CHAPTER 1 - MOVE

1.2K 117 7
                                    

I wish time had better timing for you and me

-unknown

THIRD PERSON POV

Mata gadis berambut hitam menari-nari menatap sekeliling dengan netral. Hujan yang lembut jatuh dari langit menciptakan suara yang statis, diiringi suara mobil yang sedang di kendarai nya bercampur menjadi satu irama yang mengisi kekosongan perjalanan nya. Aroma-aroma hutan yang kental akan kayu ikut tercium jelas oleh indera penciuman nya. memberikan efek relaksasi yang menenangkan.

Dia tersenyum kecil pada burung gagak kecil yang hinggap di stir mobilnya, dia adalah familiar gadis itu.

Mereka sudah bersama dalam waktu yang lama.

"Bisakah kau pindah Rav, kau menghilangkan fokusku pada jalan raya. Kau tidak ingin aku mati bukan?" Ujarnya pada burung kecil yang dia panggil sebagai Rav.

Dengan cepat burung itu mengangguk dan mengepakkan sayapnya pergi.

Burung itu terbang ke kursi pengemudi yang hanya di isi oleh tas kecilnya, dia memutuskan untuk menggunakan tas penyimpanan yang telah di beri mantra ruang dan waktu agar tidak merepotkan nya untuk pindah.

Ekornya terduduk manis di atas tas, dia bertingkah seolah-olah dia adalah manusia.

Cho menatap burung itu sekilas."Jadi...."Cho dengan ragu-ragu memulai percakapan pertamanya sejak dia menginjakkan kaki di kota kecil yang penuh awan gelap ini.

"Apakah ini ide bagus Rav?" Tanya Cho pada gagak di sampingnya.

Gagak itu hanya berkicau dan mengangguk dengan mantap. Meyakinkan gadis Asia itu untuk tetap melanjutkan perjalanan menuju ke rumah baru mereka.

Cho masih ragu tentang hal ini, dia mencengkram stir mobil lebih kencang dari yang seharusnya. "Mungkin kah aku harus memutar kembali ke portkey di port-angeles? Itu mungkin saja ide yang bagus." Ucapnya, dia mulai melambat kan laju kendaraan nya. Memperhitungkan untuk membalikkan mobilnya dan melarikan diri kembali ke pusat kehidupan penyihir nya di London.

Gagak itu menggeleng dan mengepakkan sayapnya seolah menyuruh Cho untuk tetap melanjutkan perjalanan nya. Cho menghela nafas berat dan mengembalikan kecepatan normal mobilnya.

Dia telah mempertimbangkan hal ini sejak sebulan sebelum pindah, tidak mungkin dia berubah pikiran begitu saja.

Dia mulai memasuki perumahan kota forks yang terlihat sepi, pilihannya untuk menetap di kota sepi adalah keputusan yang sudah di pikirkan nya dengan serius, mempertimbangkan segala aspek yang ada dalamnya.

Beberapa saat perjalanan berlalu dia mulai melihat rumah yang di katakan oleh kenalan mugglenya.

Rumah yang sepenuhnya dikelilingi oleh hutan tidak ada rumah lain di sekitarnya. Rumah yang berada di pinggiran kota, agak jauh dari pemukiman penduduk setidaknya memudahkan nya untuk mencari ketenangan dalam kesunyian.

Dia memarkirkan mobilnya di halaman rumah yang lumayan luas, lalu turun dari mobil. Dia Menghela nafas diam-diam lalu membuka rumahnya dengan kunci. Biasanya dia melakukannya dengan mantra sekarang semua serba manual. Tanpa sihir apapun, hanya seperti muggle...

Setelah membuka pintu dia kembali ke mobil dan membawa tas serta menyuruh gagak nya untuk mengikuti nya. Mereka masuk ke rumah itu, Cho bersyukur bahwa rumah ini sudah bersih karena dia sangat lelah.

Lelah dalam bagian mentalitas.

Rumah sederhana yang tidak begitu sempit ataupun luas, dengan dinding abu-abu yang senada dengan warna sofa. Ruang tamu di isi sofa hitam dengan sandaran lengan bisa menjadi tempat nya menikmati ketenangan dan kedamaian. Ruang tamu dan dapur hanya di batasi oleh dinding yang tidak begitu tebal. Di dapurnya terdapat tiga kursi dengan meja berbentuk persegi, meja yang umum di kalangan muggle.

𝐃É𝐉À 𝐕𝐔 - EDWARD CULLENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang