Chapter 15. Terkunci

240 181 477
                                    

WARNING! ADEGAN YANG ADA DI BAWAH INI TIDAK DI SARANKAN UNTUK DI TIRU BUKAN MENGANDUNG ADEGAN DEWASA! HANYA BACA SAJA TAPI JANGAN DI TIRU! APALAGI DI PRAKTEKKAN!!
____________________________________

Happy Reading🔪

Manusia memang selalu benar tentang perkataan dia dapat melukai bahkan membunuh tanpa menyentuh fisik.
Perihal tentang perkataan manusia bisa lebih runcing daripada sebuah pedang dan begitu mematikan.

Jadi berhati-hatilah dalam berkata!

~Gabera Anjana

***

Bel sekolah sudah berbunyi, hingga terdengar di seluruh penjuru kelas, dari kelas satu sampai enam. Banyak siswa maupun siswi yang berhamburan keluar kelas, puluhan anak laki-laki dari beberapa kelas ada yang bermain sepak bola di lapangan sekolah. Beberapa siswa menonton sambil bersorak-sorak layaknya suporter yang pernah mereka saksikan di televisi.

Aku yang pegal karena berdiri lama kira-kira empat puluh menitan. Aku langsung terduduk selonjoran, mengambil sebuah buku di dalam tas untuk mengipasi diriku karena hari yang begitu terik di luar.

Aku hanya mengamati temanku yang berada di kelas hanya mengerjakan PR yang kemarin di berikan guru dengan menyalin jawaban teman, ada yang membaca novel, ada yang mendengarkan musik, ada yang bercakap-cakap atau bergosip, ada yang memakan bekalnya. Namun satu hal yang jelas hanya beberapa anak yang tinggal di kelas mereka semua memilih untuk keluar.

Aku hanya ingin duduk berselonjor untuk meregangkan otot kakiku yang pegal. Aku hanya istirahat beberapa menit. Tiba-tiba Elina dan dua pembantunya datang menghampiri diriku. Berjalan layaknya seorang siswa famous di sekolahnya padahal dia hanya nenek sihir yang berwajah malaikat.

"Udah kayak gembel aja ya!" ejek Elina sambil tersenyum sinis.

"Udah kayak gembel si El, di lihat dari mukanya juga mendukung," tambah Jelita.

"Gini-gini temen kita lo," sahut Azora.

"Bukan teman, tapi badut kelas," jawab Elina sambil tertawa merendahkan.

"Lebih tepatnya kayak gitu ya El," balas Jelita juga tertawa renyah.

"Emang dia kayak badut sih," ujar Azora mengamati diriku.

"Gue badut, lo apaan? Muka malaikat, hati Annabelle, jiwa Suzana! Cih!" balas Gabera tajam langsung berdiri dan melangkah pergi dengan menyenggol pundak Elina dan menginjak kaki Azora dan Jelita.

Sudah beberapa langkah Gabera berjalan tiba-tiba pergelangan tangannya dicekal oleh Elina begitu kencang. Aku langsung menghempaskan tangan Elina begitu kasar, namun ada bekas cakaran tangan Elina yang membekas di tanganku.

"Nyali lo udah balik ya semenjak ada Fathan! Bentar-bentar tadi lo hina gue?! Udah berani ya sekarang!" bentak Elina.

"Gue nggak hina lo. Cuman deskripsiin diri lo yang sebenernya. Maaf, kalau lo tersinggung sama deskripsi tentang diri lo. Gue kira kan lo udah tau," balas Gabera tajam, dia diam bukan berarti lemah hanya menahan diri agar tidak menimbulkan masalah karena setiap masalah terjadi dia orang yang di salahkan tapi semakin dia diam. Aku semakin di injak-injak.

"Arghh ... DASAR ANOMAN! ES DOGER!" teriak Elina emosi.

Aku tidak mendengarkan teriakan Elina saat akan keluar kelas, aku tidak sengaja berpapasan dengan Bara, "Lo mau kemana Anoman?" tanya Bara melihat diriku yang akan keluar dari kelas.

"Gue bukan anoman! Gue nggak ada urusan sama lo," balasku sambil menatap tajam Bara.

Tiba-tiba Bara mendekati diriku dimana tinggi badannya lebih tinggi dari aku. Aku langsung mundur saat Bara mendekat, "Kalau mau bolpoin ini, kejar gue!" seru Bara yang sudah mengambil bolpoin yang ada di saku ku dan langsung berlari.

It's About Me! [ SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang