Happy Reading💊
Sedekat apapun kita dengan seseorang.
Kita masih memiliki rahasia, yang untuk kita simpan sendiri.
Bukan tidak percaya, hanya ada beberapa hal yang tidak bisa kita bagi dengan seseorang.~Gabera Anjana
***
Tiga hari sudah berlalu semenjak kejadian dimana aku diundang oleh Bu Indah untuk ke ruangannya yang mendapatkan sebuah tamparan atas ungkapan ku. Entah apa yang salah? Aku tidak mengerti. Sudahlah aku tidak ingin mengingat kejadian pahit tentang guru tersebut. Apa yang sudah terjadi biarlah terjadi, apa yang sudah berlalu biarlah berlalu.
Sekarang yang ku lakukan hanya memandangi langit-langit kelas, dimana jam pertama ini adalah jam pelajaran olahraga. Jika boleh jujur aku masih trauma di setiap jam olahraga ini. Setiap kali jam olahraga aku selalu mendapat perlakuan buruk dari mereka, sedangkan guru pura-pura tak melihat apa yang terjadi dalam diriku.
Hatiku sesak!
Ingin menyumpah serapahi mereka.
Namun buat apa?
Menyumpahi mereka itu tak membantuku, malah hanya menambah masalah saja.
Aku tahu semua warga sekolah bersikap seolah tak peduli kepadaku mungkin karena tekanan dari pihak sekolah yang membuat sekolah ini seperti sudah kehilangan mata hati dan otaknya.
"Gab, kamu nggak ganti baju olahraga?" tanya Fathan yang sudah ada di hadapanku.
"Fat, aku mau ke UKS kepalaku pusing, tolong izinkan sama Pak Handoko ya?" tanya Gabera menatap Fathan.
"Oke, mau aku antar?" tawar Fathan.
Aku menggelengkan kepalaku, membuka tas ranselku untuk mengambil sebuah obat. Fathan melihat gerak-gerik ku langsung bertanya, "Obat apa itu Gab?" tanya Fathan seperti curiga terhadap diriku.
"Obatku, kamu tidak perlu tahu Fat," jawabku begitu cepat yang hendak meninggalkan Fathan.
Aku memang selalu ke sekolah menggunakan jaket atau hodie yang menutupi tanganku, saat aku ingin berlalu dari hadapan Fathan, tetapi dia mencekal pergelangan tanganku, tidak sengaja dia melihat pergelangan tanganku, "Gab, kenapa aku lihat-lihat pergelangan tanganmu banyak bekas sayatan?" tanya Fathan dengan menyelidik. "Nggak mungkin kan kamu kena pisau terus menerus saat membantu ibu kamu memasak? Kamu juga nggak angkat kursi lagi? Sebenernya ada apa Gab?" tanya Fathan lagi dan lagi.
"Fat, bisakah membahas ini lain kali. Aku pusing dan ingin istirahat, apapaun yang aku lakukan itu bukan urusanmu, cukup yakini bahwa aku baik-baik saja," jawab Gabera cepat seperti enggan menjawab atau hanya berkelit dari pertanyaan Fathan.
"Bagaimana aku yakin jika kamu baik-baik aja, padahal sebenernya kamu lagi nggak baik-baik aja Gab, coba yakinkan aku bahwa kamu memang baik-baik aja?" tanya Fathan dengan tertawa hambar.
"Fat, aku memang nggak baik-baik aja, tapi itu hatiku bukan fisik ku. Aku pusing Fat, biarkan aku pergi ke UKS bisakah membahas hal ini disaat keadaanku baik ," jawab Gabera.
"Gab, apa kamu nggak percaya sama aku? Apa mungkin kamu menyembunyikan sesuatu dariku? Apa mungkin kamu masih meragukan persahabatan ini? Apa mungkin kamu melakukan—" aku langsung memotong perkataan Fathan yang belum selesai sebelum dia menyimpulkan hal yang macam-macam atau mungkin aku takut Fathan mengetahui tentang keadaanku yang sebenarnya. "Aku pergi dulu Fat, jangan berpikir hal yang macam-macam, izinkan aku tidak mengikuti pelajaran olahraga sama Pak Handoko," jelas Gabera.
Fathan ingin mengajak bicara Gabera lagi, entah kenapa otak Fathan dipenuhi dengan kecurigaan terhadap Gabera melakukan hal yang tidak baik, "Arghh ...!" kesal Fathan sambil mengacak-acak rambutnya yang sudah agak berantakan.
![](https://img.wattpad.com/cover/238719338-288-k630692.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
It's About Me! [ SUDAH TERBIT]
Teen FictionJudul This About Me-> diubah menjadi It's About Me! [PART MASIH LENGKAP!] Ini hanya tentangku. Tentang segala rasa amarah, sedih, dan kecewaku yang menumpuk seperti sampah. Segala rasa yang aku alami kusimpan dalam keheningan dengan air mata yang me...