Happy Reading🌵
Berpura-pura mendukung diriku
Seolah-olah peduli!
Padahal mereka semua bermuka dua
Yang siap menikamku dari arah mana saja-Bara Mechanical-
***
Bara hanya bisa melihat punggung Fathan yang mulai menjauh darinya. Dirinya hanya memandang kepergian teman baiknya yang sekarang hubungan pertemanan ini begitu renggang bahkan tak ada lagi kata teman mungkin. Entah Bara atau Fathan yang mengakhirinya tapi itu sangat menyakitkan.
Tau, apa yang lebih menyedihkan daripada di abaikan sebuah penjelasan mu yang sepertinya tidak ada artinya?
Berakhirnya sebuah pertemanan. Dimana kehilangan sebuah teman yang selalu mendengarkan semua penjelasanmu, sekarang mereka berbalik arah denganmu. Bahkan mendengarkan sepatah kata pun yang keluar dari mulutmu saja tidak mau.
Tau, apa yang lebih menyedihkan daripada berjuang sendiri dan memendam semuanya?
Awalnya kamu memiliki teman yang selalu ada. Sebagai tempat dirimu berbagi segalanya sekarang temanmu menjauh dan sekarang kamu merasa sendiri itu yang lebih menyakitkan. Memendam semua kesedihan itu lebih menyedihkan seolah-olah kita sendirian.
Bara berjalan lunglai ke arah kelas dan langsung mengambil tasnya, padahal jam pulang kurang sebentar lagi. Saat Bara akan pergi pergelangan tangannya ditahan oleh Basuki. Entah guru atau wali kelasnya sedang pergi kemana sehingga kelas mengalami jam kosong.
"Bar, lo mau kemana? Mau bolos? Ikut dong!" seru Basuki.
"Bar, lo ngapain bawa tas?" tanya Kin atau bisa di sapa dengan Save.
"Tolol!" sembur Bina.
"Lo ada acara keluarga kah?" tanya Beno atau kerap disapa Ben.
"Lo udah izin belum Bar?" tanya Tian.
Fathan yang melihat Bara hanya mengerutkan keningnya, tentu Fathan merasa heran seorang Bara Mechanical tiba-tiba menggendong tasnya di punggungnya dan entah dia mau kemana. Seperti bukan Bara, jika ada yang mengusiknya dia akan berkelahi atau tidur dalam kelas.
Bara tidak menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh teman-temannya dia melepaskan pergelangan tangannya yang dicekal oleh Basuki dengan pelan. Setelah itu Bara melenggang pergi meninggalkan teman-temannya yang memandang dirinya dengan tatapan heran, dan Gabera hanya menatap dengan perasaan tidak suka terhadap Bara. Seperti api kebencian dalam diri Gabera bagai api yang berkobar.
"Gab, kamu udah ngaduin Elina, Azora, Jelita, dan Bara. Apa perlu aku bantu untuk mengadukan?" tawar Fathan.
"Nggak perlu, aku bisa sendiri tapi makasih atas tawarannya! Tapi aku bisa urus masalahku sendiri," balas Gabera.
"Kalau kamu perlu bantuan, jangan sungkan untuk bilang ke aku Gab," jelas Fathan.
"Pasti itu Fat, kalau emang aku membutuhkan bantuanmu aku bakalan ngomong tapi untuk saat ini kayaknya nggak ada," jawab Gabera.
Sebelum Bara benar-benar meninggalkan kelas dia sedikit menguping pembicaraan Gabera dan Fathan di depan pintu kelas. Pada dasarnya manusia akan melupakan sisi baik seseorang dan hanya mengingat ribuan kesalahan yang diperbuat.
"Apa lo bener-bener udah nggak nganggep gue temen Fat? Banyak hal yang kita lalui dulu, apa semua itu cuman lo anggap sampah atau angin lalu doang, " gumam Bara bertanya-tanya.
"Bahkan lo nggak mau dengerin penjelasan atau mendengar sepatah kata pun dari gue dan lo lebih mentingin sudut pandang lo sendiri tanpa memedulikan gue lagi Fat," gumam Bara sekali lagi dengan tersenyum getir.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's About Me! [ SUDAH TERBIT]
Teen FictionJudul This About Me-> diubah menjadi It's About Me! [PART MASIH LENGKAP!] Ini hanya tentangku. Tentang segala rasa amarah, sedih, dan kecewaku yang menumpuk seperti sampah. Segala rasa yang aku alami kusimpan dalam keheningan dengan air mata yang me...