Chapter 9. Dikucilkan

325 255 194
                                    

Happy Reading ☃️

Semesta selalu memberikan konspirasi besar dalam hidupku salah satunya memutar balikkan fakta! Menjadikan kebenaran sebuah kebohongan bahkan hanya omong kosong belaka.

-Gabera Anjana-

***

Kejadian satu minggu lalu dimana aku dan Fathan melaporkan ketidakadilan yang aku alami nyatanya memang benar kelompok pintar itu licik bagai rubah. Aku digambarkan sosok yang jahat seolah-olah aku yang menuduh Elina. Casa dan Perdo membela temannnya sebegitunya bahkan keadilan hanyalah omong kosong belaka bagiku. Casa dan Perdo menemui Bu Indah terlebih dahulu, mengatakan aku terjatuh terpentuk meja. Seakan-akan Casa dan Perdo sudah menyusun rencana yang luar biasa. Aku saja sudah kalah sebelum melaporkan kejadian yang sebenarnya.

Hebat memang!

Bahkan Fathan yang menjadi saksi pun tidak memberikan bukti kuat sampai pada akhirnya aku memilih meninggalkan ruang Bu Indah dengan hatiku yang tercabik-cabik, mereka sudah membuat diriku muak rasanya aku ingin mengakhiri sampai sini saja.

Bahkan Fathan sampai tak percaya apa yang dilakukan dengan kelompok A. Memang sangat keterlaluan.

Apa mereka tahu? Bahwa aku membenci mereka sebanyak yang aku bisa. Aku membenci sikap seenaknya mereka kepadaku yang tidak berperikemanusiaan. Bertindak yang mereka mau tanpa memikirkan perasaan diriku bagaimana?

Mungkin aku lebih banyak diam, ketimbang melawannya hingga mereka semena-mena kepadaku. Sebagai teman mereka tak pantas bersikap demikian kepadaku. Jangan salahkan diriku jika nantinya aku akan membalasnya lebih dari apa yang kalian lakukan, atau mungkin lebih menyakitkan nantinya.

Aku berangkat sekolah dengan senyum ceria yang menghiasi wajahku. Sudah seminggu aku dikucilkan oleh teman sekelas siapa lagi kalau bukan perintah dari Elina dan kelompok anak pintar lainnya. Bahkan aku terus menghindar dari Fathan dan Bara yang selalu datang entah itu Fathan untuk mengobrol atau Bara yang hanya mengganggu dan mengejek bagai parasit dalam hidupku saja.

I hate being in this situation!

Saat aku melangkah untuk ke kelas tiba-tiba ada yang menarik pergelangan tanganku, "Lepasin gue!" teriakku dengan amarah yang tak tertahan.

Sampai tiba di belakang sekolah tepatnya di taman belakang yang jarang dikunjungi siswa.

"Kenapa Gab, kamu menghindar?!" tanya Fathan dengan berdecak.

"Fat, aku tidak perlu menjelaskan kamu juga sudah tahu jawabannya!" pungkasku pergi dari hadapan Fathan. Saat aku hendak pergi pergelangan tanganku dicekal oleh Fathan.

"Sampai kapan kamu lari dari masalahmu? Sampai kapan kamu menerima semua perlakuan mereka? Sampai kapan Gabera?" geram Fathan terhadap Gabera.

Aku melepaskan tangan Fathan dari pergelangan tanganku tanpa mengeluarkan sepatah kata pun langsung meninggalkannya di taman belakang sekolah, melangkahkan kakiku berjalan untuk menuju kelas. Saat perjalanan ke kelas aku berpapasan dengan Bara dan Basuki. Aku menghela nafas panjang ada-ada saja orang yang menggangu diriku di pagi hari yang cerah ini.

"Anoman, lo mau kemana?" tanya Bara.

Aku tidak menjawab pertanyaan Bara dan terus melangkahkan kakiku untuk berjalan menuju kelas.

"Dia kenapa Bar, seminggu lebih kayak orang bisu satu kelas juga kenapa?" tanya Basuki.

"Elina," jawab Bara singkat.

It's About Me! [ SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang