? Udah ya jangan nangis lagi. Kita udah baikan kan sekarang?" Ucap mami yang mengacungkan jari kelingkingnya di depanku.

"Sure, i love you so much mom." Ujarku menautkan jari kelingkingku.

"I love you more sweetheart. Mami janji mulai sekarang mami akan dukung apapun keputusan kamu. Termasuk pilihan pasangan kamu, tapi.." Ucap mami menggantung.

Relationshit (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang