Chapter 5. Hukum Karma

433 316 220
                                    

Happy Reading🌿

Hukum karma itu ada! Tapi sayangnya aku bukan seorang pengecut yang akan takut dengan sebuah omong kosong belaka!

-Elina Nikeisha-

***

Basuki yang ingin mendekat, pergelangan tangannya di pegang oleh Bara. Seolah-olah memiliki rasa iba pada kejadian tadi. Membuat dirinya berpikir lagi untuk melukai Gabera Anjana. Apa mungkin dampak yang diberikan sebegitu menyakitkan? Hingga seorang anak perempuan itu harus memohon kepadanya. Apakah aku begitu menyakiti hatinya? Entahlah ... aku juga tak tahu tapi satu hal yang aku mengerti dari manik matanya seorang anak perempuan yang berumur 12 tahun itu menyimpan banyak luka dan kesedihan di dalamnya.

Dalam seumur hidup Bara baru merasa bersalah terhadap seseorang tapi tidak tahu caranya meminta maaf. Untuk menyesal dengan perbuatannya? Jangan harap. Bara hanya merasa bersalah saja tapi tidak menyesalinya. Elina yang melihat Bara menghentikan Basuki akan menonjok Gabera merasa aneh dengan sikap  Sungguh berbeda dari sebelumnya. Elina sangat menyesalkan Bara menghentikan Basuki padahal jika itu terjadi pasti akan menyenangkan. Pertunjukan geratis yang enak ditonton.

Tentu Elina berpikir aneh kepada Bara. Apa yang dilakukan Gabera sehingga membuat Bara seperti orang yang kehilangan arah dan tujuan dalam hidupnya. Tidak seperti biasanya.

Bara mencekal tangan Basuki dan mengisyaratkan Basuki dengan menggelengkan kepalanya. Membuat Basuki mendengus. Basuki langsung duduk kembali sedangkan Gabera dia tidak menangis. Dia menahan air matanya untuk tidak jatuh. Dia terus mengingatkan dirinya bahwa dia perempuan kuat dan tidak lemah.

"Kenapa lo duduk Bas? Ayo tonjok gue?" tanyaku menatap tajam dan menantangnya.

"Lo masih selamet karena Bara, lain kali gue akan tonjok muka lo! Gue nggak peduli lagi kalau lo itu perempuan! Sekalian aja muka lo  yang udah jelek  gue bikin makin jelek! Nggak usah sok jadi orang kalau sendiri nggak bisa ngehadapin," gertak Basuki tajam.

"Woi santai Bas, jangan emosi dia cewek lo laki kalau lawan dia namanya lo banci. Gue yakin lo bukan pecundang," pungkas Gusdi.

"Bara ngehentiin lo mungkin biar lo nggak malu dan dianggap pecundang atau pengecut," jelas Wilbur.

"Awalnya gue juga nggak mau berantem ama cewek tapi dia bikin gue emosi! Apalagi dia nantang gue, lo tau kan gue nggak suka di tantang sama orang. Kalau di nantang yah gue jabani lah," ujar Basuki berkelit.

"Udahlah Bas, ngapain sih lo emosi banget buang-buang tenaga dan pikiran. Ini nggak lo banget Basuki Ardianto," sahut Bara.

"Lo lah yang bikin gue kayak gini!" sewot Basuki.

"Gue tadi cuman ngantuk makanya nggak mood, malah lo nuduh Gabera. Jadi yang salah ini lo bukan Gabera," jelas Bara.

"Halah, gue nggak percaya," ujar Basuki menyelidik menatap Bara.

"Terserah lo!" jawab Bara  yang sudah tak memedulikan Basuki lagi.

Sudah dua minggu lebih kejadian yang tidak mengenakkan diriku dan Basuki dan aku juga berada di kelas 6 ini tepatnya di Sekolah Dasar Emnara yang sebenarnya ini bukan keinginan diriku bersekolah disini dan kemauan diriku. Ini semua karena desakan Ayahku yang ingin aku bersekolah di sebuah sekolah kota nan elite ini. Seperti Kakak perempuanku yang bernama Sintia Aswanita.

Aku juga pernah mendengar kata ini di sosial media ‘Anak juga seorang pribadi yang merdeka, dia berhak memilih untuk masa depannya. Jangan paksakan kehendak egomu kepada anak hanya untuk kebahagiaanmu semata.’  Mungkin juga orangtuaku ingin diriku mengenyam pendidikan yang bagus dan berkualitas.  Not bad, maybe darisini aku bisa menikmati proses diriku untuk terus maju dan berkembang di Sekolah Dasar ini.

It's About Me! [ SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang