Chapter 6. Lelah

371 283 165
                                    

Happy Reading🌳

Bintang yang terlepas dalam genggaman,
Sekolah tempat menghempaskan tawa begitu elok,
Bangku kosong seakan jadi tempat kejenakaan,
Seakan tak ada sepasang mata yang peduli,
Teriakan yang kian menggonggong tanpa henti,
Tak dapat ku bendung, terbesit rasa lelah,
Untuk menyerah dengan takdir dan keadaan.

Bolehkah aku berhenti untuk berjuang?

-Gabera Anjana-

***

"Kalau gue lemah! Gue udah pindah sekolah dari dulu, tapi nggak gue lakuin. Jadi yang lemah disini itu gue atau lo. Inget ini Elina Nikeisha roda itu terus berputar nggak selamanya lo akan di atas, kadang kala lo akan merasakan apa yang gue rasakan. Pasti itu akan terjadi cepat atau lambat. Lo tinggal tunggu permainan takdir. Bagaimana hukum karma bekerja," ujar Gabera sambil menutupi dahinya yang terluka, merasakan sakit pada dahiku yang tak dapat ku bendung membuat dirinya meringis.

Aku sedang berpikir, apakah mereka semua tidak memiliki rasa kemanusiaan? Saat melihat diriku terluka bahkan berdarah. Mengapa tidak ada yang mau mengulurkan tangan untuk membantu diriku? Mereka hanya bisa melihat dan menontonnya tanpa mau menolongku. Aku tidak heran dengan sikap mereka bahkan jika aku mati di tempat, aku sangat yakin bahwa mereka pasti akan membiarkan diriku karena mungkin mereka memandang diriku bukan seorang manusia yang tidak memerlukan pertolongan ataupun bantuan. Padahal aku ini juga manusia dimana aku juga butuh bantuan. Aku ini makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri.

Elina tidak mendengarkan penuturan diriku, dia membawa diriku ke luar dari kelas. Aku tidak mengerti, kenapa Elina selalu membully diriku secara verbal maupun fisik, menekan, dan menindas diriku. Aku tak pernah mengusiknya. Saat yang paling menyakitkan adalah dimana fisik menjadi tolak ukur untuk orang yang harus di bela dan disalahkan. Dimana aku kesakitan bukannya mereka menolong malah menertawakan diriku. Memang yah hidup bisa selucu ini.

Cengkraman Elina di tanganku begitu kuat. Tentu saja aku merasakan sakit! Tanganku memerah. Aku tak sanggup menghadapi kebrutalan Elina. Aku kalah untuk kedua kalinya. Kali ini aku tak sanggup melawannya. Aku tumbang, dimana bukan tubuhku saja yang lelah tapi hati dan otakku juga terkuras akan hal ini.

Saat ini! Pada hari ini, jam ini, menit ini, detik ini aku ingin pergi sejauh mungkin dari sekolah ini. Sekolah yang seperti neraka bagiku. Katanya Sekolah Dasar adalah masa yang indah untuk dikenang, tapi nyatanya Sekolah Dasar ini menceritakan bagaimana pahitnya kehidupan yang aku alami. Hidupku juga sudah tidak baik-baik lagi.

Aku banyak mengalami hal yang tak menyenangkan. Mereka hanya menonton dan mentertawakan layaknya sebuah stand up komedi. Aku ingin berteriak ‘Aku ini bukan bahan lelucon! Aku ini juga seorang manusia!’  siapa yang akan peduli? Dimana aku hanya seorang anak kecil yang mengalami penindasan, pembullyan, ejekan, hinaan, cemooh , bahkan body shaming. Tetap saja tidak ada yang peduli terhadapku.

Hati mereka mungkin terbuat dari batu.

Aku ingin mengeluh, menangis, kesal, dan merasa jatuh sendirian dalam kegelapan yang menakutkan dimana aku akan jatuh ke dalam jurang yang curam karena mereka telah membuatku hancur berkeping-keping. Mereka tak akan sanggup menyatukan kepingan diriku yang sudah hancur. Hidup memang begitu, tidak ada yang bisa berjalan lurus pasti ada tikungan yang menghadang. Dimana ada saja hal yang membuat diri kita ingin menyerah.

Menyerah dengan keadaan.

Menyerah dengan nasib.

Menyerah dengan takdir.

It's About Me! [ SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang