Happy Reading🌟
Mengulang sebuah pertemanan itu tidak semudah mendaur ulang sampah plastik!
-Gabera Anjana-
***
Jam istirahat tiba, seperti biasa aku berada di kelas hanya mengoret-oret buku kosong yang sekarang penuh dengan gambaran absurd yang aku buat. Entah menggambar stick man, baju, atau hal yang menggelikan untuk kalian lihat. Mungkin membeli makanan atau mencari udara segar lebih menyenangkan, ketimbang harus berada di dalam kelas. Namun aku mengurungkan niatku untuk keluar kelas karena melihat Elina dan dua kacungnya berjalan ke arahku di tambah Casa dan Perdo yang juga mengikuti. Membuatku mengerutkan kening. Tumben sekali Casa dan Perdo mengikuti Elina, pasti ada yang tidak beres.
"Seneng yah ada yang bela?" tanya Elina sinis.
"Jelas seneng lah apalagi yang bela nggak cuman satu orang," timpal Azora sengit.
"Merasa ... udah menang kayaknya," sahut Jelita dengan tertawa renyah.
Aku menatap sinis mereka, "Seneng ya ganggu gue! Nggak ada kerjaan lain kan kalian?! Setelah jadi antagonis, memutar balik fakta seolah-olah jadi korban kayaknya udah jadi keahlian yah! Atau mungkin udah jadi hobi kalian," berang Gabera tajam.
"Kenapa nggak suka?!" balas Casa dengan meninggikan suaranya sampai terdengar keluar kelas karena merasa tersinggung dengan perkataan yang aku lontarkan begitu menusuk.
"Kalau gue jawab pun kayaknya nggak penting juga Casalia Medita Putri! Atau lebih tepatnya tukang pembalik fakta!" sindirku menusuk.
"Anoman lo udah banyak gaya ya?!" cela Perdo yang membela Casa.
"Gue nggak salah denger kan, bukan gue yang banyak gaya tapi kalian semua," balasku sambil tersenyum sinis.
"Udah gede ya ... nyali lo," sahut Jelita.
"Bentar lagi juga nggak bisa berkutik," balas Azora.
Aku hanya menatap mereka semua tanpa minat. Diriku juga merasa gerah berada di dalam kelas dengan sekumpulan iblis yang ada dihadapanku. Membentuk lingkaran mengerubungiku seperti lalat yang berada di tong sampah. Aku tidak ingin berlama-lama berurusan dengan mereka atau aku akan terbakar jika terus meladeni orang yang unfaedah seperti mereka. Aku tak memedulikan mereka lagi. Aku mencoba berdiri dari tempat duduk untuk pergi keluar kelas, namun Elina mendorongku dan akupun terduduk kembali.
Pantatku rasanya sakit, akibat dorongan yang diberikan Elina. "Urusan kita belum selesai! Lo mau kemana? Mau mencoba lari?" tanya Elina sinis.
Aku hanya memandangi mereka tanpa minat, jika bisa aku ingin menampar dan mencabik-cabik muka mereka satu-persatu. Aku benci melihat muka mereka yang seolah-olah berkuasa terhadap kelas ini. Namun aku sadar, itu akan memperburuk citraku dalam Sekolah Dasar Emnara.
"Aku tidak senang mereka membela diriku! Aku juga lebih suka dikucilkan ketimbang harus kau usik! Itu membuatku sangat muak!" teriakku terhadap Elina.
"Jadi lo suka dikucilkan! Gue nggak akan ngucilkan lo lagi, karena lo menyukainya! Inget hal ini apa yang lo sukai bakal gue rebut, karena gue nggak suka lihat lo senang itu buat darah gue mendidih!" sergah Elina.
"Terserah!" jawabku datar seperti enggan untuk melawan Elina.
Aku langsung mendorong bahu Elina dengan bahuku. Aku menatapnya dengan pandangan penuh kebencian. Aku akan pergi ke luar, rasanya sudah sangat gerah berada di dalam kelas. Aku bisa sesak napas berada di kelas ini. Aku mulai melangkahkan kakiku, tapi baru beberapa langkah tiba-tiba aku terjatuh karena jegalan kaki Faperdo Pratama Putra.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's About Me! [ SUDAH TERBIT]
Teen FictionJudul This About Me-> diubah menjadi It's About Me! [PART MASIH LENGKAP!] Ini hanya tentangku. Tentang segala rasa amarah, sedih, dan kecewaku yang menumpuk seperti sampah. Segala rasa yang aku alami kusimpan dalam keheningan dengan air mata yang me...